بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Selasa, 19 Maret 2013

Terjemahan Buku Abu Dzar Al Ghiffari


Oleh : Dr. Ali Syariati
And Once Again Abu-Dhar
Dan Sekali lagi Abu-Dhar

by: Dr. Ali Shariati Introduction
dengan: Dr. Ali Shariati Pengenalan

From that day when Muhammad (PBUH) left Mecca after thirteen years of anguish and continuous struggle and went to Medina, he knew that the period of weakness and concealment of Islam had ended and that he must, with the help of his loyal and valiant followers, lay the foundation of a civilisation with the glory of an Islamic organization, and construct the basis of his political regime in the way which God desired.
Dari hari itu ketika Muhammad SAW meninggalkan Mekkah setelah tigabelas tahun kesedihan mendalam dan perjuangan berlanjut dan pergi ke Medina, ia mengetahui bahwa periode perahasiaan dan kelemahan Islam telah mengakhiri dan bahwa ia harus, dengan bantuan [dari;ttg] pengikut gagah berani dan setia nya, meletakkan pondasi bagi suatu civilisasi dengan kemuliaan dari suatu Islam Organisasi, dan membangun basis [dari;ttg] rejim [yang] politis nya di dalam caranya Tuhan yang (mana)  menginginkan.

At this time, to the east of the peninsula, the King of Iran had a splendid palace and sumptuous court in which thousands of female slaves, and thousands of enslaved people and servants, had been appointed to perform the ceremonial duties there, and the product of the labor of the miserable and hard-working people was spent in order to maintain that system.
Pada waktu ini, kepada timur dari  semenanjung, Raja Iran mempunyai suatu baik sekali istana dan halaman mewah di mana beribu-ribu para budak wanita, dan beribu-ribu para pembantu dan orang-orang diperbudak, telah ditetapkan untuk melaksanakan peraturan adat tugas-tugas [di/ke] sana, dan produk dari  tenaga kerja [menyangkut] yang menyedihkan dan orang-orang hard-working dibelanjakan dalam rangka memelihara sistem itu.

To the north of Arabia, also, Heraclitus was rising to prominence with his frightening regime and sumptuous empire. It could be said that the things which were the most striking in these two large countries were these palaces which reached towards the sky, for the exclusive enjoyment of the rulers, and that art, literature, war, the collection of taxes, design and invention, were all undertaken so that the royal and imperial ceremonies could be held in the greatest splendor possible.
Di sebelah utara dari Arabia, juga, Heraclitus  sedang naik ke keunggulan dengan rejim [yang] menakutkan nya dan kerajaan mewah. Bisa jadi dikatakan [bahwa/yang] hal-hal yang (mana)   menjadi paling membentur di (dalam) dua  negara-negara besar ini  adalah istana ini yang (mana)  mencapai ke arah langit, untuk/karena kenikmatan eksklusif dari  para penguasa, dan seni itu, literatur, peperangan, koleksi pajak, penemuan dan disain, adalah semua dikerjakan sedemikian sehingga upacara [yang] kerajaan dan yang raja bisa menyimpan dalam kemuliaan yang terbesar mungkin.

But as to the Prophet of Islam, as soon as he entered Medina, he built a mosque and his humble house beside it. The door to his house opened from inside the mosque. Until the end of his life, when Islamic rule was established throughout Arabia, he did not change his lifestyle.
Tetapi menyangkut Nabi Islam, secepat ia masuk Medina, ia membangun suatu mesjid dan rumah [yang] sederhana nya di samping itu. Pintu kepada rumah nya membuka dari di dalam mesjid [itu]. Sampai akhir hidup nya, kapan Islam Aturan dibentuk/mapan sepanjang;seluruh Arabia, ia tidak ber;ubah lifestyle nya.

He was the absolute ruler of a country and he ate barley bread . He would sit with the poor upon the ground at their meal just like a humble slave. He would ride a donkey bareback and, most of the time, he would sit another person behind him.
Ia menjadi kemutlakan penguasa suatu negeri dan ia makan roti jewawut. Ia akan duduk dengan yang lemah/miskin atas landasan pada makanan mereka [hanya;baru saja] suka seorang budak sederhana. Ia akan mengendarai seekor keledai bareback dan, kebanyakan dari waktu, ia akan duduk orang lain di belakang dia.

This method of ruling by the ruler was to show the difference between his regime and the monarchic regimes of Iran and the Roman Empire. The people could see with their own eyes that a new regime and a young organization had come into being, between two aristocratic bases, in which there was no difference between ruler and ruled, commander and commanded, master and slave, and that all stood in one rank upon the threshold of God and justice.
Metoda ini [dari;ttg] kuasa oleh [penguasa/penggaris] akan menunjukkan perbedaan antar[a] rejim nya dan rejim Iran [yang] yang monarki dan Kerajaan Romawi [itu]. Orang-Orang bisa melihat sendiri -  mereka yang suatu rejim baru dan suatu organisasi muda telah menjadi ada, antar[a] dua basis aristokratis, di mana tidak ada perbedaan antar[a] [penguasa/penggaris] dan menguasai, pemimpin dan memerintahkan, budak dan guru, dan bahwa semua berdiri di (dalam) [satu/ orang] tergolong atas ambang pintu keadilan dan Tuhan.

The founder of this regime passed away and, with the dispossession of 'Ali and political manoeuvres, the first brick in the wall of the Caliphate was laid crooked. Abu Bakr then designated 'Umar as his successor, and the second blow was dealt to the Islamic regime.
Pendiri [dari;ttg] rejim ini meninggal dan, dengan pencabutan hak milik Ali dan manuver politis, batu bata yang pertama di [dalam]  dinding Kalifah diletakkan bengkok. Abu Bakr kemudian menunjuk ' Umar [sebagai/ketika] pengganti nya, dan pukulan yang kedua   dihadapkan kepada Islam Rejim.

Even though 'Umar and Abu Bakr were themselves the cause of this deviation, the political organization of Islam was established upon the basic principles which the Prophet laid down: simplicity, equality, and the fair distribution of wealth and prevention of its concentration, just as it had been previously.
Sungguhpun ' Umar dan Abu Bakr adalah diri mereka penyebab penyimpangan ini, organisasi Islam [yang] yang politis dibentuk/mapan atas prinsip dasar yang mana Nabi meletakkan: kesederhanaan, persamaan, dan distribusi pencegahan dan kekayaan [yang] yang adil tentang  konsentrasi nya , sama [halnya] [itu] telah sebelumnya.

'Umar also left and 'Uthman, this incompetant, pseudo-religious old man, took over the reins of rulership, and the instability which had come into being in the foundation of Islamic rule became so strong that the infrastructure of Muhammad (PBUH) was immediately destroyed. During 'Uthman's rule, the Caliphate was changed into a monarchy and the mud homes of the Islamic rulers were changed into king's palaces; simplicity changed into the splendid ceremony of the court of Mu'awiyah and the extravagant organization of 'Uthman.
 ' Umar juga meninggalkan dan ' Uthman, incompetant ini, pseudo-religious ayah/suami, mengambil alih kendali rulership, dan ketidakstabilan yang (mana)  telah menjadi ada di (dalam) pondasi bagi Islam Aturan menjadi [yang] sangat kuat [bahwa/yang] infrastruktur Muhammad ( PBUH) dengan seketika dibinasakan. Selama ' Aturan Uthman's, Kalifah berubah jadi suatu kerajaan dan rumah lumpur dari  Islam Para penguasa berubah jadi istana raja; kesederhanaan berubah jadi baik sekali upacara dari  halaman Mu'Awiyah dan organisasi Uthman yang boros.

Abu Dharr, who was the fourth or fifth person who joined Islam, and whose sword had been most effective in assisting the progress of the Islamic movement, saw this deviation. 'Ali, the image of piety and truth, became isolated and the enemies of Islam had found their way into the Caliphate organization and, like termites, they were eating away at Islam.
Abu Dharr, siapa orang [yang] ke lima atau yang keempat [yang] bergabung Islam, dan [yang]  pedang siapa  tadinya paling efektif di (dalam) membantu kemajuan dari  Islam Pergerakan, lihat penyimpangan ini. ' Ali, gambaran kebenaran dan kealiman, menjadi terisolasi dan musuh Islam telah menemukan jalan/cara mereka ke dalam kalifah Organisasi dan, [seperti;suka] anai-anai, mereka  sedang berangsur-angsur akan habis pada Islam.

Each of the liberated truth-seekers was driven into a corner and silenced. The day when Abu Bakr pushed Ali aside from the political scene, and he himself sat upon the throne of the Caliphate, Abu Dharr became anxious and terrified. The future of Islam was black, to his mind, and appeared to be frightful, but he still saw that, at any rate, the caravan of Islam still progressed on its main course and even though an important rightful claim was being disregarded, the Islamic system had not been torn apart. Even though he was incensed and boiling with indignation, he put the seal of silence on his lips. When the regime of 'Uthman dominated Islam, the humiliated working masses and the helpless were suppressed under the heels of usurers, slave merchants, the wealthy, and aristocrats who were coming and going in the courts of 'Uthman and Mu'awiyah. Class differences and the concentration of wealth were revived; Islam, threatened with a great danger, was changed from the situation of the Prophet and the simplicity and unpretentiousness of Abu Bakr and 'Umar, who were living like average people or even like the poor and needy. Thousands of dinars were spent to build a Green Palace for the Islamic governor Mu'awiyah and a regime was established which was like a king's court.
Masing-Masing [menyangkut] yang dibebaskan truth-seekers dikemudikan ke dalam suatu sudut dan silenced. Hari ketika Abu Bakr mendorong Ali terkecuali peristiwa;pemandangan yang politis, dan dia sendiri duduk atas tahta dari  Kalifah, Abu Dharr menjadi ditakutkan dan tertarik. Masa depan Islam hitam, kepada pikiran nya, dan nampak untuk;menjadi menakutkan, tetapi ia masih lihat bahwa, bagaimanapun juga, kafilah Islam masih maju pada [atas] kursus [yang] utama nya dan bahkan meskipun [demikian] suatu klaim [yang] syah penting sedang tak diindahkan, Islam Sistem belum koyak terpisah. Sungguhpun ia dibuat marah dan mendidih dengan perasaan amarah, ia meletakkan segel kesunyian pada [atas] bibir nya. Ketika rejim Uthman mendominasi Islam, massa aktip yang dihina dan yang tanpa pengharapan ditindas di bawah tumit lintah darat, pedagang budak, orang-orang kaya, dan kaum ningrat [yang]  sedang datang dan mengarah di (dalam) halaman Uthman dan Mu'Awiyah. kelas Perbedaan dan konsentrasi kekayaan dihidupkan kembali; Islam, mengancam dengan suatu bahaya agung, diubah dari situasi dari  Nabi dan sederhana/rendah hati dan kesederhanaan Abu Bakr dan ' Umar, [yang]  sedang [hidup/tinggal] seperti rata-rata orang-orang atau genap [seperti;suka] yang lemah/miskin dan kaum fakir miskin. Beribu-Ribu dinars dibelanjakan untuk membangun suatu Istana Hijau untuk Islam Gubernur Mu'Awiyah dan suatu rejim memutuskan yang mana seperti suatu halaman raja.

Abu Bakr, in order to earn his living, had milked the goats of a Jewish woman, yet now a necklace belonging to the wife of 'Uthman, the Prophet's caliph, was worth a third of the taxes from Africa! 'Umar, because of one horse, took to court a boy who misused his father's position, and his father (who was one of his leading commanders), because they tried to steal a horse by force, whereas 'Uthman had made Marwan Hakam, (that is, a person who the Prophet had exiled), his consultant and had given the district of Khaybar and the taxes from the north of Africa, part and parcel, to him!
Abu Bakr, dalam rangka mendapat hidup nya, telah memerah susu kambing seorang perempuan Yahudi, sekalipun begitu (yet) sekarang suatu kalung kepunyaan isteri Uthman, kalif Nabi, adalah berharga sepertiga pajak dari Afrika! ' Umar, oleh karena berkuda satu, lari ke meramahi seorang anak laki-laki [yang] menyalahgunakan posisi bapak nya, dan bapak nya ( siapa salah satu pemimpin terkemuka nya), sebab mereka mencoba untuk mencuri seekor kuda dengan kekerasan, sedangkan ' Uthman telah buat Marwan Hakam, ( itu adalah, seseorang [yang] Nabi telah mengucilkan), konsultan nya dan telah memberi daerah Khaybar dan pajak dari yang utara Afrika, bagian hakiki, kepadanya!

Abu Dharr was watching these shameful scenes and because he could no longer bear it, could no longer remain silent, he rebelled, a manly and wonderful rebellion; an uprising which caused rebellion in all the Islamic lands against 'Uthman; an uprising from which the waves of enthusiasm can still be felt until the present day in the situations of human societies. Abu Dharr was trying to develop the economic and political unity of Islam and the regime of 'Uthman was reviving aristocracy. Abu Dharr believed Islam to be the refuge of the helpless, the oppressed and the humiliated people and 'Uthman, the tool of capitalism, was the bastion to preserve the interests of the usurers, the wealthy and the aristocrats.
Abu Dharr  sedang menyaksikan peristiwa;pemandangan [yang] memalukan ini dan sebab ia bisa tidak lagi membawa itu, bisa tidak lagi sisa diam, ia memberontak, suatu pemberontakan sangat bagus dan jantan; suatu pemberontakan yang (mana)  menyebabkan pemberontakan di semua Islam Negeri melawan terhadap ' Uthman; suatu pemberontakan dari yang mana ombak kaleng gairah tetap merasa sampai zaman sekarang di (dalam) situasi masyarakat manusia. Abu Dharr  sedang berusaha untuk kembang;kan kesatuan Islam [yang] politis dan yang ekonomi dan rejim Uthman  sedang hidup kembali aristocracy. Abu Dharr percaya Islam untuk tempat perlindungan dari  tanpa pengharapan, si tertindas dan orang-orang yang dihina dan ' Uthman, alat kapitalisme, menjadi baluarti/ benteng untuk memelihara minat dari  lintah darat, orang-orang kaya dan kaum ningrat [itu].

This struggle between Abu Dharr and 'Uthman began, and Abu Dharr, in the end, lost his life upon this path. Abu Dharr would cry out, "This capital, wealth, gold and silver which you have hoarded must be equally divided among all Muslims. Everyone must share in the others' benefits in the economic and ethical system of Islam, in all blessings of life." But 'Uthman saw Islam in ceremonies, external show and the pretence of piety and sanctity. He did not believe that religion should interfere with the poverty of the majority and the opulence of the minority. Abu Dharr, who had begun the struggle for the development of Islamic equality, would not be pacified and would not let the enemy be pacified, either...
Perjuangan ini antar[a] Abu Dharr dan ' Uthman mulai, dan Abu Dharr, pada akhirnya, hilang hidup nya [atas/ketika] alur ini. Abu Dharr akan menjerit, " [Modal/Ibukota] ini, kekayaan, perak dan emas yang (mana)  kamu sudah menimbun harus dengan sama dibagi antar semua Orang Islam. Semua orang harus berbagi di (dalam) manfaat lain di (dalam) sistem Islam etis dan yang ekonomi, dalam semua berkat hidup." Tetapi ' Uthman lihat Islam di (dalam) upacara, pertunjukan eksternal dan kepura-puraan kesucian dan kealiman. Ia tidak percaya bahwa agama perlu bertentangan dengan kemiskinan dari  mayoritas dan kekayaan dari  minoritas. Abu Dharr, [yang] telah mulai perjuangan untuk pengembangan Islam Persamaan, tidak akan ditenangkan dan tidak akan biarkan musuh ditenangkan, juga...

Whenever I think about the wonderful life of Abu Dharr and I see his worship of God, I recall Pascal. Pascal says, "The heart has reasoning powers which the intellect does not attain. The heart bears witness to God's existence, not the intellect; faith comes in this way." Abu Dharr says, "In this unbounded existence, I have found signs by which I have been guided to God. There is no hope that the intellect will reach His Essence through discussion and analysis because He is greater than any of that, and there is no possibility of encompassing Him." Abu Dharr, just like Pascal, believed in God, knew God through the heart, and he had worshipped God for three years before he met the Prophet.
Kapan saja aku memikirkan hidup [yang] yang sangat bagus Abu Dharr dan aku lihat pemujaan Tuhan nya, aku mengingat Pascal. Pascal kata[kan, " [Hati/Jantung] mempunyai memberi alasan kuasa-kuasa yang mana akal tidak mencapai. [Hati/Jantung] menyaksikan keberadaan Tuhan, [yang] bukan akal; iman datang dengan cara ini." Abu Dharr kata[kan, " Di (dalam) keberadaan tak terhingga ini, aku sudah menemukan tanda dengan mana aku telah dipandu ke Tuhan. Tidak ada harapan [bahwa/yang] akal akan menjangkau Inti sari Nya melalui/sampai analisa dan diskusi sebab Ia adalah lebih besar dibanding manapun (menyangkut) itu, dan di sana adalah tidak (ada) kemungkinan meliputi Nya." Abu Dharr, [hanya;baru saja] suka Pascal, percaya akan Tuhan, mengenal Tuhan melalui/sampai [hati/jantung], dan ia telah memuja Tuhan untuk tiga tahun [sebelum/di depan] ia jumpa Nabi [itu].

