a. Asal usul/legenda Desa
Kita ketahui bahwa kerajaan Muna terbagi atas 4 wilayah atau ghoera yang terdiri dari :
1. Ghoera katobu
2. Ghoera Tongkuno
3. Ghoera Lawa
4. Ghoera Kabawo
Keempat wilayah(ghoera) ini oleh masyarakat Muna menyebutnya dengan istilah Fato ghoerano(4 wilayah). Kerajaan Muna sebagai kerajaan yang berdaulat memiliki 3 kawasan pertahanan yang disebut dengan istilah Barata. Barata memiliki wilayah kewenangan kekuasaan atas beberapa kampung yang dikenal dengan istilah wilayah Barata.
Barata yang menjadi pertahanan kerajaan Muna yaitu, Barata Lohia, Barata Wasolangka dan Barata Lahontohe dimana Mabolu ( sekarang Desa Bolo ) termasuk dalam Barata Lohia yang pada saat itu dikenal dengan nama Kampung Mabolu pada masa pemerintahan Kerajaan Muna La ode Ahmad. Mabolu muncul karena dilator belakangi oleh tingkah laku komunitas masyarakatnya pada masa itucenderung atau suka melakukan hal-hal berupa kegaduhan pada rapat-rapat atau pertemuan ditingkatan Barata. Dalam bahasa daerah Muna, Mabolu terdiri dari 2 suku kata taitu Ma yang artinya orang atau pelaku dan Bholu yang artinya sesuatu obyek yang tidak tertata atau teratur. Yang kemudian “Mabolu” secara harfiah dapat diartikan sebagai kumpulan komunitas masyarakat yang tidak teratur.
Kampung Mabolu mencakup wilayah Administratif Desa Waara, Desa kondongia, Desa Bolo, Desa Liangkobori, dan Desa Masalili, yang pada saat itu dipimpin oleh seorang kepala kampung. Dimasa penjajahan Kolonial Belanda pada tahun 1906 terbentuklah kampung Mabolu yang dipimpin oleh kepala kampung La Ode Tabeasara dengan gelar Marasambuni dan berturut-turut selanjutnya La ode Fiu, La Masidha Kauki, La Sabili, La ode Nsaulebe, La Ndailesa, La ode Gai, La Mansolori, La ode Ngkaudhe dan La Buba.
Pada tahun 1968, wilayah administratif desa Bolo terbentuk meliputi Desa Bolo, Desa Liangkobori, dan Desa Masalili yang dipimpin oleh La Bola sebagai kepala Desa. Nama Desa Bolo berasal dari hikayat nama Kuda Jantan yang diyakini masyarakatnya pada saat itu sebagai penjaga atau pelindung kampung yang bermukim di salah satu sisi kampung Mabolu.
Desa Bolo sekarang ini merupakan salah satu desa dari 10 desa yang ada di Kecamatan Lohia Kabupaten Muna, yang berjarak 8 km dari Ibu Kota Kecamatan dan 11 km dari Ibu Kota Kabupaten Muna. Desa Bolo mempunyai luas wilayah 430,475 hektar dengan luas areal pertanian 183 hektar, Perkebunan 201, 836 hektar dan pemukiman warga 41,2 hektar.
Desa Bolo yang luas arealnya telah dimekar dengan Desa Liangkobori ini terdiri atas 3 (tiga) Dusun yaitu Dusun Kaowea, Dusun Wanasara dan Dusun Lakebua.
b. Sejarah pemerintahan Desa
Tabel 1. Sejarah Pemerintahan Desa
NAMA-NAMA KEPALA KAMPUNG/LURAH/KEPALA DESA
SEBELUM DAN SESUDAH BERDIRINYA DESA BOLO
NO | Periode | Nama Kepala Desa | Gelar |
1 | Tahun 1906 | LA ODE TABEASARA | Marasambuni |
2 | Tidak diketahui | LA ODE FIU | - |
3 | Tidak diketahui | LA MASIDHA KAUKI | - |
4 | Tidak diketahui | LA SABILI | - |
5 | 1924-1933 | LA ODE NSAULEBE | Yaro Mabolu |
6 | 1933- | LA NDAILESA | - |
7 | Tidak diketahui | LA ODE GAI | - |
8 | Tidak diketahui | LA MANSOLORI | - |
9 | Tidak diketahui | LA ODE NGKAUDHE | - |
10 | 1952-1968 | LA BUUBA | Kii Mabolu |
11 | 1968-1976 | LA BHOLA | - |
12 | 1976-1978 | LA ADI B. | Pelaksana tugas |
13 | 1978-1979 | LA HANDAMU | - |
14 | 1979-1994 | LA GERINDA | Yaro sintuwu |
15 | 1994-2007 | Drs. LA ODE BAKARA | - |
16 | 2007-2009 | LA ODE NAFTAHU | - |
17 | 2009-2011 | AS. HAMUDDIN F. | Pelaksana tugas |
18 | 2011-sekarang | LA HASUNI | |
Sumber : Kantor Kepala Desa Bolo
Tabel 2. Sejarah pembangunan Desa
No. | Tahun | Kegiatan pembangunan | Ket |
1 | 1953 | Pembangunan SDN 1 Mabolu (sekarang SD 2 Lohia) | Swadaya |
2 | 1968 | Pembangunan Mesjid Al-Akbar Desa Bolo | Swadaya |
3 | 1971 | Pembangunan Balai Besa Bolo | Swadaya |
4 | 1979 | Pemb. SD INPRES (sekarang SMP N 10 Raha) | APBD-Kab |
5 | 1980 | Pembangunan Kantor Desa | APBD-Kab |
6 | 1980 | Pembangunan SDN 3 mabolu (sekarang SD 10 Lohia ) | APBD |
7 | 1985 | Pengaspalan Jalan Desa | APBD |
8 | 1986 | Pembangunan Puskesmas pembantu | APBD |
9 | 1995 | Pembangunan pasar Desa | APBD |
Sumber : Kantor Kepala Desa Bolo
B. Kondisi Geografis
a. Luas wilayah
Desa Bolo memiliki luas wilayah 430.475 dan memiliki 3 dusun yaitu Dusun Kaowea, Dusun Wanasara, dan Dusun Lakebua.
