بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Rabu, 10 Juli 2013

MATERIALISME DIALEKTIS DAN HISTORIS

Apa yang kawan-kawan ketahui tentang Materialisme Dialektika Historis? Sebuah filsafat hidup ataukan sebuah ilmu? Sebuah konsep hidup yang njelimetkah ia? Ataukah sebuah rangkaian nilai yang sama seperti nilai-nilai sosial yang berkembang di masyarkat?
Materialisme dialektika historis (MDH) adalah sebuah aliran filasafat. Kawan-kawan tak perlu alergi dengan kata filsafat, sebab biasanya kata filsafat sering diidentikkan dengan sebuah proses berpikir yang sulit, melelahkan, panjang dan seringkali menjemukan. Padahal sebenarnya tidaklah demikian adanya. Filsafat adalah sesuatu yang dekat dengan kita. Di samping ia merupakan disiplin ilmu tertua yang ada di dunia, ia merupakan sesuatu yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Sedekat mata dan bulunya. Sebab ia-lah yang menentukan cara berpikir kita. Setelah kita berpikir tentang sesuatu, dari hasil pikiran itulah kita nantinya bertindak. Tentu langkah demikian standard umum bagi mereka yang mengaku waras otaknya. Cara berpikir inilah yang sebenarnya menentukan kebenaran atau kesalahan kita dalam bertindak dan juga menentukan sebuah keberhasilan atau kegagalan yang akan kita petik nantinya. Pernahkah kawan-kawan berpikir sejenak bahwa cara berpikir itu bisa salah? Inilah alasan kenapa perlu sebuah metode berpikir yang tepat, akurat, solutif, dan jelas terhadap setiap permasalahan yang kita hadapi. Dan metode berpikir seperti tersebut, sampai kini, bernama Materialisme dialektika historis (MDH).
  MDH adalah serangkaian nilai filsafat, pandangan hidup, dan cara berpikir yang diciptakan oleh Marx yang berkolaborasi dengan Engels dalam meramu filsafat Hegel yang dialektiks-idealis dan filsafat Feuerbach yang materialis-idealis. Untuk diskusi saat ini, kita tunda dulu tema sejarah filsafatnya. Sebab tema ini cukup panjang untuk didiskusikan. Filsafat ini disebut materialisme dialektik karena cara-caranya dalam mendekati, membaca, mempelajari dan memahami gejala-gejala alam menggunakan pendekatan dialektis. Sementara disebut materialis karena tafsiran mengenai gejala-gejala alam, pemahaman peristiwa, dan teorinya berdasarkan landasan-landasan yang material.
Kata dialektika (dialectics) berasal dari Yunani, dialego, yang berarti berbicara atau berdialog. Di jaman dulu, dielektika adalah salah satu cara mencapai suatu kebenaran dengan cara mengkontradiksikan sebuah pernyataan dengan pernyataan yang berlawanan. Dengan mengatasi dua pernyataan yang berlawanan inilah sebuah kebenaran akan didapatkan. Dan cara berpikir dialektis ini kemudian dikembangkan dalam upaya menganalisa gejala-gejala alam, dengan cara pandang bahwa (a) alam selalu bergerak, (b) perkembangannya sebagai sebuah hasil kontradiksi yang terjadi, dan (c) saling mempengaruhi satu gejala dengan kejadian yang lain.
Prinsip metode berpikir dialiktika adalah sebagai berikut:
Pertama, segala sesuatu yang ada dan terjadi di dunia ini tidak berdiri sendiri, ia berhubungan, saling bergantung, dan ditentukan oleh faktor-faktor lainnya. Sesuatu tidak akan dapat dimengerti secara utuh dan menyeluruh bila tidak dipahami juga hubungan-hubungannya dengan unsur-unsur dan kondisi-kondisi lain di sekitanya. Artinya, untuk mengerti sebuah peristiwa maka perlu dan harus mengerti pula apa-apa yang ada dan terjadi di sekitar peristiwa tersebut.