When he was speaking of capitalism and the hoarding of wealth and he was strongly defending the wretched, and when he was turning against the aristocrats and the palace-dwellers of Damascus and Medina, he resembles an extreme socialist like Proudhon, but the truth is that Abu Dharr is one thing and Pascal and Proudhon are different. Abu Dharr knew God; from that day on, he never stopped upon God's Way; not for a moment did he weaken in thought or action. Neither does Proudhon have the purity, devotion and worship of Abu Dharr, nor does Pascal have his activity and enthusiasm. Abu Dharr had become a complete human being in the School of Islam, and this commentary alone is sufficient to demonstrate his greatness.
Ketika ia  sedang menyatakan kapitalisme dan pagar kekayaan dan ia betul-betul mempertahankan yang tak enak badan, dan ketika ia  sedang berbalik melawan kaum ningrat dan palace-dwellers Damascus dan Medina, ia menyerupai suatu orang sosialis ekstrim seperti Proudhon, tetapi kebenaran adalah itu Abu Dharr adalah satu dan hal Pascal dan Proudhon berbeda. Abu Dharr mengenal Tuhan; sejak hari itu, ia tidak pernah menghentikan [atas/ketika] Jalan/Cara Tuhan; tidak pernah melakukan/did ia memperlemah dalam hati atau tindakan. [Bukan/Tidak] mengerjakan Proudhon mempunyai kemurnian, pemujaan dan devosi Abu Dharr, atau pun Pascal mempunyai gairah dan aktivitas nya. Abu Dharr telah menjadi suatu manusia lengkap di (dalam) Sekolah Islam, dan komentar ini yang sendiri adalah cukup untuk mempertunjukkan kebesaran nya.

It is possible for the following question to arise for many people who are studying Islamic history:- What was the glorious result of this movement, other than a few movements of armies, some military victories and the creation of a great empire which dispersed after a few centuries? What is the difference between the Islamic movement and other political and military movements in history which achieved similar victories and even greater triumphs, particularly when we see that the Islamic movement, from the very first phase, was faced with political differences, and was made to deviate from its main purpose, and that the real leaders of Islam were also aware of this? Then what did Islam do? What results were attained from all those sacrifices and struggles of the Prophet and his God-worshipping, brave followers? If it had military victories, they do not deserve to be considered important in the way we look at religion, in particular since these victories were gained through the Bani Umayyid and Bani 'Abbas sultans and people like them, and did not have a real and direct relationship with the truths of Islam.
Adalah mungkin untuk pertanyaan berikut  untuk [muncul/bangun] untuk banyak orang-orang [yang]  sedang belajar Islam Sejarah:- Apa yang merupakan hasil [yang] yang agung [dari;ttg] pergerakan ini, selain dari beberapa bergeraknya angkatan perang, beberapa kemenangan militer dan ciptaan suatu kerajaan agung yang (mana)  membubarkan setelah beberapa berabad-abad? Apa yang merupakan perbedaan antar[a] Islam Pergerakan dan politis lain dan pergerakan militer di (dalam) sejarah yang (mana)  mencapai kemenangan serupa dan bahkan kemenangan lebih besar, [yang] terutama sekali ketika kita lihat [bahwa/yang] Islam Pergerakan, dari tahap yang sangat awal, berhadapan dengan perbedaan politis, dan dibuat untuk menyimpang dari tujuan utama nya, dan [bahwa/yang] para pemimpin Islam [yang] yang riil adalah juga sadar akan ini? Kemudian apa yang telah Islam lakukan? Apa [yang] hasil   dicapai dari  semua pengorbanan itu dan  perjuangan [menyangkut] Nabi dan [yang] God-Worshipping nya, pengikut berani? Jika [itu] mempunyai kemenangan militer, mereka tidak [berhak/layak] untuk;menjadi mempertimbangkan penting di dalam caranya kita memperhatikan agama, khususnya [karena;sejak] kemenangan ini diperoleh melalui/sampai Bani Umayyid dan Bani ' Abbas orang-orang dan sultan suka [mereka/nya], dan tidak mempunyai suatu riil dan mengarahkan hubungan dengan kebenaran Islam.

This opinion on this point is at least correct in some degree, and we must not conceive this expansionism, these military victories and the Islamic empire's power, to be the goal of Islam, nor believe them to be among the great results of this movement. If we look at Islam in the way in which we must look at religion, this problem will not only be solved, but also we will marvel at the glorious results, progress and victories of Islam.
Pendapat ini pada [atas] titik ini sedikitnya benar dalam beberapa derajat tingkat, dan kita harus tidak mengerti paham ekspansi ini, kemenangan militer ini dan Islam kuasa kerajaan, untuk;menjadi gol Islam, maupun percaya [mereka/nya] untuk;menjadi di antara hasil [yang] yang agung [dari;ttg] pergerakan ini. Jika kita memperhatikan Islam di dalam caranya di mana kita harus memperhatikan agama, masalah ini tidak akan hanya dipecahkan, tetapi juga kita akan mengherankan di hasil yang agung, kemenangan dan kemajuan Islam.

Religion is the only factor which has a duty towards the universal elevation of creation, obliging humanity to progress and ascend, and just as there was some stimulant that transformed the inanimate into a plant and the plant into an animal and an animal into a human being, so to find completion, religion is also a reason for the continuation of this amazing story of creation, and it also carries the human being to the final stage which he or she must reach, allows the human spirit to fly to the highest summits of the loftiness of gnosis and humanness, and even elevates one beyond that desert and puts one above time and place. Thus one can use this commentary to show that religion is the instigator, stimulant and impetus for the human being to move up the ladder of transformation. In other words, religion is a factory in which the real human being is built and we should expect nothing other than this from religion.
Agama menjadi satu-satunya faktor yang (mana)  mempunyai suatu tugas ke arah pengangkatan/tingginya ciptaan yang universal, mengharuskan ras manusia untuk maju dan menaik, dan sama [halnya] ada beberapa stimulans yang menjelma yang mati/membosankan ke dalam suatu [pabrik/tumbuhan] dan [pabrik/tumbuhan] ke dalam suatu binatang dan suatu binatang ke dalam suatu manusia, maka untuk temukan penyelesaian, agama adalah juga suatu alasan untuk lanjutan [dari;ttg] cerita ciptaan mengagumkan ini, dan [itu] juga membawa manusia kepada langkah yang akhir yang (mana)  ia atau dia harus menjangkau, mengijinkan roh manusia untuk terbang kepada puncak paling tinggi dari  kesombongan/kehebatan manusia dan pengetahuan, dan bahkan mengangkat [satu/ orang] di luar itu meninggalkan dan meletakkan [satu/ orang] di atas waktu dan tempat. Begitu seseorang dapat menggunakan komentar ini untuk menunjukkan agama itu menjadi penghasut, daya dorong dan stimulans untuk manusia untuk bergerak naik ke tangga perubahan bentuk. Dengan kata lain, agama adalah suatu pabrik di mana manusia yang riil dibangun dan kita perlu tidak harapkan apapun selain dari ini dari agama.

Now we must consider whether or not Islam has been able to attain success in this direction, and offer examples or models of its product to the market of humanity. To study this perplexing issue, one must seek out, on the margins of history, some of the men and women who arose from among the nameless masses, oppressed slaves and the exhausted people. That is, one must search out the names of those very people who History has always been too ashamed to record. History has most often been kneeling before the splendid palaces of the sultans, in the battlefields and on the threshold of the gods of gold and of coercion. But this time we see that this very aristocracy-worshipper History is going to the worn tents, to the destroyed mud houses of the African slaves, to the nameless, bare-footed people of the Arabian desert, to unknown and unimportant people like Abu Dharr, a man from the Ghifar tribe, Salman, a homeless man from Iran, and Bilal, a cheap slave. History records their lives, one by one, with great greed and envy. With the highest of honors, it offers them to future generations of humanity. And it must also be asked why, and as of when, this pharaoh-seeker, royal court-dweller, History became so humble.
Sekarang kita harus mempertimbangkan ya atau tidaknya Islam telah mampu mencapai sukses di (dalam) arah ini, dan menawarkan model atau contoh tentang  produk nya  kepada pasar ras manusia. Untuk belajar ini membingungkan isu, orang harus mencari-cari, pada [atas] garis tepi sejarah, sebagian dari para laki-laki dan perempuan [yang] muncul dari di antara massa yang tak dikenal, menekan para budak dan orang-orang yang dilelahkan [itu]. Itu adalah, orang harus mencari sampai ketemu nama itu semua  seluruh orang-orang [yang] Sejarah telah selalu terlalu malu untuk merekam. Sejarah mempunyai paling sering berlutut [sebelum/di depan] baik sekali istana dari  sultan, di (dalam) medan perang dan di ambang pintu para dewa emas dan [tentang] paksaan. Tetapi waktu ini [yang] kita lihat bahwa ini sangat aristocracy-worshipper Sejarah akan tenda yang dikenakan/dekil, kepada rumah lumpur yang dibinasakan [menyangkut] dari Afrika Para budak, kepada orang-orang yang tak dikenal, [yang] bare-footed [menyangkut] dari Arab Padang pasir, ke orang-orang [yang] tak penting dan yang tak dikenal seperti Abu Dharr, seorang manusia dari Ghifar suku bangsa, Salman, seorang manusia tunawisma dari Iran, dan Bilal, seorang budak murah. sejarah Arsip hidup mereka, satu persatu, dengan ketamakan agung dan kecemburuan. Dengan yang paling tinggi tanda jasa, [itu] menawarkan [mereka/nya] ke masa depan generasi ras manusia. Dan [itu] harus pula [diminta;tanya] mengapa, dan mulai dari ketika, ini pharaoh-seeker, raja court-dweller, Sejarah menjadi [yang] sangat sederhana.

Thus, in order to assess the results which the Islamic movement has achieved, one must not look at the victories in Asia and Africa and in the lands in southern Europe. Rather, one must become aware of the progress that this movement made in the depths of the thoughts, brains, hearts and souls of a limited group of its followers. The victories which Islam had in causing the changes and new directions in the souls of these people appear more splendid, more extensive and more wonderful to those people who place greater value on truth and humanness than on power and extraterrestrial military domination. The Islamic victories in the history of places like Rome and Iran and in the fate of expansionists like Ghengis Khan, Dara, Napoleon, and others like these 'famous brainless', are not exceptional, but restructuring an unknown desert-dweller and half-savage like Jundab ibn Junadah into an Abu Dharr Ghifari is unique in any ideology or movement. If the result of Islam was no more than educating these four or five human beings like Abu Dharr, Salman, Ammar Yasir and Bilal, it would suffice for the intellect to be amazed at the victories of Islam.
Begitu, dalam rangka menilai hasil yang mana Islam Pergerakan telah mencapai, orang harus tidak lihat di kemenangan di (dalam) dan Asia Afrika dan di (dalam) negeri di (dalam) selatan Eropa. Melainkan, orang harus di;jadi;kan sadar akan kemajuan yang pergerakan ini buatan kerendahan dari  pemikiran, otak, [hati/jantung] dan jiwa dari suatu terbatas kelompok pengikut nya. Kemenangan Islam yang (mana)  yang diundang menyebabkan perubahan dan arah baru di (dalam) jiwa dari orang-orang ini nampak lebih [] baik sekali, [yang] [yang] lebih sangat bagus dan luas [bagi/kepada] orang-orang itu [yang] menempatkan nilai lebih besar pada [atas] manusia dan kebenaran dibanding pada [atas] kuasa dan extraterrestrial militer dominasi. Islam Kemenangan di (dalam) sejarah tempat seperti Roma dan Iran dan di (dalam) nasib ekspansionis seperti Ghengis Gelar penguasa Mongol, Dara, Napoleon, dan (orang) yang lain suka ini ' dungu terkenal', tidaklah pengecualian, tetapi restrukturisasi suatu yang tak dikenal desert-dweller dan half-savage seperti Jundab ibn Junadah ke dalam suatu Abu Dharr Ghifari adalah unik di (dalam) manapun pergerakan atau ideologi. Jika hasil Islam tidak lebih daripada mendidik empat  ini  atau lima manusia seperti Abu Dharr, Salman, Ammar Yasir dan Bilal, [itu] akan mencukupi untuk akal untuk kagum di kemenangan Islam.

But unfortunately the legacies of great men who are considered to be an honor to the history of Islam have been wasted, because the followers of that very religion, who were nurtured by the power of the thoughts and the swords of these people in the world, do not know them, have not understood the highest levels which these models of humanness attained in the chain of transformation, and do not know even brief details of their life stories. With this indifference and apathy to the destruction of the reputations of these rightful pioneers and images of piety and courage, we have struck blows against truth and humanity for which it is difficult to compensate, and all Muslims share in this fault.
Tetapi sungguh sial warisan [dari;ttg] manusia [laki-laki] agung [yang] dianggap sebagai suatu penghormatan kepada sejarah Islam telah disia-siakan, sebab pengikut (menyangkut)  itu  seluruh agama, [yang] dipelihara oleh kuasa dari  pemikiran dan pedang [dari;ttg] orang-orang ini di dunia, tidak mengetahui [mereka/nya], belum memahami tingkatan yang paling tinggi model manusia ini dicapai yang (mana)  di (dalam) rantai perubahan bentuk, dan tidak mengetahui genap [yang] ringkas rincian cerita hidup mereka. Dengan sikap acuh tak acuh dan kelesuan ini  kepada pembinasaan dari  reputasi [dari;ttg] gambaran dan pelopor keberanian dan kealiman syah ini, kita sudah menyerang pukulan melawan terhadap ras manusia dan kebenaran di mana [itu] sukar untuk mengganti kerugian, dan semua Orang Islam berbagi di (dalam) kesalahan ini.

More amazing than this is that, in general, people who were considered to be leaders of the Islamic Revolution continued to support truth and even sacrifice themselves for it, during the time of the rule of Abu Bakr and his successor, when Ali, the leader of the Shi'ites, was humiliated and his rightful claim was disregarded. It can be said with certainty that because of their struggles with the regime and because of their efforts, pure Islam was delivered into the hands of History. They helped humanity attain the source of truths and wisdom, in spite of the desires of the hypocrites and the ambitious, because of their struggles and brave resistance to the changes in the Islamic regime.
[yang] lebih Mengagumkan dibanding ini adalah bahwa, secara umum, orang-orang [yang] dianggap sebagai para pemimpin [menyangkut] Islam Revolusi tetap mendukung kebenaran dan bahkan mengorbankan diri mereka untuk itu, sepanjang waktunya peraturan tentang Abu Bakr dan pengganti nya, kapan Ali, pemimpin dari  Shi'Ites, dihina dan klaim [yang] syah nya tak diindahkan. [Itu] dapat dikatakan dengan kepastian yang oleh karena perjuangan mereka dengan rejim dan oleh karena usaha mereka, Islam murni dikirimkan ke dalam tangan Sejarah. Mereka membantu ras manusia mencapai sumber kebijaksanaan dan kebenaran, kendati keinginan dari  orang munafik dan yang ambisius, oleh karena perjuangan mereka dan perlawanan berani kepada perubahan dalam Islam Rejim.

Abu Dharr is one of these exceptional people, one of those leaders and liberated saviours longed for by mankind today. From the time when the system created a severe crisis in the world of economics, making economics the most sensitive issue of life and the basis of everything, his opinions have found greater importance and today, once again, they recreate those scenes in Damascus and Medina. He who gathered the humiliated and the needy around him, rallying them against usury, money-worshippers, gold gatherers and aristocrats, has now caused the Muslims of the world to listen to his heart-warming words and opinions; his fiery rhetoric. It is as if they see him in distant history with their own eyes; he who gathered the oppressed and wretched in the mosque, rightfully inciting them against the inhabitants of the Green Palace and against the regime of 'Uthman, cries out, "And there are those who hoard up gold and silver and spend it not in the Way of God... " (9:34).
Abu Dharr adalah satu orang-orang pengecualian ini, salah satu para pemimpin itu dan membebaskan saviours yang rindu akan oleh umat manusia hari ini. Dari waktu ketika sistem menciptakan suatu krisis menjengkelkan dalam dunia ekonomi, membuat ekonomi [adalah]  isu hidup [yang] [yang] sensitip dan basis segalanya, pendapat nya sudah menemukan arti penting lebih besar dan hari ini, sekali lagi, mereka membuat ulang peristiwa;pemandangan itu di (dalam) Damascus dan Medina. Ia [yang] mengumpulkan yang dihina dan kaum fakir miskin di sekitar dia, mengumpulkan [mereka/nya] melawan terhadap riba, money-worshippers, emas gatherers dan kaum ningrat, telah sekarang menyebabkan Orang Islam dari  dunia untuk mendengarkan pendapat dan kata-kata heart-warming nya; [yang] retorik berapi-api/pedas nya. [Itu] seolah-olah mereka lihat dia di (dalam) sejarah jauh dengan mata mereka sendiri; ia [yang] mengumpulkan si tertindas dan tak enak badan di (dalam) mesjid, [yang] menjadi hak menghasut/menimbulkan [mereka/nya] melawan terhadap penduduk/penghuni dari  Istana Hijau dan melawan terhadap rejim Uthman, tangis/teriakan ke luar, " Dan di sana adalah mereka yang menimbun perak dan emas dan membelanjakan nya tak perlu tentang Tuhan..." ( 9:34).

"O Mu'awiyyah! If you are building this palace with your own money, it is extravagance, and if with the money of the people, it is treason."
 " O Mu'Awiyyah! Jika kamu  sedang membangun istana ini dengan uang milik mu, adalah pemborosan/pertunjukan, dan jika dengan uang dari  orang-orang, adalah pengkhianatan."

"O 'Uthman! You have made the poor, poor and the wealthy, wealthy."
 " O ' Uthman! Kamu sudah buat yang lemah/miskin, [yang] lemah/miskin dan orang-orang kaya, kaya."

