بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Selasa, 19 Maret 2013

Karl Heinrich Marx (1818-1883)


Karl Marx dilahirkan di kota Trier, perbatasan barat Jerman (pada waktu itu termasuk wilayah Prussia), pada tahun 1818. Ia adalah seorang keturunan Yahudi. Ayahnya seorang pengacara yang beberapa tahun setelah kelahiran Marx berpindah agama ke agama Kristen Protestan (padahal Kota Trier mayoritas KatolikKemungkinan agar ia dapat menjadi pegawai negeri [notaris] di Prussia yang berhaluan Protestan). Sesudah lulus dari gymnasium di Trier, ayahnyadengan harapan agar anaknya dapat mengikuti karier sang ayahmenyuruh Karl studi hukum di Universitas Bonnii. Namun, Marx sendiri lebih tertarik menjadi penyair. Dan pada akhirnya, tanpa menunggu izin ayahnya, Karl pindah ke Berlin dan mulai belajar Filsafat.
            Di Berlin, ‘filsafat’ sama artinya dengan filsafat Hegel yang baru beberapa tahun sebelumnya meninggal. Marx muda yang gusar dengan situasi di Prussia menemukan kelompok yang menggeluti filsafat Hegel dan menjadikannya sebagai senjata intelektual yang kritis dan radikal; kelopok ini bernama Doktorclub. Kelompok itu, yang tak lain merupakan ‘kaum Hegelian-Muda, memakai filsafat Hegel sebagai alat kritik untuk mengkritik kekolotan negara Prussia. Dengan penekanan pada rasionalitas dan kebebasan, filsafat Hegel tampak sebagai sarana yang sangat cocok untuk mengritik sistem-sistem politik negara Prussia yang otoriter. Hegel diartikan sebagai guru revolusi. Namun tidak berlangsung lama, karena kemudian Marx merasa tidak puas dengan terhadap kecenderungan teoritis dari kelompok ini.
Marx melanjutkan Studinya di Universitas Jena dan meraih gelar doktornya [1841], dalam usia dua puluh tiga tahun, dengan sebuah Disertasi berjudul “Perbedaan Filsafat alam Demokritos dan Epikuros”. Setelah lulus promosi, Marx pindah ke Koln dan menjadi pemimpin redaksi harian Die Rheinische Zitung, sebuah Koran liberal-progresif. Karena mendapat kesulitan terus-menerus dari sensor pemerintah Prussia, Marx terpaksa melepaskan jabatannya pada tahun 1843 (namun korannya tetap dilarang) dan pindah ke Paris. Ia menikah dengan Jenny von Westphalen, putrid seorang bangsawan. Dalam tahun itu Marx mulai menulis sebuah Critique Hegel’s Philosophy of Right (yang baru dipublikasikan abad ini) serta dua karangan yang dimuat dalam sebuah majalah, yaitu Critique of Hegel’s Philosophy of Right. Introduction dan On the Jewish Question. Tiga tulisan penting itu memperlihatkan sebuah perkembangan baru dari disertasinya. Ia telah membaca karya utama Ludwig Feurbach The Essence of Christianity.
Kemudian Marx pindah ke Paris. Di situ ia bertemu dengan tokoh-tokoh sosialis, baik di Prancis, seperti Proudhon, maupun pelarian dari Jerman. Ia juga bertemu dengan Friedrich Engels yang akan menjadi teman karibnya selama hidupnya. Di paris Marx berhadapan untuk pertama kalinya dengan kaum buruh industri. Di Paris Marx menjadi seorang sosialis, artinya ia pun menerima anggapan dasar sosialisme, bahwa sumber segala masalah sosial terletak pada lembaga hak milik pribadi.