b. Batas wilayah
a. Utara : Desa Ghonsume
b. Selatan : Kec. Tongkuno
c. Barat : Desa Liangkobori
d. Timur : Desa Kondongia
c. Topografi
Desa Bolo berada di ketinggian rata-rata 1.200 m dpl (di atas permukaan laut) dan mempunyai suhu 27-30 c. Keadaan iklim di Desa Bolo termasuk iklim tipe C, berdasarkan klasifikasi Oldeman, dengan curah hujan rata-rata 2.000/3000 mm per tahun, dengan 5 – 6 bulan basah dan 2 – 6 bulan kering, serta suhu rata-rata adalah 270_300 c. Bentuk permukaan atau topografi wilayah umumnya adalah daratan, bergelombang dan perbukitan.
d. Luas lahan
Luas lahan Desa Bolo dapat dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu :
- Lahan Kebun, seluas 201,836 Ha
- Lahan pertanian, seluas 183 Ha
- Lahan pemukiman, seluas 41,2 Ha
C. Kondisi Sosial Budaya
Berbicara kondisi sosial budaya yang terdapat pada masyarakat di Desa Bolo cukup berkarasteristik baik mengenai kependudukan, kesejahteraan sosial, tingkat pendidikan, maupun mata pencaharian. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Desa Bolo adalah sebanyak 1851 jiwa yang terdiri dari 850 jiwa laki-laki dan 1001 jiwa perempuan. Keadaan penduduk Desa Bolo dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Bolo Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin, 2011
Golongan Umur (Tahun) | Jenis Kelamin | Total Penduduk (Jiwa) | Persentase dari Total Jumlah Penduduk (%) | |
Laki-laki (Jiwa) | Perempuan (Jiwa) | |||
0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 ke atas | 50 52 86 82 80 76 84 98 94 42 65 29 12 | 75 82 87 86 74 99 102 110 75 58 87 48 18 | 125 134 173 168 154 175 186 208 169 100 152 77 30 | 6,75 7,24 9,35 9,08 8,32 9,45 10,05 11,24 9,13 5,40 8,21 4,16 1,62 |
Jumlah | 850 | 1001 | 1851 | 100,00 |
Sumber : Kantor Kepala Desa Bolo
Tabel diatas menunjukan bahwa usia kerja non produktif yang berada pada kisaran umur 0 – 14 tahun berjumlah 432 jiwa atau sekitar 23,34 persen, sedangkan yang tergolong pada usia produtif yaitu yang berusia pada kisaran 15 – 54 tahun berjumlah 1312 jiwa atau sekitar 70,88 persen, sedangkan yang berumur di atas 55 tahun berjumlah 107 jiwa atau sekitar 5,78 persen yang juga termasuk pada usia kerja non produktif. Hal ini menunjukan bahwa tenaga kerja produktif yang tersedia di Desa Bolo cukup banyak, sehingga diharapkan dapat bekerja lebih intensif dan tekun dalam bidang yang dikelolanya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa sebagian besar penduduk Desa Bolo bermata pencaharian sebagai buruh dan selebihnya adalah tukang, pedegang, petani, PNS, Pensiunan, pengrajin tenun Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Penduduk Desa Bolo Menurut Mata Pencaharian, 2011
Jenis Mata Pencaharian | Jumlah (Orang) | Persentase (%) |
Buruh Tukang Petani Pengrajin tenun Pedagang PNS Pensiunan Lain-lain | 219 206 82 134 57 22 18 37 | 28,25 26,58 10,58 17,29 7,35 2,83 2,35 4,77 |
Jumlah | 775 | 100,00 |
Sumber : Kantor Kepala Desa Bolo
Pada tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar penduduk Desa Bolo bermata pencaharian sebagai buruh, yakni sebanyak 219 jiwa atau 28,25 persen, sedangkan yang terendah adalah yang bermata pencaharian sebagai pensiunan, yakni 18 orang atau 2,35 persen. Dari jumlah penduduk yang bekerja ini dapat dikatakan bahwa hampir dari setengah jumlah penduduk Desa Bolo yaitu 775 jiwa atau 41,86 persen adalah penduduk yang produktif atau sudah memiliki pekerjaan.