Mashhad, 1334 AH (1955)
Mashhad, 1334 AH ( 1955) 

Bab 1

And Once Again Abu-Dhar by: Dr. Ali Shariati Part One
Dan Sekali lagi Abu-Dhar oleh: Dr. Ali Shariati Bagian pertama

In the prevailing darkness of the night of oppression, the dawn was under the influence of the rising of another sun; the world, in a silence before the storm; and history, in contemplation of a great rebellion against the earthly gods and their shadows and signs-the gods of heaven: multitheism.
Di (dalam) umum kegelapan [menyangkut] malam tekanan, dinihari adalah di bawah pengaruh dari  [yang] naik matahari yang lain ; dunia, di (dalam) suatu kesunyian [sebelum/di depan] angin topan; dan sejarah, dalam bencana suatu pemberontakan agung melawan terhadap para dewa yang jasmani/keduniaan dan bayang-bayang mereka dan signs-the para dewa surga: multitheism.

In the depths of the consciences upon which falls the shadow of 'Divine Will' and in the concealment of primordial natures, which seemingly are related to the essence of being, indescribable and strange changes began to appear, just like the enigmatic sense of scent of wild birds, who perceive a storm's coming and, hurriedly, migrate from their land; or, like the mysterious instinct of alert horses who arise before the occurrence of an earthquake, rend apart the bridle and leave the master's house, saddleless, riderless, heading f or the desert, lonely spirits sense that there is something in the air, something great! Sometimes a person is a world, and sometimes an individual is a society!
Di [dalam] kerendahan suara hati atas mana jatuh bayang-bayang Ketuhanan Akan' dan di (dalam) perahasiaan [dari;ttg] alam[i] purba, yang (mana)  nampaknya berhubungan dengan inti sari menjadi, perubahan asing/aneh dan tak terlukiskan mulai untuk nampak, [hanya;baru saja] suka [perasaan/pengertian] bau harum [yang] yang sukar dimengerti [dari;ttg] burung-burung liar, [yang] merasa suatu [yang] datang angin topan dan, dengan tergopoh-gopoh, berpindah tempat dari daratan mereka; atau, seperti naluri/bakat/instink [yang] yang misterius [dari;ttg] kuda siaga [yang] [muncul/bangun] [sebelum/di depan] kejadian dari suatu gempabumi, memecah terpisah kendali dan me/tinggalkan rumah guru, tanpa memasang pelana, tanpa pengendara, memimpin f atau padang pasir, roh kesepian merasakan bahwa ada sesuatu  (yang) di udara, sesuatu  (yang) agung! Kadang-Kadang seseorang adalah suatu dunia, dan kadang-kadang perorangan adalah suatu masyarakat!

And Jundab, the son of Junadah, a bedouin Arab from Ghifar, a poverty stricken tribe from Rabadhah, a wilderness between Makkah and Madinah, along the way of the Quraysh commercial caravans and pilgrimage to the Ka'bah, with brazen men, fearless before customs, rules and laws, and, as a result, in the eyes of one who lives in the refuge of these arrange ments and systems and prospers from its blessings and security, notorious, reckless, evil and ethically corrupt! for ethics here means following customs, obeying laws, and all of these are protecting walls enclosing exclusiveness and privileges: right and rights, order and security and all of this was so that this this man could eat well and enjoy himself at the head of his sumptuous feasts among a group of the hungry.
Dan Jundab, putra Junadah, suatu badui Arab dari Ghifar, suatu kemiskinan suku bangsa yang melanda dari Rabadhah, suatu hutan belantara antar[a] Makkah dan Madinah, sepanjang [menyangkut] Quraysh ziarah dan kafilah komersil kepada Ka'Bah, dengan manusia [laki-laki] sombong, [yang] tidak gentar [sebelum/di depan] kebiasaan, hukum dan aturan, dan, sebagai hasilnya, dalam pandangan [satu/ orang] [yang] hidup di (dalam) tempat perlindungan ini menyusun ments dan sistem dan berhasil baik dari  berkat nya dan  keamanan, terkenal karena nama buruk, sembrono, [kejahatan/ malapetaka] dan secara etis merusak! untuk/karena etika di sini alat-alat yang mengikuti kebiasaan, mematuhi hukum, dan semua  ini   sedang melindungi dinding yang memasukkan eksklusif dan perlakuan khusus: benar dan benar, keamanan dan order;pesanan dan semua dari ini menjadi sangat bahwa ini manusia ini bisa makan baik dan menikmati [sen]dirinya berkedudukan utama pesta [yang] mewah nya antar suatu kelompok [yang] yang lapar [itu].

Ghifar: a notorious tribe; bandits! Bandits of the goods and slaves of the commercial caravans, reckless, who do not even hold the four forbidden months in respect.
Ghifar: suatu suku bangsa terkenal karena nama buruk; bandit! Bandit [menyangkut] para budak dan barang-barang dari  kafilah komersil, sembrono, [yang] tidak genap pegangan [adalah]  empat bulan terlarang di (dalam) rasa hormat.

They also disturb the security ruling the peninsula during these four months. When the commercial caravans, which are in motion between Rome, Makkah and Iran, under the protection of religion during these months of pilgrimage, pass the place of danger of Rabadhah, they once again see the Ghifar, swords above their heads, flying at them from their place of ambush.
Mereka juga mengganggu keamanan menguasai semenanjung selama empat  bulan ini . Ketika kafilah yang komersil, yang (mana)   sedang bergerak antar[a] Roma, Makkah dan Iran, di bawah perlindungan agama selama bulan ziarah ini, lewat tempat bahaya Rabadhah, mereka sekali lagi lihat Ghifar, pedang di atas kepala-2 mereka, menyerbu [mereka/nya] dari tempat jebakan mereka.

The people of Ghifar, these poor, sinful, wicked people, instead of extending their hands like a beggar's bowl to the commercial caravans, offer their swords to the masters !
[Masyarakat/Orang] Ghifar, [yang] lemah/miskin ini, orang-orang penuh dosa, jahat, sebagai ganti berkembang tangan mereka seperti suatu mangkuk/pasu pengemis kepada kafilah yang komersil, menawarkan pedang mereka kepada para guru!

The son of Junadah is one of these and this is why later when he becomes Abu Dharr, "He is perplexed by a hungry person who has no bread in his house; why does he not arise from among the people, his sword unsheathed and rebel ."
Putra Junadah adalah satu ini dan inilah alasan kenapa kemudiannya ketika ia menjadi Abu Dharr, " Ia dibingungkan oleh seorang orang lapar [yang] tidak punya roti di (dalam) rumah nya; kenapa ia tidak bangun dari di antara orang-orang, pedang nya menghunus dan memberontak."

Jundab, the son of Junadah, like every Ghifari man, knows that in a system of tyranny, every law and rule, custom and ethic, order and security is a guard of tyranny, and obeying it, ignorance. But he took a step-the last step, going further than any other, he knew that here the ruling religion has such a role, and obeying it, kufr.
Jundab, putra Junadah, seperti tiap-tiap Ghifari mengawaki, mengetahui bahwa di (dalam) suatu sistem kekejaman, tiap-tiap hukum dan aturan, susila dan kebiasaan, keamanan dan order;pesanan adalah suatu pengawal kekejaman, dan kepatuhan itu, ketidak-tahuan. Tetapi ia mengambil suatu step-the [bertahan/berlangsung] langkah, berbuat lebih banyak dibanding lainnya, ia mengetahui bahwa di sini agama kuasa mempunyai peran seperti itu, dan kepatuhan itu, kufr.

And an idol? What is this? One night when the tribe had gone on a pilgrimage to Manat, the Ghifar idol, and with the ardency, happiness, enthusiasm and zealty of praying, worshipping, vowing and need, begging for rain to be saved from famine and drought which threatened the Ghifars with death, he, in the depths of his certainty, sensed the sacred flame of a doubt.
Dan suatu berhala? Apa [yang]   ini? Pada suatu malam ketika suku bangsa telah terus suatu ziarah ke Manat, Ghifar berhala, dan dengan ardency, kebahagiaan, gairah dan zealty dalam berdoa, memuja, berjanji dan perlu untuk, memohon untuk hujan untuk diselamatkan dari  kelaparan dan  (musim)kering yang (mana)  mengancam Ghifars dengan kematian, ia, di (dalam) kerendahan [dari;ttg] kepastian nya, merasakan nyala api [yang] yang suci suatu keraguan.

This flame of wisdom was further kindled in the breeze of contemplation and deep and continuous deliberations when the tribe fell asleep; the mysterious silence set up a tent in the environs of Manat, in the wilder ness, night and heaven; he quietly arose, picked up a stone, with uncertainty and, fluctuating between doubt and certainty, went forward; for a moment he remained staring into the eyes of the deity of his time.
Nyala api kebijaksanaan ini adalah dinyalakan lebih lanjut  di (dalam) angin sepoi-sepoi perenungan dan berlanjut dan dalam deliberations ketika suku bangsa tertidur; kesunyian yang misterius menyediakan suatu tenda di (dalam) daerah sekeliling Manat, di (dalam) tanah mencuat ke laut yang lebih liar, surga dan malam; ia dengan tenang muncul, mengambil suatu batu, dengan ketidak-pastian dan, berubah-ubah antar[a] kepastian dan keraguan, tampil ke depan; sebentar ia tinggal menatap ke dalam mata dari  dewata [dari;ttg] waktu nya.

He found nothing but two non-seeing eyes; with all of his anger and hatred, he hit this idol, which had been carved by ignorance and tyranny, with the stone.
Ia menemukan tak lain hanya dua mata  tidak lihat; dengan semua dari kebencian dan kemarahan nya, ia memukul berhala ini, yang (mana)  telah diukir oleh kekejaman dan ketidak-tahuan, dengan batu [itu].

The sound of stone hitting stone and ... then nothing. Returning in salvation towards the Absolute, being all at once released from the chains, bonds and shackles which seemingly had been wound around his soul for centuries, he suddenly sensed that he had, alone and unknown, left a deep well and a narrow and dark cave in which he had been imprisoned from the beginning of creation. He looked at the wilderness, a shoreless expanse; to the horizons, distant, extensive and heaven! full of glorv, beautiful, deep and mysterious ... it was as if he had seen them, and could see them, for the first time.
Bunyi;Serasi batu [yang] memukul batu dan... kemudian tidak ada apapun. Mengembalikan di (dalam) keselamatan ke arah Kemutlakan, yang sedang tiba-tiba bebas dari rantai, belenggu dan obligasi;ikatan yang (mana)  nampaknya tadinya luka di sekitar jiwa nya selama berabad-abad, ia tiba-tiba merasakan bahwa ia telah, yang tak dikenal dan sendiri, meninggalkan suatu sumur dalam dan suatu gua [yang] gelap dan sempit di mana ia telah dipenjarakan/ditahan dari awal ciptaan. Ia melihat di hutan belantara, suatu permukaan yang luas tanpa pantai; kepada kaki langit, jauh, luas dan surga! penuh dengan glorv, indah, misterius dan dalam... [itu] seolah-olah ia telah melihat [mereka/nya], dan bisa lihat [mereka/nya], untuk pertama kali.

Through faith and certainty, he had attained release and a void and now, little by little, new edges of faith and certainty but clear, large, deep, conscious, that which he himself chooses!
Melalui/Sampai kepastian dan iman, ia telah mencapai pelepasan/release dan suatu kekosongan dan sekarang, sedikit demi sedikit, tepi kepastian dan iman [yang] baru tetapi jelas bersih, besar, dalam, sadar, yang dia sendiri memilih!

Under the rain of thought which incessantly grows stronger and stronger, he sensed that springs open to him in the dark, dry and thirsty inner desert and now, 'the sound of the steps of water!' and every moment, faster and faster; it rises high and higher and acquires all of his inner self; he is filled by it. In the painful inflammation and anguishing ardency of a birth, alone in the world, a shadow alone in the desert, in the night, under the conversant sky of the desert, all of his existence addressed to 'Him!', he suddenly falls upon the dust, head in prostration upon the earth and the sound of impatient, ancient complexes came undone, crying!
Di bawah hujan pikiran yang (mana)  dengan berkelanjutan tumbuh lebih kuat dan lebih kuat, ia merasakan [musim semi/ mata air] itu terbuka bagi dia di (dalam) padang pasir yang gelap, [yang] bagian dalam haus dan kering dan sekarang, ' bunyi;serasi dari  langkah-langkah air!' dan tiap-tiap saat/momen, semakin cepat; [itu] naik lebih tinggi dan tinggi dan memperoleh semua dari diri bagian dalam nya; ia diisi oleh itu. Di (dalam) radang/penyalaan yang menyakitkan dan kesedihan mendalam ardency suatu kelahiran, sendiri di dunia, suatu bayang-bayang yang sendiri di (dalam) padang pasir, di waktu malam, di bawah langit pembicara dari  padang pasir, semua dari keberadaan nya menunjukkan ' Nya!', ia tiba-tiba jatuh atas debu, kepala di (dalam) sujud/kelemahan atas bumi dan bunyi;serasi [dari;ttg] kompleks jaman kuno menjadi tidak dilaksanakan, menangis!

And this was the first real prayer of Abu Dharr. "Three years before I met the Prophet of God, I prayed to God."
Dan ini menjadi doa Abu [yang] riil yang pertama Dharr. " Tiga tahun [sebelum/di depan] aku jumpa Nabi Tuhan, aku berdoa ke Tuhan."

"To which direction did you turn?"
 " Untuk mana arah [yang] anda memutar?"

"To the direction in which He made me aware of Himself."
 " Kepada arah di mana Ia buat aku sadar akan [Sen]Dirinya."

Three years later he heard that a man had appeared in Makkah who makes fun of the people's religion; who calls the sacred things of the people, 'false'; who names all of the great idols of the Ka'bah, 'mute and foolish stones'; who has placed the One God for the gods of all.
Tiga tahun yang kemudiannya ia mendengar bahwa seorang manusia telah nampak di (dalam) Makkah [yang] memperolokkan [menyangkut] agama orang-orang; [yang] [panggil/hubungi] hal-hal suci dari  orang-orang, ' sumbang/palsu'; [yang] menyebut semua berhala agung dari  Ka'Bah, ' batu bodoh dan bisu'; [yang] telah menempatkan yang Satu Tuhan untuk para dewa dari semua.

The Ghifar wayfarers and travelers received this news as if it were a tragedy for religion and Arab ethics. They spoke of him with words filled with ridicule and aversion, but Jundab, in the midst, found his lost self.
Ghifar musafir, pelancong dan pelancong menerima kabar ini seolah-olah adalah suatu tragedi untuk Arab dan agama Etika. Mereka menyatakan dari dia dengan kata-kata diisi dengan kebencian dan ejekan, tetapi Jundab, di (dalam) tengah-tengah, menemukan diri hilang nya.

He knew that whatever the fossil-worshippers, who connect their multitheist, polluted, ignorant superstitions to Abraham, the idol-destroyer, condemn, call kufr, interpret as the cause for: discord in society, the lethargy of beliefs, the deviation of the thoughts of the youth, the boldness of the lowly people of society, the shaking of the base of morality and faith, the cause of the pessimism and separation amidst a boy and a girl and his or her mother and father, the cause of the scorn of nobles, glories and religious personalities, the disappearance of respect for the ancients, the authenticity of early myths and customs of ancestors and grandfathers and ... all are clear signals of a salvation-giving Revolution and firm signs of a Divine truth.
Ia mengetahui bahwa apapun juga [yang] fossil-worshippers, [yang] menghubungkan multitheist mereka, mengotori, takhyul bodoh ke Abraham, idol-destroyer, menghukum/ mengutuk, [panggil/hubungi] kufr, menginterpretasikan dari [ketika;seperti] penyebab untuk: perselisihan di (dalam) masyarakat, kelesuan kepercayaan, penyimpangan dari  pemikiran [menyangkut] [masa/kaum] muda, keberanian dari  orang-orang masyarakat rendah hati, goncangan [menyangkut] dasar iman dan kesusilaan, penyebab dari  separasi dan pesimisme amidst [adalah] seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan dan ibu nya dan bapak, penyebab dari  caci maki [dari;ttg] mulia, kemuliaan dan kepribadian religius, penghilangan rasa hormat untuk yang jaman kuno, keaslian awal kebiasaan dan dongeng nenek moyang dan para kakek dan... semua harus jelas isyarat suatu Revolusi yang salvation-giving dan tanda perusahaan suatu Ketuhanan Kebenaran.

And Jundab, who was from among the pulsating and revolutionary spirits, who does not become hard and stone-like in the narrow moulds of social and heriditary traditions, does not lag behind movement, creativity, ability to change, transformation and the power to choose, sensed there is something in the air; this is exactly what his unlettered spirit and liberated thought sought in the solitude of the desert, in his inner alone ness.
Dan Jundab, siapa dari di antara berdenyut dan roh revolusioner, [yang] tidak menjadi seperti melempar dan [sulit/keras] di (dalam) adonan/cetakan/jamur sosial [yang] yang sempit dan heriditary tradisi, tidak tertinggal pergerakan, kreativitas, kemampuan untuk ber;ubah, perubahan bentuk dan kuasa untuk memilih, merasakan ada sesuatu  (yang) di udara; ini persisnya apa yang  roh  tidak ditulis nya  dan yang dibebaskan pikiran mencari di [dalam]  kesunyian padang pasir, di (dalam) tanah mencuat ke laut sendiri bagian dalam nya.