Kedua, segala sesuatu selalu mengalami pergerakan dan perubahan dalam perjalanan waktunya. Tidak ada sesuatu yang statis. Semuanya bergerak dan berubah. Metode dialektika mengharuskan juga sebuah pemahaman tentang pergerakan, perubahan, kelahiran dan kemusnahan sesuatu.
Ketiga, perubahan dan perkembangan yang terjadi melalui sebuah proses perubahan kuantitatif yang akan beralih pada perubahan dan perkembangan kualitatif. Dan perkembangan kualitatif ini bukanlah satu perkembangan yang kebetulan terjadi namun sebagai sebuah keniscayaan dari prubahan-perubahan kuantitatif. Kalau digambarkan dalam sebuah diagram, maka arah perkembangan kualitatif adalah arah yang terus bergerak ke depan dan ke atas. Dan bukan sebagai sebuah analogi roda yang berputar.
Keempat, dalam dirinya sendiri, setiap benda atau gejala alam memiliki kontradiksi-kontradiksi yang saling bertentangan. Ada ion positif ada negatif, ada yang sekarat ada yang terlahir, masa lalu—masa kini. Dan kontradiksi inilah yang menjadi inti dan memacu adanya perkembangan kuantitatif kepada perkembangan kualitatif. Dan sudah tentu tercapainya sebuah perubahan dan perkembangan kualitatif merupakan sebuah hasil dari sebuah perjuangan oleh pihak yang saling berkontradiksi.
Makanya, Lenin menyatakan bahwa dialektika merupakan studi tentang kontradiksi di dalam hakikat benda-benda itu sendiri. Dan perkembangan adalah perjuangan daripada pertentangan.
Kenapa kita perlu dan harus mempelajari sejarah? Karena kita harus merubah dan hanya manusialah yang memiliki sejarah. Segala, mulai dari tubuh kita sendiri hingga teknologi,  yang telah dicapai, dirasakan dan terjadi saat ini merupakan anak turunan dari masa lalu yang berjalan dan berkembangan secara dialektis. Pengertian dan pemahaman yang mendalam tentang sejarah masyarakat, maka akan dengan mudah kita akan menyimpulkan bahwa revolusi sosial adalah sebuah keniscayaan sejarah. Sejarah masyarakat berawal dari komune primitif, berubah menjadi jaman perbudakan, dilanjutkan jaman feodalisme, digusur oleh jaman kapitalis, dan akan diakhiri oleh jaman sosialisme. Inilah rentetan sejarah peradaban manusia seperti yang digambarkan Marx. Di sinilah pentingnya pelibatan ilmu sejarah dalam menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi yang dialami oleh manusia.
Dalam konsep materialisme ada beberapa poin penting;
Pertama, bahwa sifat dari segala dunia dan isinya adalah material. Artinya tidak ada dan tidak akan pernah ada yang namanya Nyai Roro Kidul dalam kamus metode berpikir ini.
Kedua, bukanlah kesadaran manusia yang menentukan keadaanya, sebaliknya, kondisi materiallah yang menetukan kesadaran manusia. Bukan Nyai Roro Kidul terlebih dahulu yang masuk dalam pikiran kita, tetapi keganasan ombak samudra yang belum bisa ditaklukkan dengan kapal tanker yang melahirkan mitos dan mimpi tantang ratu itu. Jadi, kondisi materiallah yang menjadi bahan primer, kesadaran adalah tahapan selanjutnya dalam kesadaran manusia.
Ketiga, bahwa dunia dan hukum-hukum alamnya bisa diketahui berdasarkan kebenaran objektif. Memang masih belum seluruhnya benda dan hukum-hukumnya disingkap, tetapi bukan mustahil kita bisa mengurai matahari dengan ketetapan dan akurasi yang tinggi.

0 komentar:

Posting Komentar

Footer Widget 1

Sample Text

Text Widget

Footer Widget 3

Recent Posts

Download

Blogger Tricks

Blogger Themes

Diberdayakan oleh Blogger.

Footer Widget 2

Popular Posts