Ada tiga tulisan penting yang dihasilkan oleh Marx dalam periode ini. Yang pertama adalah Philosophical and Economic Manuscripts, pada tahun 1844, atau yang juga dikenal dengan Naskah-naskah Paris. Tulisan kedua adalah buku pertama Marx (yang sebagian juga ditulis oleh Engels) yang terbit dengan judul The Holy Family. Dan yang ketiga, pada tahun 1846, Marx bersama Engels menulis buku tebal The German Ideologi.
Pada permulaan tahun 1845 Marx terpaksa harus meninggalkan Paris dan pindah ke Brussel karena ia diusir oleh pemerintah Prancis atas permintaan pemerintah Prussia. Tiga tahun kemudian, pada awal revolusi yang menyapu Eropa selama tahun 1848, Marx dengan keluarganya diusir juga dari Belgia dan pindah ke London di mana ia tinggal sampai akhir hidupnya. Di Brussel Marx dan Engels masih sempat menulis tulisan mereka yang paling terkenal Manifesto Komunis. Selama revolusi 1948 Marx kembali ke Jerman dan mendirikan sebuah harian. Tetapi akhirnya revolusi gagal dan Marx harus kembali ke London.
Dengan perpindahannya ke kota London mulailah tahap baru dalam hidup Marx. Ia meninggalkan aksi-aksi konspiratif dan revolusioner dan memusatkan perhatiannya pada pekerjaan teoritis. Ia semakin menyadari dirinya sebagai pemikir dan penemu hukum-hukum yang menentukan perkembangan masyarakat.
Sejak dari Paris Marx semakin memperhatikan ilmu ekonomi. Dalam pelbagai tulisannya, Marx memaparkan pokok-pokok pandangan materialis sejarah. Inti pandangan materialis sejarah adalah bahwa perkemabangan masyarakat ditentukan oleh perkembangan dalam bidang ekonomi. Ia mengklaim dapat memastikan bahwa kapitalisme mengandung benih-benih keruntuhan dalam dirinya sendiri dan bahwa keruntuhan kapitalisme niscaya akan menghasilkan masyarakat sosialis. Maka untuk membuktikan tesisnya, Marx menenggelamkan diri dalam studi ilmu ekonomi. Ia harus membuktikan secara ilmiah bahwa ekonomi kapitalis memuat kontradiksi-kontradiksi yang niscaya akan meruntuhkannya.
Akhirnya, pada tahun 1867, terbitlah buku pertama dari karya utama Marx yang dimaksudkan untuk membuktikan kebenaran ramalannya tentang kehancuran kapitalisme dan keniscayaan sosialisme: Das Kapital, yang buku kedua dan ketiganya baru diterbitkan oleh Engels setelah Marx meninggal dunia—beberapa buku catatan pinggir Marx diterbitkan oleh Karl Kautsky sejak permulaan abad ini dengan judul Teori-teori tentang Nilai Lebih—. Buku Das Kapital ternyata mengecewakan banyak teman Marx, karena dianggap terlalu kering dan tidak jelas maksudnya. Namun, Marx semakin dikenal di kalangan para pemimpin gerakan buruh di benua Eropa. Ia sering dikunjungi untuk dimintai nasihat.
Walaupun kehidupan berkeluarga dengan istrinya cukup bahagia, Karl Marx dalam kehidupan pribadinya terus-menerus didera kemelaratan. Marx tidak memiliki sumber pendapatan yang tetap dan kurang tahu mengatur keuangannya. Tapi, Ia banyak mendapat kiriman bantuan dari Engels (yang memiliki sebuah pabrik tekstil di Manchester). Sejak tahun 1860-an Engels mampu menyediakan kiriman uang bulanan tetap bagi Marx sehingga 20 tahun terakhir keluarga Marx relatif bebas dari kesulitan ekonomis.
Marx cenderung bersikap otoriter dan sering menyinggung perasaan orang lain, terutama rekan-rekan sosialisnya. Apalagi bagi siapa yang tidak tunduk pada kepemimpinan teoretisnya; pasti akan diserang dengan gaya menghina, termasuk penjelekan nama pribadi mereka. Karena itu, hubungannya dengan hampir semua teman seperjuangan lama-kelamaan ambruk. Hanya persahabatannya dengan Engels yang tetap bertahan. Tahun-tahun terakhir hidupnya sepi. Marx memiliki tujuh anak. Empat diantaranya mati karena kecelakaan. Sisanya adalah tiga orang putrid—Laura, Eleanor dan Jenny—yang mampu membaca teks-teks ayahnya. Waktu ia meninggal pada tahun 1883, hanya delapan orang yang berdiri di sisi makamnya.