He did not remain indifferent before this 'news'. Responsibility obliged him to begin to search and not to base his persuation and judgment on rumors, propaganda, lies, insults and successive falsifications, which are structured by the self interested elite and are spread by the degenerated populace and he himself to arise and investigate, because a person's judgment is the most outstanding sign of his or her personality. Whosoever judges against a person, a thought, an action, a movement and against every reality, based upon what others have said, and the source of all of their thought and judgment is a person called, 'Mr.
Ia tidak tinggal [yang] acuh tak acuh/tak memihak [sebelum/di depan] ini ' kabar'. Tanggung jawab mengharuskan dia untuk mulai untuk tidak mencari kepada dan mendasarkan persuation nya dan pertimbangan pada [atas] desas desus/slentingan, propaganda, kepalsuan, hinaan dan pemalsuan berurutan, yang (mana)  adalah tersusun oleh diri menarik pilihan dan adalah di/tersebar oleh massa yang diturunkan dan dia sendiri untuk [muncul/bangun] dan menyelidiki, sebab pertimbangan seseorang menjadi tanda [yang] [yang] terkemuka [dari;ttg] kepribadian nya. Siapapun menilai melawan terhadap seseorang, suatu pemikiran, suatu tindakan, suatu pergerakan dan melawan terhadap tiap-tiap kenyataan, berdasar pada apa [yang]  (orang) yang lain  sudah berkata, dan sumber dari semua pertimbangan dan pikiran mereka seseorang disebut, ' Mr.

So and So Says ... before they ignorantly and unfairly condemn a truth, there are deprived who have condemned themselves to the intellectual bondage of the powers of their age, superstition-making masters and their manifest and hidden propaganda facilities-and they have shown that they are the impotent ruminators of rumors, insults and lies which the enemy places a special order for, the hypocrite structures, the demagogue spreads and the populace accepts!
Si polan Kata[Kan... [sebelum/di depan] mereka dengan ketidak-tahuan dan tanpa keadilan menghukum/ mengutuk suatu kebenaran, ada sangat kekurangan [yang] sudah menghukum diri mereka kepada perbudakan intelektual dari  kuasa-kuasa [dari;ttg] [umur/zaman] mereka, superstition-making para guru dan jelmaan mereka dan menyembunyikan propaganda facilities-and [yang] mereka sudah menunjukkan bahwa mereka menjadi yang impoten ruminators desas desus/slentingan, hinaan dan kepalsuan yang mana musuh menempatkan suatu order;pesanan khusus untuk, orang munafik struktur, pemimpin rakyat menyebar dan massa menerima!

But the son of Junadah sent his brother, Anis, to Makkah to see, at close hand, this man condemned to lying insanity, witchcraft, poetry and kufr, who they say had come to take away the respect of the house of God, to change social unity into conflict and discord and family solidarity into dispersion and hostility, listen to his words, grasp his message and give him [Abu Dharr] a report.
Hanyalah putra Junadah mengirim saudara nya, Anis, ke Makkah untuk lihat, pada tangan dekat, ini manusia menghukum untuk berbaring penyakit gila, witchcraft, puisi dan kufr, [yang] mereka kata[kan telah datang untuk menyingkirkan rasa hormat dari  rumah Tuhan, untuk ber;ubah kesatuan sosial ke dalam kesetiakawanan keluarga dan perselisihan dan konflik ke dalam permusuhan dan pembubaran, mendengarkan kata-kata nya, menyerap pesan nya dan memberi dia [ Abu Dharr] suatu laporan.

Anis came to Makkah. He did not find the man. No one pointed out this nameless, placeless stranger to him. Hopelessly, he searched through the city. He heard nothing other than abuse, ridicule, aversion and hatred about this man. Every place, mosque, bazaar, and person, in particular, 'respectable people', 'reputable personalities','the big shots of religion and the world' and also 'believing worshippers and religiously prejudiced', 'the believers in Abraham's traditions and the house of Abraham!' repeated similar words and rumors about him, which reached the level of concatenations.
Anis datang ke[pada] Makkah. Ia tidak temukan manusia [itu]. Tak seorangpun menunjukkan [yang] tak dikenal ini, orang asing tanpa menempatkan kepadanya. Dengan tanpa harapan, ia memeriksa secara menyeluruh kota besar [itu]. Ia tidak mendengar apapun selain dari penyalahgunaan, ejekan, kebencian dan kebencian tentang ini mengawaki. Tiap-Tiap tempat, mesjid, bazaar, dan orang, khususnya, ' orang-orang terhormat', ' personalities','the orang penting agama mempunyai nama baik dan dunia' dan juga ' percaya pemuja dan dengan taat merugikan', ' pengikut di (dalam) tradisi Abraham'S dan rumah Abraham!' desas desus/slentingan dan kata-kata serupa yang diulangi tentang dia, yang (mana)  mencapai tingkatan penggabungan.

"He is crazy; a magician. The allure of his words is not the magnatism of revelation; it is magic; it is not the beauty of truth, it is poetry; he does not receive his words from Gabriel; his words are not his own either; a foreign scholar intimates what he should say; he gets them from a Christian monk, an Iranian scholar; he is a calamity who has descended upon the ummah of Abraham; he throws the honor of the mosque, the sacred ness of the House of God, the tradition of the pilgrimage, the worship of the gods, the genuineness of ethics, the respect of families and all of the honors and values of our ancestors to the winds."
 " Ia bobrok/gila; suatu tukang sihir. Mikat kata-kata nya bukanlah magnatism pembukaan rahasia; adalah sihir; bukan kecantikan kebenaran, adalah puisi; ia tidak menerima kata-kata nya dari Gabriel; kata-kata nya bukanlah [milik]nya juga; suatu teman karib sarjana asing [yang] apa yang ia perlu kata[kan; ia mendapat/kan [mereka/nya] dari suatu Kristen Biarawan, suatu sarjana Berhungan dengan Iran; ia adalah suatu bencana [yang] telah turun atas ummah Abraham; ia melemparkan penghormatan dari  mesjid, tanah mencuat ke laut suci dari  Rumah Tuhan, tradisi dari  ziarah, pemujaan dari  para dewa, keaslian etika, rasa hormat keluarga-keluarga dan semua dari  tanda jasa dan nilai-nilai [dari;ttg] nenek moyang [kita/kami] kepada angin badai."

Bab 2 

And Once Again Abu-Dhar by: Dr. Ali Shariati Part Two
Dan Sekali lagi Abu-Dhar oleh: Dr. Ali Shariati Memisahkan Dua orang

Suddenly, all at once, in one of the narrow alleys of Makkah, he saw a large crowd in a corner who had tied themselves into a knot. He delivered himself there: a man alone, with an enlightened face, with a look which awakened the depths of his soul, an open and calm brow, middle-size stature, an aggressive shape, and, at the same time, inspiring kindness and affection, with a manly, hoarse voice, decisive and certain and, at the same time, sweet and full of tenderness, with profound words, a pleasing tone and more beautiful than poetry, full of fear and hope. Anis stood before him. He did not know whether to listen to his words, to give his heart to his charisma, or to simply observe all of the beauty and kind ness of his stature, look, behavior and words?
Tiba-Tiba, tiba-tiba, di (dalam) salah satu [dari] lorong Makkah yang sempit, ia lihat suatu kerumunan besar di (dalam) suatu sudut [yang] telah mengikat diri mereka ke dalam suatu jerat/simpul. Ia [mengirim/bawa] [sen]dirinya [di/ke] sana: seorang manusia sendiri, dengan suatu muka diterangi, dengan suatu nampak/wajah yang (mana)  membangkitkan kerendahan [dari;ttg] jiwa nya, suatu kening tenang dan terbuka, middle-size orang jangkung, suatu bentuk agresif, dan, pada waktu yang sama, kasih sayang dan kebaikan membangkitkan semangat, dengan suatu suara jantan, [yang] parau, tertentu dan bersifat menentukan dan, pada waktu yang sama, manis dan penuh dengan kelembutan, dengan kata-kata dalam, suatu nada yang memuaskan dan keindahan [yang] lebih dibanding puisi, penuh dengan ketakutan dan harapan. Anis berdiri di hadapan dia. Ia tidak mengetahui apakah untuk mendengarkan kata-kata nya, untuk memberi [hati/jantung] nya kepada karisma nya, atau untuk sederhananya mengamati semua kecantikan dan tanah mencuat ke laut sesama [dari;ttg] orang jangkung nya, nampak/wajah, kata-kata dan perilaku?

He was still in a state of bewilderment, caused by seeing this man, when a group came, creating an uproar. Without listening to his words and answering him, they generated a flood of abuses and repeated, pre-fabricated insults, upon his head and face; and, the ignorance of the unbiased, abased people who had nothing so that they would lose it in 'the illumination of the message' and 'the revolution of the mission', who were themselves condemned by the ruling system and sacrifices of the status quo, had made them into toys of tyranny and jailers of their own prisons, the popular masses, with ugly enthusiasm and sedition, shouted out that which the biased had placed in their mouths.
Ia masih dalam keadaan kebingungan, disebabkan oleh melihat ini manusia, ketika suatu kelompok datang, menciptakan suatu kegaduhan. Tanpa mendengarkan kata-kata nya dan menjawab dia, mereka menghasilkan limpahan penyalahgunaan dan mengulangi, dibuat terlebih dulu hinaan, [atas/ketika] kepala nya dan muka; dan, ketidak-tahuan dari  tidak memihak, menghina orang-orang [yang] tidak mempunyai apapun sedemikian sehingga mereka akan hilang[kan ia/nya di (dalam) ' kekuatan penerangan dari  pesan' dan ' revolusi dari  misi', [yang] adalah diri mereka dihukum oleh sistem yang kuasa dan pengorbanan keadaan tetap pada suatu saattertentu, telah buat [mereka/nya] ke dalam mainan sipir(penjara) dan kekejaman [dari;ttg] penjara mereka sendiri, massa yang populer, dengan hasutan dan gairah buruk, berteriak sekeras-kerasnya yang yang dibiaskan telah menempatkan di (dalam) mulut mereka.

They pushed the 'lonely Messenger' away with anger or rage or they withdrew from him with abuse and ridicule and left him alone. As he had the tranquility of the tranquility of heaven and the poise of patience, like the patience and poise of a mountain (for he had come down from Hira and had brought a message from heaven), the blows of anger and the darknesses of ignorance had no effect, left no scratch of anger upon his face, which overflowed with tenderness and affection. He would hurriedly go to another place and, amidst another group, his words would begin again, and, once again, not having been heard, not having been understood, abuses and accusations, and again, insults and ridicule, and he, again, to other places and, again, the beginning of his words!
Mereka mendorong ' Pesuruh yang kesepian' buanglah marah atau mengamuk atau mereka menarik dari dia dengan penyalahgunaan dan ejekan dan meninggalkan dia sendiri. [Seperti/ kala] ia mempunyai kedamaian dari  kedamaian surga dan ketenangan kesabaran, seperti kesabaran dan ketenangan suatu gunung ( karena ia telah turun dari  Hira dan  telah membawa suatu pesan dari surga), pukulan kemarahan dan kegelapan ketidak-tahuan tidak punya efek, tidak meninggalkan scratch kemarahan [atas/ketika] muka nya, yang (mana)  meluapi dengan kasih sayang dan kelembutan. Ia akan dengan tergopoh-gopoh pergi ke tempat, yang lain  dan amidst kelompok yang lain , kata-kata nya akan mulai lagi, dan, sekali lagi, bukan terdengar, bukan dipahami, tuduhan dan penyalahgunaan, dan lagi, menghina dan menertawakan, dan ia, lagi, ke tempat lain dan, lagi, permulaan [dari;ttg] kata-kata nya!

He wandered through all areas of the city, in the street and bazaar, a place of gathering and mosque; he would go everywhere looking for people.
Ia mengembara di seluruh area [menyangkut] kota besar, di (dalam) bazaar dan jalan, suatu tempat mesjid dan pengumpulan; ia akan pergi di mana-mana mencari orang-orang.

He would stand along the way of the people and, without thinking about their answers, would give them fear, would give them glad tidings, warning them of a danger, showing them the way to salvation, for he had a message, for he had a mission, that God, 'the Friend of the honorable' and 'Enemy of the arrogant' had cried out to him, "O thou wrapped up (in a mantle)!
Ia akan berdiri sepanjang [menyangkut] orang-orang dan, tanpa berpikir tentang jawab mereka, akan memberi [mereka/nya] ketakutan, akan memberi [mereka/nya] berita gembira, peringatan [mereka/nya] suatu bahaya, mempertunjukkan [mereka/nya] jalan/cara ke keselamatan, karena ia mempunyai suatu pesan, karena ia mempunyai suatu misi, yang [itu] Tuhan, ' Teman dari  terhormat' dan ' Musuh [menyangkut] yang angkuh' telah menjerit kepadanya, " O engkau membungkus ( di (dalam) suatu mantel)!

Arise and deliver thy 7warning." (74:1-2); warn people who slumber in the tranquility of ignorance and security of tyranny and who, by shepherding the wolf, graze poverty and humiliation! O appointed shepherd!
Dan [membawa/kirim] 7warning milikmu." ( 74:1-2); memperingatkan orang-orang [yang] tidur nyenyak di (dalam) kedamaian keamanan dan ketidak-tahuan kekejaman [yang] dan siapa yang, dari [oleh/dengan] menuntun serigala, menggembalakan/mengetam penghinaan dan kemiskinan! O yang ditetapkan gembala!

Release the sheep of the Qararit desert, for in the city of God, human beings are made into being sheep-like! The God of Abraham made all of his angels prostrate themselves before the feet of Adam, and now, in the house of Abraham, the children of Adam are made to prostrate upon the earth, before the feet of Iblis's fossils -which are the protectors of clans and classes.
Lepaskan biri-biri Dari Qararit padang pasir, untuk/karena di (dalam) kota besar Tuhan, manusia diubah menjadi seperti biri-biri! Tuhan Abraham buat semua dari para malaikat nya yang letih-lesu diri mereka [sebelum/di depan] kaki Adam, dan sekarang, di (dalam) rumah Abraham, anak-anak Adam dibuat ke letih-lesu atas bumi, [sebelum/di depan] kaki [dari;ttg] fosil Iblis'S - yang merupakan pelindung kelas dan kaum.

In spite of the storm of insult, conspiracy, threat and ridicule which the despicable aristocrats raised with their dishonorable and foolish allies to silence him, make him 'not speak', he spoke, saying, "God of the deprived," had said, "Say!" Say, "We Willed to be gracious to those that were deprived upon the earth, and to make them leaders and to make them the heirs. "(28:3) Anis looked at the man, followed him, listened to his words and thought about his existence, a perplexed and wonderous existence, but the wonders of the very being of the man, the gravity of his presence, the charisma of his behavior and his beauty so fascinated and captivated him that he became more of a spectator of the man than his listener:
Kendati angin topan hinaan, komplotan, ancaman dan ejekan yang mana kaum ningrat yang hina diangkat dengan musuh Jerman PD I [yang] bodoh dan bisa memalukan mereka ke kesunyian dia, membuat dia ' tidak berbicara', ia berbicara, berkata, " Tuhan [menyangkut] yang sangat kekurangan," telah berkata, " Kata[Kan!" Kata[Kan, " Kita Willed untuk;menjadi sangat ramah untuk . yang sangat kekurangan atas bumi, dan untuk membuat [mereka/nya] para pemimpin dan untuk membuat [mereka/nya] mewarisi. "( 28:3) Anis melihat di manusia, mengikuti dia, mendengarkan kata-kata nya dan memikirkan keberadaan nya, suatu dibingungkan dan wonderous keberadaan, hanyalah  mengherankan sangat menjadi [menyangkut] manusia, gaya berat [dari;ttg] kehadiran nya, karisma [dari;ttg] perilaku nya dan kecantikan nya yang terpesona dan menarik hati dia bahwa ia menjadi lebih banyak suatu penonton [menyangkut] manusia dibanding pendengar nya:

All of that kindness in all of these difficulties; all of that beauty in all of that stability; all of that serenity in all of that restlessness; all of that simplicity in all of that complexity; all of that servitude in all of that rebellion all of that ardency in all of that anguish; all of that power in all of that weakness; all of that shame in all of that boldness; all of that tranquility in all of that excitement; all of that patience in all of that impatience; all of that humility in all of that awe; all of that love, inspiration, emotions, finesse and ghazels of feelings and the heart in all of that sagacity, logic, vigilance, seriousness, epics and intellect, and finally, [with] all of that 'to be heavenly' and [with] all of this 'to appear earthly'; all of that worship of God and, head to foot, the enflamed of God, and all of this thinking about people and complete occupation with them and what can I say? All of this aggressiveness and certainty and all of this ... and alone.
Semua dari kebaikan itu dalam semua berbagai kesulitan ini; semua dari kecantikan itu dalam semua (menyangkut)  stabilitas itu ; semua dari ketenangan itu dalam semua (menyangkut)  kegelisahan itu ; semua dari kesederhanaan itu dalam semua (menyangkut)  kompleksitas itu ; semua dari perbudakan itu dalam semua (menyangkut)  pemberontakan itu  semua dari ardency itu dalam semua (menyangkut)  kesedihan mendalam itu ; semua dari kuasa itu dalam semua (menyangkut)  kelemahan itu ; semua dari malu itu dalam semua (menyangkut)  keberanian itu ; semua dari kedamaian itu dalam semua (menyangkut)  kegembiraan itu ; semua dari kesabaran itu dalam semua (menyangkut)  ketidaksabaran itu ; semua dari kerendahan hati itu dalam semua (menyangkut)  perasaan kagum itu ; semua dari cinta itu, inspirasi, emosi, kemahiran dan ghazels dalam perasaan dan [hati/jantung] dalam semua (menyangkut)  kederdikan itu , logika, kewaspadaan, kesungguhan hati, syair kepahlawanan dan akal, dan akhirnya, [ dengan] semua dari bahwa ' untuk;menjadi surgawi' dan [ dengan] semua dari ini ' untuk nampak jasmani/keduniaan'; semua dari pemujaan Tuhan itu dan, memimpin ke kaki, yang dinyalakan Tuhan, dan semua dari ini berpikir tentang orang-orang dan melengkapi;menyudahi jabatan;pendudukan dengan [mereka/nya] dan aku apa yang bisa kata[kan? Semua dari kepastian dan agresip ini dan semua dari ini... dan sendiri.