Pada bidang pendidikan, penduduk Desa Bolo mempunyai tingkat pendidikan formal yang berbeda-beda. Berdasarkan data yang diperoleh di Kantor Desa Bolo, tingkat pendidikan dapat di bedakan : tidak tamat SD, tamat SD, Tamat SLTP, Tamat SLTA dan Diploma/Sarjana. Lebih jelasnya untuk melihat jenjang pendidikan formal penduduk Desa Bolo. Dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Keadaan Penduduk di Desa Bolo Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal, Tahun 2011
Tingkat Pendidikan | Jumlah (jiwa) | Persentase (%) |
Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Diploma/Sarjana | 317 236 659 606 33 | 17,12 12,75 35,60 32,75 1,78 |
Jumlah | 1851 | 100,00 |
Sumber : Kantor Kepala Desa Bolo
Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 3 diatas, menunjukan bahwa sebanyak 659 jiwa atau 35,60% penduduk Desa Bolo menamatkan pendidikan pada SLTP. Dengan tingkat pendidikan yang dimiliki, penduduk Desa Bolo sangat membantu mereka untuk mengakses berbagai informasi baru terutama dalam upaya pengembangan indutri kecil, pedagang dan pertanian. Selanjutnya tingkat pendidikan lainnya pada Desa Bolo secara berturut-turut : tamat Sekolah Dasar (SD) sebesar 236 jiwa atau 12,75 %, SLTA sebesar 606 atau 32,75 %, Diploma/Sarjana sebesar 33 atau 1,78 % dan tidak tamat SD karena masih semetara sekolah dan tidak sekolah sebanyak 317 atau 17,12 %.
Berdasarkan data statistik di Kantor Desa Bolo menyebutkan bahwa jumlah wajib pilih pada masyarakat Desa Bolo adalah 1106 wajib pilih. Dari data tersebut terdapat 606 wajib pilih laki-laki dan 500 wajib pilih perempuan.
Dari penjabaran semua tabel tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kependudukan
Jumlah penduduk perempuan lebih banyak disbanding dengan laki-laki. Perbandingan jumlah penduduk perempuan dan laki-laki adalah 54% : 36%.
2. Kesejahteraan
Jumlah KK sedang mendominasi yaitu 54% dari total KK,KK kaya 7% dan KK miskin 39%. Dengan banyaknya KK sedang inilah maka desa Bolo termasuk Desa tertinggal.
3. Tingkat pendidikan
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan terutama pendidikan lanjutan baru terjadi beberapa tahun ini sehingga jumlah lulusan SLTP dan SMU mendiinasi peringkat pertama.
4. Mata pencaharian
Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah tukang dan buruh tukang. Hal ini disebabkan karena sudah turun temurun sejak dulu bahwa masyarakat adalah pekerja pertukangan dan juga minimnya tingkat pendidikan menyababkan masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan selain menjadi tukang, yakni tukang kayu atau tukang batu.
5. Agama
Seluruh warga Desa Bolo adalah Muslim ( ISLAM ).
D. Sarana dan prasarana Desa Bolo
Tabel 6. Sarana dan prasarana Desa
No. | Jenis sarana dan prasarana Desa | Jumlah | Keterangan |
1 | Kantor Desa | 1 | |
2 | Gedung SLTA | - | |
3 | Gedung SLTP | 1 | Perlu tambahan kelas |
4 | Gedung SD | 2 | |
5 | Gedung MI | - | |
6 | Gedung TK | 1 | TK system 1 atap |
7 | Mesjid | 1 | |
8 | Mushola | 1 | Perlu perbaikan |
9 | Pasar Desa | 1 | Perlu tambahan gedung |
10 | Pustu | 1 | Perlu tambahan gedung |
11 | Panti PKK | - | |
12 | Poskamling | 1 | Perlu perbaikan |
13 | Balai pertemuan | 1 | Perlu perbaikan |
14 | Jalan dusun | 2 | Perlu peningkatan |
Sumber : Kantor Kepala Desa Bolo
Dari tabel tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Gedung SLTA tidak diperlukan di Desa Bolo karena jumlah siswa yang hanya sedikit sudah terakomodasi dalam SLTA terdekat.
2. Pasar Desa yang telah ada memerlukan penambahan gedung baru untuk penataan lebih baik.
3. Secara umum, sarana dan prasarana yang ada di Desa masih membutuhkan tambahan dan perbaikan.
2 komentar:
DAPAT D MANA INFOMYA BLA...........
Keren infonya, saya baru saja searching info ttg kecamatan Lohia, sangat kaget di wikipedia, Liangkobori belum masuk dalam daftar desa Kecamatan Lohia.
Posting Komentar