Kemudian, hubungannya dengan paradigma materialisme dialektis dalam epistemologi Karl Marx, dalam deretan filsuf yang mengintrodusir dan melemparkan konsepsi tentang epistemologi, secara umum atau khusus nama Karl Marx jarang (untuk dikatakan tidak pernah) disebut-sebut. Hampir semua buku yang membahas tentang pemikiran Marx lebih meletakkannya sebagai seorang ideolog daripada memusatkan keseluruhan aktifitas terhadap konsep lain dari yang pernah dilontarkan Karl Marx. Apalagi ketika ajaran Marx dibakukan menjadi Marxisme oleh Friedrich Engels (1820-1895) dan Karl Kautsky (1854-1938). Dalam pembakuan ini, ajaran Marx yang sebenarnya rumit dan sulit dimengerti, disederhanakan agar cocok sebagai ideologi perjuangan kaum buruh. George Lukacs menegaskan bahwa ‘Marxisme Klasik’ adukan Engels dan Kautsky itu menyimpang dari apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh Marx. Pembakuan ajaran Marx tersebut mencapai puncaknya tatkala Partai Komunis di Rusia di bawah Vladimir Ilyc Ulyanof atau dikenal dengan nama Lenin sejak Revolusi Oktober 1917 mengkonstatir Marxisme-Leninisme sebagai ideologi ‘resmi’ ajaran komunisme. Sejak saat itu, Marxisme-Leninisme menjadi kekuatan politis dan ideologi internasional yang “diatakuti” dan “menakutkan”.
Pelembagaan pemikiran Marx menjadi ideologi tersebut pada akhirnya menimbulkan kesalahpahaman masyarakat atasnya, bahkan tidak jarang justru mereduksi makna sebenarnya dari apa yang dilontarkan oleh Marx. Pemikiran Marx kemudian memunculkan pengikut-pengikut dogmatis dan fanatik, di sisi lain juga melahirkan berbagai bentuk penolakan yang signifikan atas pemikiran Marx. Padahal Marx sendiri, menurut Michel Hurrungton, selalu menginginkan kebebasan berpikir, sebab itu dalam karya-karyanya, Marx mengutuk dogmatisme. Marx kemudian melihat teori-teorinya mengalami salah tafsir sehingga dari kenyataan ini ia pernah mengucapkan pengakuan “sepanjang yang saya tahu, saya bukan seorang Marxis”.
Kesalahpahaman ini telah menyebabkan pemikiran Marx dianggap sebagai ‘ilmu’ yang menakutkan bagi semua orang. Terlebih lagi bagi masyarakat yang pernah mengalami luka sejarah dan trauma politik akibat komunisme, semisal Indonesia. Padahal sebagai seorang pemikir, sejumlah gagasan Marx pada awalnya tampil sebagai kontra dialog pemikiran pada jamannya. Sebagai sosok, Marx memiliki alur pemikiran karakteristik dan khas yang membedakannya dengan filsuf lain. Pada diri Marx melekat sejumlah atribut, diantaranya sebagai bapak dan guru sosialisme modern, ekonom dan pemikir sosial (sosiolog). Hampir semua pemikiran besar modern, di bidang ekonomi dan sosiologi sangat terpengaruh oleh pemikiran kefilsafatan Marx.