A man, this miracle, who threw such a hue and cry into Anis so that he did not hear his words, or he heard, but the wonder of his words and the miracle of his tone caused such a state of wonder to appear in him, for he was hearing the Words of God for the first time, that he was unable to understand their meaning; Anis-the brother of Jundab, a young bedouin, 'did not know' what the man was saying, but through his strong instincts, through the clear, primordial nature of a 'bedouin spirit', 'a primordial person' in whom 'logic' had not as yet replaced 'conscience', he found that the man is an 'event'. He realized, through his senses, that these words have come from another world; he did not understand the truth; he did not comprehend the meaning of the words; he did not come to know the man; but he smelled the perfume of revelation, tasted the taste of the truth and sensed the indescribable warmth of faith.
Seorang manusia, keajaiban ini, [yang] melemparkan keributan seperti itu ke dalam Anis sedemikian sehingga ia tidak dengar kata-kata nya, atau ia mendengar, tetapi keajaiban kata-kata nya dan mukjizat nada nya menyebabkan status seperti itu [dari;ttg] mengherankan untuk nampak di (dalam) dia, untuk/karena ia  sedang mendengar Sabda Tuhan untuk pertama kali, bahwa ia adalah tidak mampu untuk memahami maksud/arti mereka; Anis-The saudara Jundab, suatu badui muda, ' tidak mengetahui' apa yang manusia  sedang berkata, tetapi melalui/sampai naluri/bakat/instink kuat nya, melalui/sampai alam[i] yang jelas bersih, [yang] purba a ' roh badui', ' seorang orang purba' di dalam mana ' logika' tidak [pernah] hingga kini menggantikan ' suara hati', ia menemukan [bahwa/yang] manusia adalah suatu ' peristiwa'. Ia [merealisir/sadari], melalui/sampai pikiran sehat nya, yang para  kata-kata ini  sudah datang dari dunia yang lain ; ia tidak memahami kebenaran; ia tidak mengerti arti dari kata-kata; ia tidak mengenali manusia; tetapi ia smelled parfum pembukaan rahasia, mencicipi rasa dari  kebenaran dan merasakan kehangatan/keramahan iman yang tak terlukiskan.

And Abu Dharr, resdess in the desert, anxiously awaiting the road from Makkah. "Anis, my brother, did you see him? Did you hear his words? What was he saying? Who was he?" "He was a man alone. His tribe distressed him and showed animosity but, patient and kind; whenever a crowd rejected him or they left him with abuse and ridicule, he would move towards another group and he would again begin to speak."
Dan Abu Dharr, resdess di (dalam) padang pasir, [yang] dengan penuh minat menunggu jalan dari Makkah. " Anis, saudara ku, anda lihat dia? Anda dengar kata-kata nya? Apa ia berkata? Siapa ia?" " Ia adalah seorang manusia sendiri. Suku bangsa nya menyusahkan dia dan menunjukkan kebencian tetapi, pasien dan sesama; kapan saja suatu kerumunan menolak dia atau mereka meninggalkan dia dengan penyalahgunaan dan ejekan, ia akan bergerak ke arah kelompok yang lain  dan ia akan lagi mulai untuk berbicara."

"Tell me, Anis! Tell me what he said. What did he invite people to?"
 " Ceritakan, Anis! Ceritakan[lah apa yang ia berkata. Apa yang telah ia mengundang orang-orang untuk?"

"I swear by God, however much I tried to understand what he was saying, I did not understand, but his words were like nectar which ran through my soul!"
 " Aku percaya sekali Tuhan, bagaimanapun banyak aku mencoba untuk memahami apa yang ia  sedang berkata, aku tidak memahami, tetapi kata-kata nya seperti madu yang (mana)  mengejar jiwa ku!"

Abu Dharr, in searching for the message, did not have scholarly curiosity or the diversion of an intellectual. He was restless and thirsty and Anis had not brought even one drop of water from that spring for him. He hurriedly arose, and, without sitting and reflecting for a moment on the whys and wherefores of the journey and its outcome, he undertook the long way from the Ghifar land to Makkah. Throughout the way, the traveler, the journey, the route of the journey and the final station, were all 'him'.
Abu Dharr, di (dalam) mencari-cari pesan, tidak mempunyai kecurigaan ilmiah atau hiburan/ pengalihan dari suatu intelektual. Ia adalah haus dan resah dan Anis tidak [pernah] membawa bahkan [satu/ orang] tetesan air dari [musim semi/ mata air] itu untuk dia. Ia dengan tergopoh-gopoh muncul, dan, tanpa duduk dan mencerminkan sebentar pada [atas] letak persoalan dari  bepergian dan hasil nya, ia mengerjakan merindukan jalan/cara dari Ghifar mendaratkan ke Makkah. Sepanjang;Seluruh jalan/cara, pelancong, perjalanan, rute dari  bepergian dan setasiun yang akhir, adalah semua ' dia'.

He was going and faith was coming. Yea. Faith comes in this way. Then he reached Makkah. A man from the Ghifar tribe, amidst the Quraysh caravan leaders and capitalists! and searching for a man, even the mentioning of the name of whom is a crime in this city. He searched the whole day through the valleys of Makkah, the bazaar and the Masjid al-Haram. He found nothing. He went to sleep that night in the Masjid al-Hararn, alone and hungry, when 'Ali, who, every night before going home, would come to the mosque and circumambulate [in accordance with the traditions of Abraham] and then go to his home, saw him alone, asleep upon the dust.
Ia  sedang mengarah dan iman  sedang datang. [Ya/Betul]. Iman datang dengan cara ini. Kemudian ia mencapai Makkah. Seorang manusia dari Ghifar suku bangsa, amidst [adalah]  Quraysh kafilah para pemimpin dan kapitalis! dan mencari-cari seorang manusia, bahkan menyebutkan [menyangkut] nama dari siapa adalah suatu kejahatan di (dalam) kota besar ini. Ia mencari keseluruhan hari melalui/sampai lembah Makkah, bazaar dan Masjid al-Haram. Ia tidak menemukan apapun. Ia pergi ke tidur malam itu di (dalam) Masjid al-Hararn, lapar dan sendiri, kapan ' Ali, [yang], tiap malam [sebelum/di depan] rumah perjalanan, akan datang kepada mesjid dan circumambulate [ seturut tradisi Abraham] dan kemudian pergi ke rumah nya, lihat dia sendiri, tertidur atas debu [itu].

"You appear to be a stranger! "
 " Kamu nampak seperti suatu orang asing!"

He took him to his home and, without exchanging any other words, Abu Dharr, slept there. What design
Ia mengambil dia kepada rumah nya dan, tanpa menukarkan kata-kata lain, Abu Dharr, tidur [di/ke] sana. Apa [yang] disain

Bab 3

And Once Again Abu-Dhar by: Dr. Ali Shariati Part Three
Dan Sekali lagi Abu-Dhar oleh: Dr. Ali Shariati Memisahkan Tiga

These stupid statues have all guaranteed the satanic seeking of exclusivenesses for their 'carver-worshippers'. It is the first time that Abu Dharr sees like this and, with wonder and anger, asks himself, "What are these three hundred and some multitheistic idols doing in the mono theistic house of Abraham?"
patung [yang] Dungu ini sudah semua menjamin pencarian [yang] yang satanic exclusivenesses untuk mereka ' carver-worshippers'. Adalah menjadi pertama kali bahwa Abu Dharr lihat seperti ini dan, dengan mengherankan dan marah, [minta;tanya] [sen]dirinya, " Apa [yang]  adalah tiga  ini  ratus beberapa berhala multitheistic merusak rumah Abraham theistic yang mono?"

He hurriedly descends from Safa, a migrant, alone, enflamed and determined.
Ia dengan tergopoh-gopoh turun dari Safa, suatu orang pindah, sendiri, menyala dan menentukan.

It seemed as if he was Muhammad who was enflamed that night arising from the first flame of revelation, leaving the cave, descending from Hira; or he was like a stone, which an earthquake grinds out of a mountain, falling upon the deep valley of Makkah, upon the heads of multitheism, hypocrisy, humiliation and sleep.
[Itu] nampak seolah-olah ia adalah Muhammad [yang] siapa dinyalakan malam itu timbul dari nyala api pembukaan rahasia yang pertama, meninggalkan gua, berasal dari Hira; atau ia seperti suatu batu, yang (mana)  suatu gempabumi berjalan/mengarang suatu gunung, jatuh atas laut lembah Makkah, atas kepala-2 multitheism, kemunafikan, penghinaan dan tidur.

Islam is still hidden in the house of Arqam. This house is the whole world of Islarn and the ummah, with the coming of Abu Dharr, became four persons.
Islam masih tersembunyi di (dalam) rumah Arqam. Rumah ini menjadi keseluruhan dunia Islarn dan ummah, dengan datangnya Abu Dharr, menjadi empat para orang.

The condition of dissimulation, taqiyah,* rules the struggle. He has been requested to leave Makkah, without hesitation, to return to the Ghifar and to await the command. But the bony breast of this 'child of the wilderness' is weaker than to be able to hide such a fire within himself. Abu Dharr, whose tall, thin body is a minaret for the temple of his faith, who is nothing other than the throat of a cry, and his shape, with his burning heart and in submission to the expansive desert, seemingly full of rebellion, was suddenly congealed and became Abu Dharr, is not capable of dissimulation; is rebellion itself, such a situation requires ability and he is unable. "God charges no soul save to its capacity." (2:286)
Kondisi penyembunyian, taqiyah,* [atur/perintah] perjuangan [itu]. Ia telah diminta untuk me/tinggalkan Makkah, tanpa keraguan, untuk kembali ke Ghifar dan untuk menunggu perintah [itu]. Hanyalah dada bertulang ini ' anak dari hutan belantara' adalah lebih lemah dari untuk;menjadi mampu menyembunyikan api seperti itu di dalam [sen]dirinya. Abu Dharr, [yang]  [yang] jangkung siapa , badan tipis/encer adalah suatu menara untuk kuil [dari;ttg] iman nya, [yang] adalah tidak ada apapun selain dari kerongkongan suatu tangis, dan bentuk nya, dengan [hati/jantung] terbakar nya dan di (dalam) ketundukan kepada padang pasir yang luas, [yang] nampaknya penuh dengan pemberontakan, tiba-tiba dibekukan dan menjadi Abu Dharr, tidaklah untuk mampu penyembunyian; apakah pemberontakan [dirinya] sendiri, situasi seperti itu memerlukan kemampuan dan ia tidak mampu. " Tuhan Beban biaya tidak (ada) jiwa [menyelamatkan;menabung] ke kapasitas nya." ( 2:286)

In front of the Ka'bah, face to face with frightful idols, beside the Dar al-Naduh, the Quraysh senate, he stands and shouts out the cry of monotheism; he announces his belief in the mission of Muhammad; he calls the idols 'mute stones which thef themselves had carved'.
Di depan Ka'Bah, berhadapan dengan berhala menakutkan, di samping Dar al-Naduh, Quraysh majelis tinggi, ia berdiri dan berteriak sekeras-kerasnya tangis monoteisme; ia mengumumkan kepercayaan nya di (dalam) misi Muhammad; ia [panggil/hubungi] berhala ' batu bisu thef yang (mana)  diri mereka telah mengukir'.

And this was the first cry which Islam brought; the first time that a Muslim rebelled against multitheism. The answer of multitheism was clear, death! a death which will be a lesson for others. This first throat of a cry must be cut off. Without hesitation, they fell upon him and pounded his head, face, breast and sides in fury until they cut off his 'kufr-like' cries.
Dan ini menjadi tangis yang pertama Islam yang (mana)  membawa; pertama kali yang suatu Orang Islam memberontak melawan terhadap multitheism. Jawaban multitheism harus jelas, kematian! suatu kematian yang (mana)  akan merupakan suatu pelajaran untuk (orang) yang lain. kerongkongan [yang] Pertama ini suatu tangis harus dikerat. Tanpa keraguan, mereka menyerang dia dan menghantamkan kepala nya, muka, sisi dan dada di (dalam) amukan sampai mereka mengerat nya ' [yang] kufr-like' tangis/teriakan.

'Abbas came. The uncle of the Prophet, who was a usury collector and of the same class as the Quraysh aristocrats and multitheistic capitalists, frightened them saying, "This man is from the Ghifar. If you kill him, the Ghifar swords will take out their revenge against your caravans!"
 ' Abbas datang. Paman dari  Nabi, siapa suatu kolektor riba dan [tentang] kelas yang sama yang (mana) [sebagai/ketika] Quraysh kaum ningrat dan kapitalis multitheistic, menakutkan [mereka/nya] berkata, " Manusia ini adalah dari Ghifar [itu]. Jika kamu membunuh dia, Ghifar pedang akan mengambil ke luar pembalasan dendam mereka melawan terhadap kafilah mu!"

They must decide between their religion and their world, deity or goods? A qiblah of love or caravan of money. Which?
Mereka harus memutuskan antar[a] agama mereka dan dunia mereka, barang-barang atau dewata? Suatu qiblah kafilah atau cinta uang. Yang mana?

They pulled back without hesitation. Abu Dharr, like a statue, polluted with blood and broken, in the center of a circle of a crowd which, frightened, look at their only captive, with difficulty, tries to arise.
Mereka menyingkap tanpa keraguan. Abu Dharr, [seperti;suka] suatu patung, mengotori dengan darah dan yang [patah/dirusakkan], di (dalam) pusat suatu lingkaran suatu kerumunan yang (mana), menakutkan, memperhatikan tawanan mereka satu-satunya, dengan kesukaran, usaha untuk [muncul/bangun].

The diameter of the circle grows larger. He arises. He supports himself on his own two feet. The crowd becomes more dense; it is as if they seek refuge in each other. It is here that coercion fears faith. He is one visage and they are visageless, personality-less, all alone and all without identity, an abundance of herds and confronting them, a human being, a person; a person who faith gave meaning, substance, ideals, orientatation, attack and a wonderful, miracle-like, defeatless power which martyrdom grants to a believer.
Garis tengah dari  lingkaran tumbuh lebih besar. Ia [muncul/bangun]. Ia mendukung [sen]dirinya atas  sendiri  dua kaki. Kerumunan menjadi [yang] lebih tebal/padat; [itu] seolah-olah mereka mencari tempat perlindungan pada setiap lainnya. Adalah di sini paksaan itu takut iman. Ia adalah satu roman muka dan mereka tanpa roman muka, personality-less, seorang diri dan semua tanpa identitas, suatu kelimpahan kumpulan dan menghadapi [mereka/nya], suatu manusia, seseorang; seseorang [yang] iman memberi maksud/arti, unsur, ideal, orientatation, serangan dan suatu kuasa sangat bagus, seperti keajaiban, tanpa mengalahkan kesyahidan/siksaan   n yang (mana)  [mewariskan/mengabulkan] [bagi/kepada] suatu pengikut.

He took off. He pulled himself to the Zamzam well. He washed his injuries.
Ia mengambil batal/mulai. Ia menarik [sen]dirinya kepada Zamzam dengan baik. Ia mencuci [yang] luka-luka/kerugian nya.

He cleansed away his b'lood. On the morrow he returned to the scene and once again he went to the edge of death. 'Abbas came and introduced him, "He is from the Ghifar tribe ..." and again on the morrow. Until the Prophet, not this time to preserve the life of Abu Dharr, but with a command, moved this restless rebel from the city of suffocation and danger and assigned him the task of inviting the Ghifar tribe [to Islam]. Abu Dharr brought his family and, little by little, all of his tribe to Islam. He was with the Ghifar when the Muslims passed through the difficulties of the srruggle in Makkah, when they undertook the migration and, when in Madinah, they moved from the stage of individualization to the stage of founding a social system and, as a consequence, wars began.
Ia membersihkan pergi b'lood nya. Pada [atas] besok [yang] ia kembali ke peristiwa;pemandangan dan sekali lagi ia pergi ke tepi kematian. ' Abbas datang dan memperkenalkan dia, " Ia adalah dari Ghifar suku bangsa..." dan lagi pada [atas] besok [itu]. Sampai Nabi, [yang] bukan waktu ini untuk memelihara hidup Abu Dharr, tetapi dengan suatu perintah, memindahkan/bergerak pemberontak [yang] resah ini dari kota besar mati lemas dan bahaya dan menugaskan dia tugas mengundang Ghifar suku bangsa [ ke Islam]. Abu Dharr membawa keluarga nya dan, sedikit demi sedikit, semua dari suku bangsa nya ke Islam. Ia ada bersama Ghifar ketika Orang Islam melintas berbagai kesulitan dari  srruggle di (dalam) Makkah, ketika mereka mengerjakan migrasi dan, ketika di (dalam) Madinah, mereka memindahkan/bergerak dari langkah individualisasi kepada langkah pendirian suatu sistem sosial dan, sebagai konsekwensi, peperangan mulai.

