بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Selasa, 12 Maret 2013

Historisme Dan Mitos Takdir



Banyak orang percaya bahwa sikap yang benar-benar saintifik dan filosofos terhadap politik, dan pemahaman mendalam atas kehidupan sosial secara umum, harus didasarkan pada kontemplasi dan interpretasi terhadap sejarah umat manusia. Jika orang awam menerima latar belakang dan pengalaman kehidupannya sebagaimana adanya (taken for granted), iluwan dan filsuf harus melihat segala sesuatunya dari taraf yang lebih tinggi. Ia melihat individual sebagai bidak dalm permainan catur, yang kadangkala merupakan instrumen yang tidak signifikan dalam perkembangan umum umat manusia. Ia juga menemukan fakta bahwa aktor utama dalam panggung sejarah adalah bangsa-bangsa besar dan pemimpin-pemimpinnya, atau mungkin kelas-kelas besar, atau ide-ide besar. Apa pun bentuk aktor utama tersebut, ia akan berusaha memahami arti permainan yang ditampilkan dalam pentas sejarah itu, ia akan berusaha mengerti hukum perkembangan sejarah. Jika ia berhasil melakukannya, tentu ia akan mampu memprediksi perkembangan masa depan. Ia mungkin akan menempatkan politik di atas landasan yang solid, dan memberi kita nasihat praktis dengan menunjukkan aksi mana yang akan berhasil atau yang gagal.
Inilah gambaran singkat dari pandangan yang disebut sebagai historisisme. Pamdangan ini merupakan ide lama, atau lebih merupakan seperangkat gagasan yang keterkaitannya satu sama lain bersifat longgar, yang sayangnya telah menjadi bagian besar dari atmosfir spiritual. Gagasan-gagasan historisis ini biasanya diterima apa adanya, jarang dipetanyakan kembali.
Pada sisi lain, juga ada usaha untuk menunjukkan bahwa pendekatan historisis terhadap ilmu-ilmu social mempunyai dampak buruk. Dan telah ada pula yang berusaha member gambaran metode yang lain yang diharapkan mampu member hasil yang lebih baik.
Tetapi, jika historisisme merupakan metode cacat yang tidak memberikan hasil apa-apa, mungkin ada gunanya melihat asal usul dan keberhasilan mengurat-akarnya sikap ini. Pada saat yang sama, sketsa historis yang diusahakan berbarengan dengan tujuan di atas dapat membantu menganalisa varietas ide-ide yang secara gradual terakumulasi di sekitar doktrin hitorisis yang terpusat-doktrin yang menyatakan bahwa sejarah itu dikendalikan oleh hukum historis spesifik atau evolusioner, dan penemuan hukum tersebut akan memudahkan kita meramal takdir manusia.
Historisisme, yang sejauh ini dikarakteristikkan hanya dalam bentuk yang agak abstrak, secara gamblang bisa diilustrasikan oleh salah satu bentuk termudah yang sekaligus menjadi bentuk tertuanya ,yaitu doktrin tentang orang-orang terpilih. Doktrin ini adalah salah satu upaya memahami sejarah lewat penafsiran theistik, yaitu lewat pengakuan bahwa Tuhan adalah sutradara drama yang dimainkan di panggung sejarah. Secara lebih spesifik, teori orang-orang terpilih ini mengasumsikan bahwa Tuhan telah memilih seseorang untuk berfungsi sebagai instrumen terpilih dari kehendakNya, dan orang inilah yang akan mewarisi dunia.
Dalam doktrin ini, hukum perkembangan sejarah ditetapkan oleh kehendak Tuhan. Ciri khusus inilah yang membedakan bentuk theistik dari bentuk-bentuk lain historisisme. Misalnya, historisisme naturalistic mungkin menganggap hukum perkembangan sebagai hukum alam, historisisme spiritual akan memperlakukannya sebagai hukum perkembangan spiritual, seperti yang lain, historisisme ekonomi juga akan memperlakukannya sebagai hukum perkembangan ekonomi. Historisisme theistik bersepakat dengan bentuk-bentuk historisisme yang lain tentang doktrin yang menyatakan adanya hukum-hukum historis khusus yang dapat ditemukan. Dan berdasarkan pada hukum-hukum historis itulah prediksi masa depan umat manusia disandarkan.
Doktrin tentang orang-orang terpilih itu diyakini berasal dari bentuk tribal kehidupan social. Tribalisme—suatu paham yang menekankan pada supremasi kepentingan kelompok, individu tidak akan berarti apa-apa tanpa keberadan kelompok – adalah elemen yang akan kita temukan dalam berbagai bentuk teori-teori historis. Bentulk-bentuk lain dari kehidupan social yang tidak lagi tribalis mungkin masih menyisakan elemen kolektivisme : bentuk lain itu mungkin masih menekankan signifikansi beberapa kelompok atau kolektif – seperti kelas – yang tanpa keberadaannya individu tidak akan berarti apa-apa. Aspek lain dari doktrin orang terpilih ini adalah begitu jauhnya tawaran akhir sejarahnya. Meski doktrin ini menggambarkan akhir sejarah dengan beberapa tingkat batasan, kita harus menempuh perjalanan panjang guna menggapainya. Dan perjalanan yang kita tempuh itu bukan hanya jauh, tetapi juga ditepa angin besar, naik turun dan bebelok-belok. Oleh karenanya, ada kemungkinan memasukkan setiap peristiwa sejarah ke dalam skema interpretasi. Tak ada satupun kemungkinan pengalaman yang dapat menyangkalnya. Tetapi kepada para penganutnya, doktrin ini justru memberikan kepastian tentang hasil akhir sejarah manusia.     
        

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ya,ya,ya...bolehh di copi kyanya ini Bang

Posting Komentar

Footer Widget 1

Sample Text

Text Widget

Footer Widget 3

Recent Posts

Download

Blogger Tricks

Blogger Themes

Diberdayakan oleh Blogger.

Footer Widget 2

Popular Posts