Sedemikian besar pengaruh pemikiran Marx dalam sejarah umat manusia, maka tidak berlebihan bila ia dimasukkan sebagai salah satu filsuf, sosiolog, dan ahli ekonomi terkemuka abad ke-19. Pola pemikiran Marx juga dimasukkan sebagai satu diantara tiga moment besar filsafat yang pernah ada di sekitar abad ke-18 dan abad ke-20, yaitu momen Descartes dan John Locke, serta momen Kant dan Hegel. Tanpa pemikiran Marx, kata Magnis Suseno (1999), abad ke-20 akan berlangsung sangat berbeda. Itulah yang membedakannya dari, misalnya Auguste Comte atau Martin Heidegger, bahkan David Hume yang hanya sanggup mengubah cara para filosof berpikir, tetapi marx juga sanggup mengubah cara manuisa bertindak. Jika para filosof hanya mampu mempunyai persepsi tentang dunia, maka filsafat Marx lebih diletakkan untuk mengubah dunia. Bahkan sebuah ideologi perjuangan politis, ‘Marxisme’ menyemangati sebagian besar gerakan buruh sejak akhir abad ke-19 dan dalam abad ke-20 yang mendasari kebanyakan gerakan pembebasan sosial.
Sebagaimana dijelaskan di atas, pemikiran Marx pada dasarnya tidak hanya berkutat pada persoalan politis-ideologis perjuangan kaum buruh (sebagai ideologi perjuangan), tetapi menyebar luas (pervasive) ke dalam struktur kognisi masyarakat dalam pembentukan teori-teori (ilmu) pengetahuan. Hampir sebagian besar filsuf modern abad ke-20 yang berkonsentrasi dalam bidang ekonomi, politik, sosiologi, dan kebudayaan, terpengaruh oleh Marx. Tampilnya para pemikir dalam Mazhab Frankfurt di Jerman yang memproklamasikan diri sebagai neo-marxis yang dikomandoi oleh Adorno, Max Horkheimer, dan mancapai puncaknya pada masa Jurgen Habermas, yang sangat berpengaruh dalam konstelasi ilmu-ilmu sosial adalah representasi dari kuatnya pengaruh pemikiran Marx. Di bidang politik, Antonio Gramsci dengan teori hegemoninya juga memperlihatkan pengaruh Marx atas dirinya, bahkan ada George Lukacs dengan Realisme Sosial-nya yang meng-claim sebagai neo-marxis di bidang kesenian, dan lain-lain.
Pengaruh pemikiran Marx di bidang ilmu pengetahuan, terutama sosiologi, ekonomi, dan politik, bahkan kebudayaan, sesungguhnya bermakna bahwa meski pemikiran Marx secara eksplisit tidak mengintrodusir dan mengkonstatir konsep mengenai epistemologi atau filsafat pengetahuan, tetapi secara implisit, dari keseluruhan konsepsi filsafatnya, bangunan dasar epistemologinya akan terlihat secara jelas. Apalagi, ketika Marx mencoba memahami alam kehidupan melalui pendekatan Materialisme Dialektis sebagai sebuah paradigma, maka struktur dasar konsep pengetahuan yang muncul pun selalu diletakkan pada pemahaman atau asumsi Marx tentang dunia (alam kehidupan) ini.
Selain itu, ada pula istilah yang sering dikumandangkan oleh kebanyakan orang bahwa Marx terkenal dengan Materialisme Sejarahnya. Hal ini dilatarbelakangi oleh karena perjalanan Marx dalam menempuh pendidikannya. Pada masa itu dikenal dengan istilah ‘paham sosialisme ilmiah’ yang pada gilirannya terungkap dalam paham materialisme sejarah. Konteks Dasar yang menentukan arah perkembangan Karl Marx sesudah menyelesaikan sekolah Gymnasium adalah ‘situasi politik represif di Prussia’ yang telah menghapus kembali hampir semua kebebasan yang diperjuangkan oleh rakyat dalam perang melawan Napoleon.
Ia masuk Universitas Berlin dan segera terpesona oleh terpesona oleh filsafat Hegel. Dari Hegel ia kemudian mencari jawaban atas pertanyaan yang menggerakkanya; ‘ penindasan sistem politik reaksioner?. Pemikiran Karl Marx semakin berkembang setelah berkenalan dengan filsafat Feurbach. Sekarang Marx mengartikan ciri reaksioner negara Prusia sebagai ungkapan sebuah keterasingan manusia dari dirinya sendiri.