It is here that Abu Dharr senses that he should be on the scene, goes to Madinah and there, as he has no place or work, he makes the Prophet's mosque his home, which at that time was the home of the people and he joins the Saffah Companions. He sacrifices living for ideology. In serving the movement, in times of peace, thought, knowledge and prayer and, in times of war, wars.
Adalah di sini itu Abu Dharr pikiran sehat yang ia harus pada [atas] peristiwa;pemandangan, pergi ke Madinah dan di sana, [seperti/ kala] ia tidak punya tempat atau pekerjaan, ia membuat mesjid Nabi rumah nya, yang (mana)  pada waktu itu menjadi rumah dari  orang-orang dan ia ber/menggabung dengan Saffah Rekan. Ia mengorbankan mengharapkan ideologi. Di (dalam) melayani pergerakan, pada waktunya damai, pikir, doa dan pengetahuan dan, pada waktunya peperangan, peperangan.

Islam, under the leadership of the Prophet, saturates all of the human needs and social desires of Abu Dharr; Islam, based in monotheism, opened the gate of struggle, one side of which is God, equality, religion, bread, love and power, and, on the other side, the arrogant, despotic tyrant, discrimination, kufr and hunger, and, its religion which requires weakness and disgrace. Islam, for the first time, put an end to the fairy-tale of the plundering oppressors who had made the slogan of 'to want either this world or the next', the faith of the people, so that 'the next world' would be for the people and 'this world' for themselves, and, in this way, they grant divine sanctity to poverty.
Islam, di bawah kepemimpinan dari  Nabi, memenuhi semua kebutuhan manusia dan keinginan sosial Abu Dharr; Islam, mendasarkan di (dalam) monoteisme, membuka gerbang perjuangan, satu sisi [di/yang mana] adalah Tuhan, persamaan, agama, roti, cinta dan kuasa, dan, di sebelah lain, raja lalim yang angkuh, [yang] sewenang-wenang, diskriminasi, kufr dan rasa lapar, dan, agama nya yang (mana)  memerlukan kelemahan dan aib. Islam, untuk pertama kali, mengakhiri dongeng peri dari  yang merampas penindas [yang] telah buat semboyan ' untuk ingin baik  dunia ini maupun  yang berikutnya', iman dari  orang-orang, sedemikian sehingga ' dunia yang berikutnya' akan untuk orang-orang dan ' dunia ini' untuk/karena diri mereka, dan, dengan cara ini, mereka [mewariskan/mengabulkan] kesucian ilahi ke kemiskinan.

In this inhuman perception, Islam brought a real Revolution into being which said, "Poverty is kufr." "Whosoever does not have a livelihood, will not be saved." "Divine grace, great wealth [for society], goodnesses and virtue are part of material life and 'bread' is the infrastructure to worshipping God." "Poverty, humiliation and weakness, and with all of these, religion, spirituality and piety in one society?" It is a lie!
Di (dalam) persepsi tidak manusiawi ini, Islam membawa suatu Revolusi riil ke dalam menjadi dikatakan yang (mana) , " Kemiskinan adalah kufr." " Siapapun tidak mempunyai suatu mata pencarian, tidak akan diselamatkan." " Ketuhanan Rahmat, kekayaan agung [ untuk/karena masyarakat], kebaikan dan kebaikan menjadi bagian dari hidup material dan ' roti' menjadi infrastruktur untuk memuja Tuhan." " Kemiskinan, kelemahan dan penghinaan, dan dengan semua ini, agama, kealiman dan kerohanian di (dalam) [satu/ orang] masyarakat?" [Ini] merupakan suatu kepalsuan!

It is because of this that the Prophet of Abu Dharr is an armed Prophet; his monotheism is not a subjective, spiritual, individual philosophy. It is the inseparable support of unity of races, unity of classes and equity, every person according to his share and right, that is, the deterministic supra-structure of monotheism is not realized simply with the word; the sword must accompany the message.
Adalah oleh karena . ini yang Nabi Abu Dharr adalah seorang Nabi bersenjata; monoteisme nya bukanlah suatu hubungan, rohani, filosofi individu. Adalah menjadi pen;dukungan kesatuan [ras/lomba] yang tidak dapat dipisahkan, kesatuan hak kekayaan dan kelas, tiap-tiap orang menurut [bagian;saham] nya dan [hak/ kebenaran], yang [itu] adalah, supra-structure monoteisme [yang] yang deterministic tidaklah direalisir sederhananya dengan kata; pedang harus menemani pesan [itu].

It is because of this that Abu Dharr releases his material personal life, because a person who fights the hunger of others must accept his own hunger and that person can give liberty to his society who has passed through his own liberation, and calls for 'revolutionary devotion' which is Islamic austerity and the austerity of 'Ali, so that people would be provided with materiality and economic equallty, not a Christian or Buddha like Sufi austerity.
Adalah oleh karena . ini yang Abu Dharr melepaskan material nya hidup pribadi, sebab seseorang [yang] berjuang/ berkelahi rasa lapar dari yang lain harus menerima rasa lapar [milik]nya dan orang itu dapat memberi kebebasan kepada masyarakat nya [yang] telah melintas pembebasan [milik]nya, dan meminta ' devosi revolusioner' yang mana [adalah] Islam Kesederhanaan/Sifat keras dan kesederhanaan/sifat keras Ali, sedemikian sehingga orang-orang akan dilengkapi dengan materialitas dan equallty ekonomi, tak satu  Kristen atau Buddha Pun suka Sufi kesederhanaan/sifat keras.

It was as this that this revolutionary religion, this 'both this world and the next', the religion of neither weakness nor monasticism nor deprivation nor alienation from nature and 'Last-Day-toxication' of human beings in nature, was a religion 'making the human being sacred in nature', 'vice gerent of God in the material world'! His leader, and before all others, his Prophet, was living in the mosque, the House of God-people: Muhammad, 'Ali, and the Saffah Companions: Salmans and Abu Dharrs.
Adalah [seperti/ketika] . ini yang agama revolusioner ini, ini ' kedua-duanya dunia ini dan yang berikutnya', agama [bukan/tidak] cara hidup biarawan maupun perampasan maupun pengasingan maupun kelemahan dari  alam[i] dan  ' Last-Day-Toxication' tentang manusia secara alami, adalah suatu agama ' membuat manusia yang suci secara alami', ' sifat buruk gerent Tuhan di (dalam) dunia material'! Pemimpin nya, dan terutama sekali (orang) yang lain, Nabi nya,  sedang tinggal di mesjid, Rumah God-People: Muhammad, ' Ali, dan Saffah Rekan: Salmans dan Abu Dharrs.

And Abu Dharr himself could be found under a covered porch (saffah) in the corner of the mosque at the heighth of success; he had become one of the most intimate friends of the Holy Prophet. Whenever he was not in a group, the Prophet would ask him; whenever there was [a group], he would turn to him in the midst of speaking Under the leadership of the Prophet, in the Battle of Tabuk when the soldiers, with difficulty, must pass through the burning northern desert to reach the borders of [eastern] Rome, Abu Dharr fell behind. His skinny camel stopped He freed him under the rain of fire and set off alone! He found some water; he took it to give it to his 'friend' who was also, doubtlessly, suffering from thirst in such a desert The Prophet and the mujahids saw that an unclean point was moving forward in the depths of the fiery desert. Little by little they sensed that it is a human being! 'Who is it? Walking and in such a flaming desert, alone, at that?
Dan Abu Dharr [sen]dirinya bisa ditemukan di bawah suatu serambi [dicakup/tutup] ( saffah) di [dalam]  sudut mesjid di heighth sukses; ia telah menjadi salah satu [dari] kebanyakan teman karib para teman dari  Nabi Kudus. Kapan saja ia bukanlah di (dalam) suatu kelompok, Nabi akan [minta;tanya] dia; kapan saja ada [ suatu kelompok], ia akan membelokkan . ke dia di tengah-tengah pidato Di bawah kepemimpinan dari  Nabi, di (dalam) Pertempuran Tabuk ketika tentara, dengan kesukaran, harus menerobos terbakar padang pasir utara untuk menjangkau perbatasan [ dari timur] Roma, Abu Dharr tertinggal. unta [yang] Kurus nya dihentikan Ia membebaskan dia di bawah hujan api dan memasang sendiri! Ia menemukan beberapa air; ia mengambil ia/nya untuk memberi ia/nya kepada nya ' teman' siapa juga, dengan yakin, menderita dari dahaga dalam  yang sedemikian  suatu padang pasir [Adalah]  Nabi dan mujahids lihat bahwa suatu titik kotor  sedang bergerak maju di [dalam]  kerendahan padang pasir berapi-api/pedas. Sedikit demi sedikit mereka merasakan bahwa suatu manusia! ' Siapakah itu? Berjalan dan dalam  yang sedemikian  suatu bernyala padang pasir, sendiri, pada bahwa?

The Prophet, with an ardency overflowing with desire, cried out, "Would that it be Abu Dharr!" An hour passed. It was Abu Dharr. When he reached the mujahids, he fell from thirst and exhaustion.
Nabi, dengan suatu ardency yang meluapi dengan keinginan, menjerit, " Seandainya; jika sekiranya adalah Abu Dharr!" Suatu jam [lulus/lewat]. Adalah Abu Dharr. Ketika ia mencapai mujahids, ia mundur dari kelelahan dan dahaga.

"You are carrying water and you are thirsty, Abu Dharr?" [the Prophet asked] "I thought, in such a desert and, under such a sun, you ..."
 " Kamu  sedang membawa air dan kamu haus, Abu Dharr?" [ Nabi [minta;tanya]] " Aku pikir, dalam  yang sedemikian  suatu padang pasir dan, di bawah matahari seperti itu, kamu..."

[Abu Dharr replied].
 [ Abu Dharr menjawab].

"May God bless Abu Dharr! He walks alone, dies alone and will be resurrected alone!" [the Prophet said].
 " Mei Tuhan memberkati Abu Dharr! Ia berjalan sendiri, mati sendiri dan akan [jadi] menghidupkan kembali sendiri!" [ Nabi berkata].

Bab 4

And Once Again Abu-Dhar by: Dr. Ali Shariati Part Four
Dan Sekali lagi Abu-Dhar oleh: Dr. Ali Shariati Memisahkan Empat

These days passed and the Prophet passed away. Suddenly, 'the winds which had been enslaved', were released on all sides and 'Ali, the embodiment of the spirit of this Revolution, was isolated in his house as a sign that justice is once again separated from religion: as a sign that the masses once again must leave the scene and religion is once again used exclusively by the elite clergymen, aristocrats and rulers and it is because of this that Ali and those in his parameters: Abu Dharr, a man from the wilderness; Bilal, a stranger without anyone or any work, who was an Ethiopian slave; Salman, a non-Arab who was a freed slave; Suhayb, a foreigner who had come from Greece; Ammar, a half-breed from a black-slave mother and southern-Arab father; Maytham, a poverty-stricken date-seller ... who were the beloved confidants of the leader of the Islamic Revolution, left the scene, and, the Elders of the Companions 'Abd al-Rahman 'Awf, Sa'd ibn Abi Waqas, Khalid ibn Walid, Talha, Zubayr, Abu Bakr, 'Umar and 'Uthman, who were all from among the aristocrats of the Age of Ignorance, took the leadership of the Governent in hand, came to dominate society and brought a closed political group into being.
Hari-Hari ini [lulus/lewat] dan Nabi meninggal. Tiba-Tiba, ' angin badai yang (mana)  telah diperbudak', dilepaskan pada [atas] semua sisi dan ' Ali, perwujudan dari  roh [dari;ttg] Revolusi ini, terisolasi di (dalam) rumah nya sebagai tanda bahwa keadilan sekali lagi terpisah dari agama: sebagai tanda [bahwa/yang] rakyat jelata; orang banyak sekali lagi harus me/tinggalkan agama dan peristiwa;pemandangan sekali lagi digunakan eksklusif oleh pemuka jemaat pilihan, kaum ningrat dan para penguasa dan adalah oleh karena . ini yang Ali dan mereka yang parameter nya: Abu Dharr, seorang manusia dari hutan belantara [itu]; Bilal, suatu orang asing tanpa seseorang atau manapun pekerjaan, siapa seorang orang Etiopia Budak; Salman, suatu  tidak Arab siapa seorang budak dibebaskan; Suhayb, suatu orang asing [yang] telah datang dari Yunani; Ammar, suatu half-breed dari  seorang black-slave mengasuh dan  southern-Arab bapak; Maytham, suatu poverty-stricken date-seller... [yang] menjadi orang kepercayaan terkasih dari  pemimpin [menyangkut] Islam Revolusi, meninggalkan peristiwa;pemandangan, dan, Lebih tua dari  Rekan ' Abd al-Rahman ' Awf, Sa'D ibn Abi Waqas, Khalid ibn Walid, Talha, Zubayr, Abu Bakr, ' Umar dan ' Uthman, [yang] adalah semua dari di antara kaum ningrat dari  [Umur/Zaman] Ketidak-Tahuan, mengambil kepemimpinan Dari Governent di tangan, datang ke[pada] mendominasi masyarakat dan membawa suatu menutup kelompok politis ke dalam menjadi.

This strong and unexpected inclination of Islam to the right, which began with a coup d'etat-like election in Thaqifah during the time of Abu Bakr, only had a political aspect, and during the time of 'Umar, it showed its economic visage by classifying Muslims according to the receipt of government wages. It even classified the wives of the Holy Prophet into two scales, depending upon their class before marriage, free or slave! at which the wives of the Prophet, who had been free women, objected and they re-fused to accept the privilege.
kecenderungan/kemiringan Islam [yang] tak diduga dan Kuat ini di sebelah kanan, yang (mana)  mulai dengan suatu perebutan kekuasaan pemilihan d'etat-like di (dalam) Thaqifah sepanjang waktu Abu Bakr, [yang] hanya mempunyai suatu aspek/pengarah politis, dan sepanjang waktu Umar, [itu] menunjukkan roman muka [yang] ekonomi nya dari [oleh/dengan] penggolongan Orang Islam menurut penerimaan gaji pemerintah. [Itu] genap digolongkan isteri dari  Nabi Kudus ke dalam dua timbangan, tergantung [atas/ketika] kelas mereka [sebelum/di depan] perkawinan, bebaskan atau budak! di mana isteri dari  Nabi, [yang] tadinya wanita-wanita cuma-cuma, menolak dan mereka re-fused untuk menerima perlakuan khusus [itu].

But during the regime of 'Uthman, this inclination [to the right] reached its peak point society became categorized; aristocrats took absolute control of the rule; the conquests of Islam in the East and the West, which included economic resources, spoils of war, as well as political and many administrative positions, from Transoxiana of Iran until North Africa, were placed at the disposal of the regime in Madinah; the Companions of the Prophet, mujahids, Emigrants and Helpers were turned from being revolutionary-ideological partisans into being politicians and figures of power and wealth; a class of rulers was created from those who were generally pious, poor, committed, strugglers, a class of new bourgeoisie was formed from the flood of wealth in the form of war spoils, the poor rate (zakat) and the jiziyah[the tax of non-Muslims living under Islamic protection] of millions of Muslims and revolutionary-ideological partisans into being politicians and leaders of power and wealth; a class of rulers was created from those who were generally pious, poor, committed, strugglers; a class of new bourgeoisie was formed from the flood of wealth in the form of war sDoils. the Door-rate (zakat) of Muslims and the taxes of non-Muslims and kafirs slide downwards towards 'poor' Madinah, which not only changed Islamic Madinah, the Muslim ummah and the mujahids of the Battles of Badr and Uhud, but, the contents and social orientation of Islam [as well], and, as a result, religious perception. It changed Islam from the form of a' re-volutionary ideology' into the form of a 'government religion'. This curve, which at Thaqifah had deviated to the right, in less than a quarter of a century (that same quarter of a century when 'Ali had been isolated in his home, the determinations of politics, during these years when the history of Islam was being formed, obliged him to do agricultural work in Yanba', or in his home to turn to collect the Quran, with which he was also concerned that it not be altered), reached the point that the outstanding political and intellectual visages of Islam were Mu'awiyah [governor during the time of the first few caliphs] who was independent, Marwan Hakam, who was an exile of the Prophet, and Ka'b al-Ahbar, a Jewish rabbi who had recently turned to Islam and become a clergyman of Islam, 'Uthman, 'the Prophet's caliph', would ask him (Ka'b)
Hanyalah sepanjang rejim  ' Uthman, kecenderungan/kemiringan ini [ di sebelah kanan] yang dicapai puncak nya menunjuk masyarakat menjadi digolongkan; kaum ningrat mengambil kendali kemutlakan [menyangkut] aturan; penaklukan Islam di (dalam) Timur dan Barat, yang (mana)  mencakup sumber daya ekonomi, barang rampasan peperangan, seperti halnya politis dan banyak posisi administratif, dari Transoxiana Iran sampai Afrika Utara, ditempatkan di penjualan dari  rejim di (dalam) Madinah; Rekan dari  Nabi, mujahids, dan Emigran Penolong diputar dari menjadi revolutionary-ideological pendukung kuat ke dalam menjadi politikus dan figur kekayaan dan kuasa; suatu kelas para penguasa diciptakan dari mereka yang alim, lemah/miskin, melakukan, para orang yang berusaha keras, suatu kelas [dari;ttg] bourgeoisie baru dibentuk dari banjir kekayaan yang  format barang rampasan peperangan, tingkat tarip yang lemah/miskin ( zakat) dan jiziyah[the pajak [dari;ttg] hidup non-Muslims di bawah Islam Perlindungan] tentang berjuta-juta Orang Islam dan revolutionary-ideological pendukung kuat ke dalam menjadi para pemimpin dan politikus kekayaan dan kuasa; suatu kelas para penguasa diciptakan dari mereka yang alim, lemah/miskin, melakukan, para orang yang berusaha keras; suatu kelas [dari;ttg] bourgeoisie baru dibentuk dari banjir kekayaan yang  format peperangan sDoils. Door-Rate ( zakat) tentang Orang Islam dan pajak [dari;ttg] non-Muslims dan kafirs meluncur turun ke arah ' lemah/miskin' Madinah, yang (mana)  tidak hanya meng/berubah Islam Madinah, orang Islam [itu] Ummah dan mujahids dari  Pertempuran Badr dan Uhud, tetapi, orientasi sosial dan [muatan/indeks] Islam [ juga], dan, sebagai hasilnya, persepsi religius. [Itu] meng/berubah Islam dari format a' re-volutionary TERPOTONG. ALINEA TERLALU BESAR'

to give commentaries upon the Holy Quran; ['Uthman] considered 'Ali and Abu Dharr's commentaries incorrect!
untuk memberi komentar atas Quran Yang Kudus; [' Uthman] yang dipertimbangkan ' Ali dan Abu komentar Dharr'S salah!