 Yang menjadi pertanyaan Marx sekarang adalah di mana ia harus mencari sumber keterasingan itu. Jawabannya ditemukan sesudah bertemu dengan kaum sosialis radikal di Prancis. Di Paris, Marx menjadi yakin bahwa keterasingan paling dasar berlangsung dalam proses pekerjaan manusia. Sebenaranya pekerjaan adalah kegiatan dimana manusia justru menemukan identitasnya. Tetapi sistem hak milik pribadi kapitalis menjungkirbalikkan makna pekerjaan menjadi sarana eksploitasi. Melalui pekerjaan manusia tidak menemukan melainkan mengasingkan diri. Hal itu demikian karena sistem hak milik pribadi membagi masyarakat ke dalam para pemilik yang berkuasa dan para pekerja yang tereksploitasi. Manusia hanya dapat dibebaskan apabila hak milik pribadi atas alat-alat produksi dihapus melalui revolusi kaum buruh. Dengan demikian Marx mencapai posisi klasik sosialisme.
Karena itu Marx semakin memusatkan perhatiannya pada syarat-syarat penghapusan hak milik pribadi. Ia mengklaim bahwa sosialismenya adalah sosialisme ilmiah yang tidak hanya didorong oleh cita-cita moral, melainkan berdasarkan pengetahuan ilmiah tentang hukum-hukum perkembangan masyarakat, dengan demikian pendekatan Marx berubah dari yang bersifat murni filosofis menjadi semakin sosiologis. Sosialisme ilmiah itu disebut Marx sebagai ‘paham sejarah yang materialistik’. Sejarah dimengerti sebagai dialektika antara perkembangan bidang ekonomi di satu pihak dan struktur kelas-kelas sosial di pihak lain. Marx sampai pada pendapat yang akan menjadi dasar ajarannya, bahwa faktor yang menentukan sejarah bukanlah politik atau ideologi, melainkan ekonomi. Perkembangan dalam cara produksi lama-kelamaan akan membuat struktur-struktur hak milik lama menjadi hambatan kemajuan. Dalam situasi ini akan timbul revolusi sosial yang melahirkan bentuk masyarakat yang lebih tinggi.
Sekarang pertanyaannya, apakah akan pernah lahir masyarakat di mana hak milik pribadi sama sekali terhapus? Jadi apakah komunisme, masyarakat tanpa hak milik pribadi dan tanpa kelas-kelas sosial itu, akan pernah terwujud? Karena faktor yang menentukan perkembangan masyarakat adalah bidang ekonomi, pertanyaan itu harus dijawab melalui suatu analisis dinamika ekonomi tertinggi yang sudah dihasilkan oleh sejarah, kapitalisme. Itulah sebabnya Marx makin lama makin memusatkan studinya pada ilmu ekonomi, khusunya ekonomi kapitalistik. Studi itu membawa Marx pada kesimpulan bahwa ekonomi kapitalisme niscaya akan menuju kepada kehancurannya sendiri. Karena kapitalisme seluruhnya terarah kepada keuntungan pemilik sebesar-besarnya, kapitalisme menghasilkan penghisapan manusia pekerja dan, karena itu, pertentangan kelas paling tajam. Karena itu produksi kapitalistik semakin tidak terjual karena semakin tak terbeli oleh massa buruh yang sebenarnya membutuhkannya. Kontradiksi internal sistem produksi kapitalis itulah yang akhirnya niscaya akan melahirkan revolusi kelas buruh yang akan menghapus hak milik pribadi atas alat-alat produksi dan mewujudkan masyarakat sosialis tanpa kelas.

0 komentar:

Posting Komentar

Footer Widget 1

Sample Text

Text Widget

Footer Widget 3

Recent Posts

Download

Blogger Tricks

Blogger Themes

Diberdayakan oleh Blogger.

Footer Widget 2

Popular Posts