'Uthman, in order to justify his new political and economic system, which was a fake copy of the rule of the King of Iran and the Caesar of Rome, did not make any efforts to deceive, perhaps for this reason that at that time, such an act would not be effective because the people had seen what an Islamic rule is with their own eyes and also because 'Uthman's work was more shameful than to be able to try to justify it as being Islamic.
 ' Uthman, dalam rangka membenarkan [yang] politis baru nya dan sistem ekonomi, yang (mana)  adalah suatu gadungan salinan aturan dari  Raja Iran dan Kaisar Roma, tidak membuat manapun usaha untuk menipu, barangkali untuk alasan ini yang pada waktu itu, tindakan seperti itu tidak akan (adalah) efektif sebab orang-orang telah melihat apa [yang]   suatu Islam Aturan ada bersama mata mereka sendiri dan juga sebab ' Pekerjaan Uthman's jadilah lebih memalukan dibanding untuk;menjadi mampu mencoba untuk membenarkan ia/nya sebagai hal yang Islam.

'Uthman is the inventor of a list of innovations (bid'ah) which appear for the first time' in Islam. For the first time, the leader becomes a palace resident; for the first time, he arranges for official security guards; for the first time, special courtiers are found; for the first time, he has a chamberlain; for the first time, the relation between the common masses of the people and the caliph finds an intermediator; for the first time, the public treasury is placed at the disposal of the caliph and the keeper of the keys goes to the mosque and announces to the people, who are the owners of the public treasury, that, "As the Caliph is interferring, I will give the keys back to you. I resign. Do what you want"; for the first time, a political prison is found; for the first time, a Muslim is under survelliance because he attacked the method of the caliph or his agents; for the first time, political exile appears; for the first time, a human being is tortured by the rule ('Abdallah ibn Mas'ud); for the first time, the Holy Quran is used as a means to politically deceive the people; for the first time, the rulers are given a free rein over the fate of the people and they exonerate themselves from any legal and Islamic responsibility; for the first time, tribal and kinship ties become a ladder for political and social progression; for the first time, high positions are monopolized and are held in exclusiveness for the members of the political bond which is affiliated to the caliph; and in order to gain position, the criteria of Islam and piety give way to kinship and politics; for the first time, exploitation of classes, contradiction, discriminatlon, capitalism (kinz), aristocracy, ignorant values, tribal spirit, old age, wealth, race, extraction, personality-worship and tribal tendencies prevail over Islamic brotherhood and spiritual values and social equality.
 ' Uthman menjadi pencipta daftar inovasi ( bid'ah) yang (mana)  nampak untuk pertama kali' di (dalam) Islam. Untuk pertama kali, pemimpin menjadi suatu penduduk istana; untuk pertama kali, ia menyusun untuk petugas keamanan pejabat; untuk pertama kali, orang istana khusus ditemukan; untuk pertama kali, ia mempunyai suatu pejabat kerajaan/bendahara; untuk pertama kali, hubungan antar[a] massa umum dari  orang-orang dan kalif temukan suatu intermediator; untuk pertama kali, orang banyak/masyarakat perbendaharaan ditempatkan di penjualan dari  kalif dan penjaga dari  kunci pergi ke mesjid dan mengumumkan kepada orang-orang, [yang] menjadi pemilik dari  kas negeri, yang [itu], " [Seperti;Sebagai;Ketika] Kalif sedang interferring, aku akan mengembalikan  kunci kepada kamu. Aku berhenti. Lakukan apa yang kamu ingin"; untuk pertama kali, suatu penjara politis ditemukan; untuk pertama kali, suatu Orang Islam adalah di bawah survelliance sebab ia menyerang metoda dari  kalif atau agen nya; untuk pertama kali, pengasingan politis nampak; untuk pertama kali, suatu manusia disiksa oleh aturan [itu] (' Abdallah ibn Mas'Ud); untuk pertama kali, Quran Yang Kudus digunakan sebagai bermakna untuk secara politis menipu orang-orang; untuk pertama kali, para penguasa diberi suatu kendali cuma-cuma (di) atas nasib dari  orang-orang dan mereka membebaskan dari tuduhan diri mereka dari  manapun sah/tentang undang-undang dan  Islam Tanggung jawab; untuk pertama kali, mengenai suku dan kekerabatan ties menjadi suatu tangga untuk kemajuan sosial dan politis; untuk pertama kali, posisi tinggi dimonopoli dan [disimpan/laksanakan di] eksklusif untuk anggota dari  obligasi;ikatan politis [yang] yang mana [adalah] bergabung kepada kalif; dan dalam rangka memperoleh posisi, ukuran-ukuran kealiman dan Islam memberi jalan/cara ke politik dan kekerabatan; untuk pertama kali, penghisapan kelas, pertentangan, discriminatlon, kapitalisme ( kinz), aristocracy, nilai-nilai bodoh, roh mengenai suku TERPOTONG. ALINEA TERLALU BESAR,

Economic privileges succeed over piety, a background of jihad, nearness to the Prophet, knowledge of the Quran and individual merit; and the spirit of rule triumphed over leadership, Imamate, a conservative system over a revolutionary movement; the seeking of the exclusiveness of religion, humanity, economics and politics over the mas inclined Islamic equality, seeking and liberation, in the midst of which is an obscure man, having even the same responsibility in the political fate of society and the same right to interfer as the person of the caliph; in the same rank as the great Companions, but, in general, games of compromise [succeed] over longing for the truth; politics over struggle; Islamic slogans over Islamic truths; the Elder Companions over the believers; class over ummah; the house Of the caliphate over the mosque; tribal aristocracy over human dignity; the old ignorance over the new revolution; innovation over Tradition and finally, the family of Abu Sufyan over the family of Muhammad.
Perlakuan khusus ekonomi berhasil (di) atas kealiman, suatu latar belakang jihad, dekatnya kepada Nabi, pengetahuan [menyangkut] Quran dan individu pantas menerima; dan roh aturan memenangkan (di) atas kepemimpinan, Imamate, suatu sistem konservatif (di) atas suatu pergerakan revolusioner; pencarian [menyangkut] tidak tergolong agama, ras manusia, politik dan ekonomi (di) atas fenomen menundukkan Islam Persamaan, pembebasan dan pencarian, di tengah-tengah yang mana [adalah] seorang mengaburkan manusia, mempunyai;nikmati bahkan tanggung jawab yang sama di (dalam) nasib masyarakat [yang] yang politis dan yang sama hak-hak untuk interfer [seperti;sebagai;ketika] orang dari  kalif; di (dalam) ranking yang sama [sebagai/ketika] Rekan yang agung, tetapi, secara umum, game kompromi [ berhasil] (di) atas keinginan untuk kebenaran; politik (di) atas perjuangan; Islam Semboyan (di) atas Islam Kebenaran; Rekan Yang lebih tua (di) atas pengikut; kelas (di) atas ummah; rumah [Menyangkut] kalifah (di) atas mesjid; aristocracy mengenai suku (di) atas martabat manusia; kaum tua ketidak-tahuan (di) atas revolusi yang baru; inovasi (di) atas Tradisi dan akhirnya, keluarga Abu Sufyan (di) atas keluarga Muhammad.

As a result, 'Ali was disarmed! and Abu Dharr, who suffered after sorrow fully accepting the defeat of 'Ali in the election of Abu Bakr and the designation of 'Umar, has come again, he can no longer remain silent now when everything has changed: despotism, gold and deception, this omnious tatblith or trinity, in the white dress of the Prophet's caliph, behind the beautiful guise of monotheism, are victorious over the people, who are the continuing sacrifices to this trinity.
Sebagai hasilnya, ' Ali dilucuti(senjata)! dan Abu Dharr, [yang] menderita setelah duka cita [yang] secara penuh menerima kekalahan Ali di (dalam) pemilihan Abu Bakr dan tujuan Umar, telah datang lagi, ia tidak bisa lagi tinggal diam sekarang ketika segalanya telah meng/berubah: pemerintahan yang sewenang2, penipuan dan emas, ini omnious tatblith atau tritunggal, di [dalam]  pakaian putih kalif Nabi, di belakang samaran/kedok keindahan monoteisme, adalah pemenang (di) atas orang-orang, [yang] menjadi pengorbanan yang berlanjut  pada . ini tritunggal.

The value of what Abu Dharr did is not just that when confronted by false hood, he defended truth; wben confronted by kufr, religion; when confronted by usurpation, rights and the rightful,; and, finally, when confronted by deviation, the right way; rather, that which gives him an outstanding and special visage among all of the revolution ary and mujahid visages, was the exact and clear orientation which he selected in his struggle. It was because of this that he, with a correct evaluation, discovered the major causes of all deviations; and the fact that he showed what this kufr, this right and this deviation is and from what?
Nilai dari apa [yang] Abu Dharr melakukan/did bukan hanya bahwa ketika yang dihadapkan oleh kerudung sumbang/palsu, ia mempertahankan kebenaran; wben yang dihadapkan oleh kufr, agama; ketika dihadapkan oleh perebutan kuasa, [hak/ kebenaran] dan [yang] yang syah,; dan, akhirnya, ketika dihadapkan oleh penyimpangan, [hak/ kebenaran] jalan/cara; melainkan, yang memberi dia suatu roman muka [yang] khusus dan terkemuka antar semua revolusi [itu] ary dan mujahid roman muka, menjadi yang tepat dan bersih;kan orientasi yang (mana)  ia memilih di (dalam) perjuangan nya. Adalah oleh karena . ini yang ia, dengan suatu evaluasi benar, menemukan yang utama penyebab semua penyimpangan; dan fakta bahwa ia menunjukkan apa [yang]  kufr ini , [hak/ kebenaran] ini dan penyimpangan ini adalah dan dari apa [yang]?

In his struggle, he did not lean on unclear phrases, minor slogans, subjective issues, needs, anguishes and the idealistic, imagination, worshipping goals of the philosophical, scholarly, ethical, theological, polemically suprastructural, deviational and subjective, intellectual sensitivities and feelings of scholars, gnostics, jurisprudents and theologians which later polarized all conflicts and struggles in Islamic society to those areas so that the two main slogans of 'imamate' and 'justice' depart from thoughts.
Di (dalam) perjuangan nya, ia tidak bersandar kepada ungkapan belum jelas, semboyan kecil, hubungan mengeluarkan, memerlukan, kesedihan mendalam dan yang idealistis, imajinasi, memuja gol [menyangkut] yang filosofis, ilmiah, etis, yang mengenai agama, dengan pertengkaran suprastructural, deviational dan hubungan, kepekaan intelektual dan merasa sarjana, pengetahuan, jurisprudents dan ahli ilmu agama yang (mana)  kemudiannya mempertentangkan semua konflik dan perjuangan di (dalam) Islam Masyarakat [bagi/kepada] area itu sedemikian sehingga dua semboyan imamate utama' dan ' keadilan' meninggalkan pemikiran.

He did not take effects in place of causes. He showed 'from where one must begin'; he made it clear what the sharp edge of struggle should be made attentive to; he taught that deviated conflicts and the mistaken takings of incidentals pulls the struggle with the enemy to those exact scenes which the enemy wants, so that even if victory be attained, no pain will be healed and the enemy will not be harmed.
Ia tidak berlaku; terjadi sebagai pengganti penyebab. Ia menunjukkan ' dari mana orang harus mulai'; ia buat ia/nya bersih;kan apa yang tepi tajam perjuangan harus buat penuh perhatian untuk; ia mengajar konflik [yang] menyimpang itu dan penerimaan kotor [yang] yang salah mengira [dari;ttg] tarikan secara kebetulan [adalah]  perjuangan dengan musuh [bagi/kepada] peristiwa;pemandangan [yang] tepat itu yang mana keinginan musuh, sedemikian sehingga sekalipun kemenangan dicapai, tidak (ada) sakit akan [jadi] disembuhkan dan musuh tidak akan dirugikan.

He determined the main line of his struggle to be a struggle with class discrimination in order to establish justice. As these two slogans are so extensive that the caliphate can also announce them and by means of the propagation facilities of the caliphate, that is, pulpits and mihrabs, and so justify and exigize them through the propagator agents of the official and ruling Islam, transmitters of the Traditions, propagators, preachers, commentators, jurisprudents and scholars, that they no longer have any effects, Abu Dharr, as a lesson to those who like him make efforts to have their Islam be the Muhammad-like Islam of 'Ali, returned to the Quran. He took his battle cry from it.
Ia menentukan lintas utama [dari;ttg] perjuangan nya untuk menjadi perjuangan dengan diskriminasi kelas dalam rangka menetapkan keadilan. [Seperti/Ketika] dua  semboyan ini   menjadi sangat luas [bahwa/yang] kalifah dapat juga mengumumkan [mereka/nya] dan atas pertolongan fasilitas perkembangbiakan dari  kalifah, yang [itu] adalah, mimbar dan mihrabs, dan demikian membenarkan dan exigize [mereka/nya] melalui/sampai agen mualim dari  pejabat dan kuasa Islam, pemancar [menyangkut] Tradisi, mualim, pendeta, komentator, jurisprudents dan sarjana, yang [itu] mereka tidak lagi mempunyai efek, Abu Dharr, sebagai pelajaran [yang] bagi mereka yang seperti dia membuat usaha untuk mempunyai Islam mereka menjadi Islam Ali Yang Muhammad-like, kembali ke Quran [itu]. Ia mengambil pertempuran nya menangis/berteriak dari itu.

Those who treasure up (kinz) gold and silver and do not expend (infaq) them in the Way of God, give them the good tidings of a painful chastisement, the day they shall be heated in the fire of hell and therewith, their foreheads and their sides and their backs shall be branded. 'This is the thing you have treasured up for yourselves; therefore taste you now what you were treasuring!'(9:34-35)
Mereka yang menimbun  menyimpan ( kinz) perak dan emas dan tidak membelanjakan ( infaq) [mereka/nya] tentang Tuhan, memberi [mereka/nya] yang baik berita suatu hukuman untuk kebaikan menyakitkan, hari [yang] mereka akan dipanaskan/kacau di (dalam) api neraka dan beserta, dahi mereka dan sisi mereka dan punggung mereka akan membuat merek. ' Ini menjadi hal [yang] kamu sudah menghargai sudah waktunya diri kalian; oleh karena itu mencicipi kamu sekarang apa yang kamu adalah treasuring!'(9:34-35)

Kinz is Arabic for treasure and means the 'storing up of capital'. Gold and silver are manifestations of capitalism. Infaq, 'the act of spending', comes from nafaq meaning break and has been derived from the if'al form of the verb, giving the opposite meaning of the first, that is, eliminating and negating a break in something. It is clear that what is meant here is a crack, a break in society which is made by capitalism and economic exploitation. What is meant is a class break or clevage, uneveness and the unsymmetrical or disproportionate level of social life.
Kinz adalah Mengenai Arab untuk harta benda dan berarti ' menimbun [modal/ibukota]'. perak dan Emas adalah penjelmaan kapitalisme. Infaq, ' tindakan belanjaan', datang dari  nafaq maksud/arti retakan dan  telah diperoleh dari if'al membentuk dari  katakerja, memberi maksud/arti kebalikan dari  dulu, itu adalah, menghapuskan dan meniadakan suatu retakan di (dalam) sesuatu  (yang). Itu telah jelas bahwa apa yang dimaksud di sini adalah suatu letusan/juara, suatu retakan di (dalam) masyarakat [yang] yang mana [adalah] dibuat oleh kapitalisme dan penghisapan ekonomi. Apa [yang]   dimaksud adalah suatu retakan kelas atau clevage,  tidak malam dan tingkatan hidup sosial tidak sebanding atau yang tak simetris.

Bab 5

And Once Again Abu-Dhar by: Dr. Ali Shariati Part Five
Dan Sekali lagi Abu-Dhar oleh: Dr. Ali Shariati Memisahkan Lima

The Way of God in the language of Islam, not Muslims, means the way of the people. Why? Because in all verses which speak of social issues and of social positioning (not ideological positioning), Allab and the masses or people (nas) are in the same front. The God of Islam has no particular vow, sacrifice, incense or frankincense for Himself. That which is for the masses and for society (not that which is for an individual) becomes particular to God and for God. "If you lend God a good loan ... (64:17)
Jalan/Cara Tuhan di (dalam) bahasa Islam, [yang] bukan Orang Islam, berarti jalan/cara dari  orang-orang. Mengapa? Sebab dalam semua sajak/ayat yang (mana)  berbicara tentang sosial mengeluarkan dan [tentang] sosial [yang] memposisikan ( tidak memposisikan ideologis), Allab dan rakyat jelata; orang banyak atau orang-orang ( nas) adalah di (dalam) medan yang sama [itu]. Tuhan Islam tidak punya janji tertentu, pengorbanan, kemenyan atau [dupa/bau-harum] untuk [Sen]Dirinya. Yang ada untuk rakyat jelata; orang banyak dan untuk masyarakat ( [yang] tidak yang ada untuk perorangan) menjadi tertentu ke Tuhan dan untuk Tuhan. " Jika kamu meminjam[kan Tuhan suatu yang baik meminjamkan... ( 64:17)

means, "If you give the people a good loan ..." Mal Allah, bayt Allah and lilah are all objectively realized in society, the property of the people, the house of the people ("The first House established for the people was that at blessed Bekka [Makkah]." (3:96), that is the Ka'bah and for the people, because the people are of the family of God. Those who do not see things this way and for whom it is difficult to accept such a belief, are under the influence of a Divine world view and descriptive forms which other religions have offered of their deity. The struggle begins.
alat-alat, " Jika kamu memberi orang-orang suatu yang baik pinjaman..." Mal Allah, Bayt Allah dan lilah adalah semua [yang] direalisir di (dalam) masyarakat, hak milik dari  orang-orang, rumah dari  orang-orang (" Rumah Yang pertama mendirikan;tetapkan untuk orang-orang adalah bahwa pada Bekka diberkati [ Makkah]." ( 3:96), itu menjadi Ka'Bah dan untuk orang-orang, sebab orang-orang [menjadi/dari] keluarga Tuhan. Mereka yang tidak lihat hal-hal lewat dari sini dan buat siapa [itu] sukar untuk menerima kepercayaan seperti itu, adalah di bawah pengaruh suatu Ketuhanan Dunia memandang dan format deskriptif yang (mana)  lain agama sudah menawarkan dewata mereka. Perjuangan mulai.

Abu Dharr is in the position of a close and intimate Companion of the Prophet, with the license which the Prophet himself gave him: "A person who so learned knowledge that his breast was overflowing with it." "The blue sky never cast a shadow upon-and the dark earth never saw, a more truthful man than Abu Dharr." "The modesty and piety of Abu Dharr resembles that of Jesus, son of Mary." "Abu Dharr is more famous in the heavens, than the earth."
Abu Dharr adalah di (dalam) posisi suatu dekat dan mengisyaratkan Rekan [menyangkut] Nabi, dengan lisensi yang mana Nabi [sen]dirinya memberi dia: " Seseorang [yang] pengetahuan [yang] yang ter/dipelajari yang dada nya  sedang meluapi dengan itu." " langit Yang biru tidak pernah melempar suatu bayang-bayang upon-and [adalah]  bumi yang gelap tidak pernah lihat, suatu lebih [] truthful mengawaki dibanding Abu Dharr." " kealiman dan Kesederhanaan Abu Dharr menyerupai itu Yesus, putra Mary." " Abu Dharr jadilah lebih terkenal di (dalam) lapisan-lapisan langit, dibanding bumi."

"Abu Dharr, upon this earth, in this society, walks alone, dies alone and, in the wilderness of Judgment Day, when the cemeteries arise, and group by group, the corpses arise, Abu Dharr will be resurrected in a corner of the wilderness, alone, and will join the scene!"
 " Abu Dharr, [atas/ketika] bumi ini, di (dalam) masyarakat ini, berjalan sendiri, mati sendiri dan, di (dalam) hutan belantara Hari kiamat, ketika kuburan [muncul/bangun], dan menggolongkan yang (mana) dengan kelompok, mayat [muncul/bangun], Abu Dharr akan [jadi] dihidupkan kembali di (dalam) suatu sudut hutan belantara, sendiri, dan akan ber/menggabung dengan peristiwa;pemandangan!"

He would sit in a mosque and, one after another, would recite verses for the people which were abandoned in practice; issues from the Quran or the customs of the Prophet which are no longer relevant and whose relevancy brings about difficulties and headaches.
Ia akan duduk di suatu mesjid dan, satu demi satu, akan menceriterakan sajak/ayat untuk orang-orang yang (mana)   tak tahu malu dalam praktek; mengeluarkan dari Quran atau kebiasaan dari  Nabi yang (mana)  adalah tidak lagi relevan dan [yang]  kaitan siapa  menyempurnakan berbagai kesulitan dan sakit kepala.

The discussion of the day, in the age of 'Uthman, is the compilation of the Quran, the arrangement of the Quran, the correcting of the hand-written copies of the Quran, the preparation of one main, correct copy of the Quran and unending discussions of recitation, orthigraphy, placing vowels and diacritical points, reading and chanting and conflicts, disturbances, sensitivities, objections and acceptances ..., Abu Dharr brought up the discussion of 'treasuring up' (kinz) from the Quran. Moment after moment, he recited the verse of kinz and the first part of the same verse: "O believers, many of the rabbis and monks indeed consume the goods of the people in vanity and bar God's Way." (9:34)
Diskusi dari  hari, di (dalam) [umur/zaman] Uthman, menjadi kumpulan dari  Quran, pengaturan dari  Quran, mengoreksi [menyangkut] salinan tulisan tangan dari  Quran, persiapan [satu/ orang] utama, benar salinan Quran dan diskusi hafalan oleh murid-murid tak ada hentinya, orthigraphy, menempatkan huruf hidup, vokal dan diacritical menunjuk, membaca dan nyanyian dan konflik, gangguan, kepekaan, penerimaan dan keberatan..., Abu Dharr mendidik diskusi ' menimbun  menyimpan' ( kinz) dari Quran [itu]. Saat/Momen setelah saat/momen, ia menceriterakan sajak/ayat kinz dan part;bagian pertama dari  sajak/ayat sama: " O pengikut, banyak dari biarawan dan rabbi tentu saja mengkonsumsi barang-barang dari  orang-orang di (dalam) kesombongan dan [bar/palang] Jalan/Cara Tuhan." ( 9:34)

Taking this front caused disturbances. The caliph himself was occupied with gathering and compiling the Quran; those committed to the Quran were grateful to him.
Pengambilan medan ini menyebabkan gangguan. Kalif [sen]dirinya sedang sibuk dengan mengumpulkan dan menyusun Quran; itu merasa terikat dengan Quran adalah berterima kasih kepadanya.

The remembrance of the Quran would bring a blessed memory of the caliphate.
Ingatan Dari Quran akan membawa suatu memori [yang] diberkati [menyangkut] kalifah [itu].

And the Quran of Abu Dharr, resulting in pessimism, harshness, criticism, stimulation, attack and condemnation of the caliphate, caused the voice of the caliph's system to object.
Dan Quran Abu Dharr, menghasilkan pesimisme, kekerasan, kritik, rangsangan, pengutukan dan serangan [menyangkut] kalifah, menyebabkan suara dari  sistem kalif untuk menolak.

"Abu Dharr! Does the Quran only have this verse of 'the clergymen consuming the property of the people' and this verse of 'treasuring up'? "
 " Abu Dharr! Mengerjakan Quran [yang] hanya mempunyai sajak/ayat ini ' pemuka jemaat yang mengkonsumsi hak milik dari  orang-orang' dan sajak/ayat ini ' menimbun  menyimpan'?"

And Abu Dharr knew that every age has its anguish and every generation, a slogan. Whosoever recognizes that the Quran is not just 'a sacred thing', but that it is a light and a guidance, must rely upon the verses of the day [the verses relevant to the people of a particular time]. Abu Dharr answered, "How strange! Does the caliph forbid me to recite the Quran?"
Dan Abu Dharr mengetahui bahwa tiap-tiap [umur/zaman] mempunyai kesedihan mendalam nya dan tiap-tiap generasi, suatu semboyan. Siapapun mengenali [bahwa/yang] Quran bukan hanya ' suatu hal suci', tetapi bahwa suatu [cahaya/ ringan] dan suatu bimbingan, harus mempercayakan atas sajak/ayat dari  hari [ sajak/ayat relevan kepada [masyarakat/orang] tertentu ]. Tertentu ]. Abu Dharr menjawab, " Bagaimana asing/aneh! Mengerjakan kalif melarang aku untuk menceriterakan Quran?"

Now, revelation, belief in monotheism, idol worship, resurrection, survival of the spirit and the prophethood of Muhammad, are no longer relevant because these issues have all been solved; today's issue is contradiction and class discrimination, so after this verse, which was a verse of the day, he began to recall the customs of the Prophet, to speak about the words of the Prophet and that, again, based upon what was relevant to society:
Sekarang, pembukaan rahasia, kepercayaan di (dalam) monoteisme, pemujaan berhala, kebangkitan, survival [menyangkut] roh dan prophethood Muhammad, adalah tidak lagi relevan sebab isu ini semua telah dipecahkan; isu masa kini adalah diskriminasi kelas dan pertentangan, maka setelah sajak/ayat ini, yang (mana)  adalah suatu sajak/ayat [menyangkut] hari, ia mulai untuk mengingat kebiasaan dari  Nabi, untuk membicarakan kata-kata dari  Nabi dan bahwa, lagi, berdasar pada apa relevan ke masyarakat:

Months passed and no smoke arose from the home of the Holy Prophet." "The food most often in the house of the Prophet of God was water and dates." "Half of the floor of the Prophet's house was carpeted with sand." "He tested himself with hunger by often tying a stone around his stomach so he could bear the causticity of hunger." "His clothes and his food and his house gave solace to we Saffah Companions of the mosque. We had no family or home, and, most often, hungry, every night a group of us would eat with him. When he had cooked food in his home, he would invite us to eat with him and this food was sabus, a dough cooked from barley flour and dates." "He would say, 'No money was hoarded except that it becomes a fire for its owner.' The wives of the Prophet of God would often moan and complain of the hard ship and hunger. He contracted with them, 'Either desire this world and divorce or me and poverty.' "The Prophet of God's beloved daughter worked and suffered hunger, yet he did not accept the request of'Ali and his daughter, who were the most beloved creatures of God, in his opinion, to give them a servant.
Bulan tidak [lulus/lewat] dan asap muncul dari rumah dari  Nabi Kudus." " Makanan paling sering di [dalam]  rumah Nabi Tuhan adalah air dan biji." " Separuh [menyangkut] lantai dari  rumah Nabi memberi permadani dengan pasir." " Ia menguji [sen]dirinya dengan rasa lapar dari dengan sering mengikat suatu batu di sekitar perut nya maka ia bisa membawa causticas rasa lapar." " Pakaian nya dan makanan nya dan rumah nya memberi pelipur lara ke kita Saffah Rekan [menyangkut] mesjid [itu]. Kita tidak punya rumah atau keluarga, dan, paling sering, lapar, tiap malam suatu kelompok [kita/kami] akan makan dengan dia. Ketika ia telah memasak makanan di (dalam) rumah nya, ia akan mengundang [kita/kami] untuk makan dengan dia dan makanan ini adalah sabus, suatu adonan memasak dari  tepung jewawut dan  biji." " Ia akan kata[kan, ' Tidak (ada) uang ditimbun kalau tidak [itu] menjadi suatu api untuk pemilik nya.' Isteri dari  Nabi Tuhan akan sering merintih dan mengeluh [menyangkut] kapal yang [sulit/keras] dan rasa lapar. Ia [mengontrak/memendekkan] dengan [mereka/nya], ' Baik keinginan dunia ini dan perceraian maupun  aku dan kemiskinan.' " Nabi [dari;ttg] putri [yang] terkasih Tuhan bekerja/lancar dan menderita rasa lapar, sekalipun begitu (yet) ia tidak menerima permintaan [itu] of'Ali dan putri nya, [yang] menjadi makhluk Tuhan [yang] [yang] terkasih, di (dalam) pendapat nya, untuk memberi [mereka/nya] seorang pembantu.

He cried for Zahra's [Fatimah's] poverty but he did not give her one dinar help."
Ia menangis untuk Zahra'S [ Fatimah'S] kemiskinan tetapi ia tidak memberi [satu/ orang] nya dinar bantuan."

It is clear that rapidly, question, question, question in thoughts: Then why is the caliph 'Uthman wearing a fur coat? Why is the colorful spread in the caliph's palace filled with the most delectable foods? Then why was the legacy of Abd al-Rahman 'Awf, who was the head of the Council to elect the caliph and who made 'Uthman caliph, when piled on top of each other, like a mountain which hid the caliph, who was upon the pulpit, from the people, who were sitting on the ground.
Itu telah jelas bahwa dengan cepat, mempertanyakan, mempertanyakan, mempertanyakan dalam hati: Kemudian mengapa menjadi kalif [itu] ' Uthman [yang] memakai suatu bulu binatang mantel? Mengapa menjadi [yang] di/tersebar yang berwarna-warni/bersemangat di (dalam) istana kalif diisi dengan makanan [yang] yang paling lezat? Kemudian mengapa menjadi warisan Abd al-Rahman ' Awf, siapa kepala dari  Dewan untuk memilih kalif [yang] dan siapa yang buat ' Uthman kalif, ketika ditimbun di atas sekali dari tiap lainnya, seperti suatu gunung yang (mana)  sembunyi[kan] kalif, siapa atas mimbar, dari orang-orang, [yang]  sedang duduk ditempat itu.

His gold bullion was broken with an axe to divide up the inheritance. Then why does Zubayr, who was a member of the caliphate council, have a thousand slaves who work for him and they daily give him their wages? Then why does Mu'awiyah, a family member [of the caliph] and the governor of the caliphate in Damascus, build a Green Palace? Why are those who are around him, whoever confirms him, flatterers, poets, 'ulama' and Companions, given fairy-tale gifts? And, then, why does 'Uthman, who promised to follow the Book of God and the Traditions of the Prophet, and the Shaykans [Abu Bakr and 'Umar] method, only follow the traditions of the Caesars and Kings?
Emas batangan (di bank) nya memutuskan hubungan dengan suatu kampak untuk membagi-bagikan warisan [itu]. Kemudian kenapa Zubayr, siapa suatu anggota [menyangkut] dewan kalifah, mempunyai seribu para budak [yang] bekerja untuk dia dan mereka sehari-hari memberi dia gaji mereka? Kemudian kenapa Mu'Awiyah, suatu anggota keluarga [ tentang kalif] dan gubernur dari  kalifah di (dalam) Damascus, membangun suatu Istana Hijau? Mengapa mereka yang adalah di sekitar dia, siapapun mengkonfirmasikan dia, penyanjung, penyair, ' ulama' dan Rekan, memberi dongeng peri hadiah? Dan, kemudian, kenapa ' Uthman, [yang] berjanji untuk mengikuti Buku Tuhan dan Tradisi dari  Nabi, dan Shaykans [ Abu Bakr dan ' Umar] metoda, [yang] hanya mengikuti tradisi dari  dan Kaisar Para raja?

Then, why? Then, why?
Kemudian, mengapa? Kemudian, mengapa?

Day by day, aristocracy, exploitation, extravagance, poverty, distance and social and class breaks or cracks became more and the propagation of Abu Dharr grew more extensive causing the abased and the exploited to become more agitated. The hungry learned from Abu Dharr that their poverty was not God's Will, written upon the foreheads and the rule of fate and destiny of heaven; the cause is only kinz (hoarding of capital).
Dari hari ke hari, aristocracy, penghisapan, pemborosan/pertunjukan, kemiskinan, kelas dan sosial dan jarak pecah;kan atau letusan/juara menjadi lebih dan perkembangbiakan Abu Dharr tumbuh [yang] lebih luas menyebabkan yang dihina dan yang dimanfaatkan untuk menjadi [yang] lebih dihasut. Yang lapar mempelajari dari Abu Dharr yang kemiskinan mereka bukanlah Kehendak Tuhan, menulis atas dahi dan peraturan tentang tujuan dan nasib surga; penyebab hanya kinz ( pagar [modal/ibukota]).

What must be done?
Apa [yang]  harus dilakukan?

With the austere and pious Abu Dharr, nothing!
Dengan Abu [yang] alim dan yang keras Dharr, tidak ada apapun!

Neither does he 'have' to threaten him: 'We will take it! ' nor does he 'want' to tempt him: 'We give! ' And his wife is Umm Dharr; she is also one of the Companions of the Holy Prophet. She helps her husband to bear the hardships, asceticism and poverty which a struggling and responsible human being must bear, because during that age when there was Islam, a woman was not yet, 'the weak one'.
[Bukan/Tidak] mengerjakan ia ' sudahkah' untuk mengancam dia: ' Kita akan mengambil itu!' atau pun melakukan ia ' keinginan' untuk menggoda dia: ' Kita memberi!' Dan isteri nya adalah Umm Dharr; dia adalah juga salah satu [dari] Rekan dari  Nabi Kudus. Dia membantu suami nya untuk membawa [kesukaran/penderitaan] [itu], asceticism dan kemiskinan yang (mana)  suatu perebutan dan manusia bertanggung jawab harus membawa, sebab selama [umur/zaman] itu ketika ada Islam, seorang perempuan waktu itu belum, ' [satu/ orang] yang lemah'.

Danger sharpened its teeth in the depths of Madinah. The abased, who submitted to the sacred visages of the Emigrants and the Elder Companions of the Prophet, who now rule, and bore their own anguish and the others' deviation, had become bold. 'Uthman sensed the danger. What to do? Madinah still remembers the Prophet-and the people know Abu Dharr.
Bahaya mempertajam gigi nya di (dalam) kerendahan Madinah. Yang dihina, [yang] menyampaikan kepada roman muka suci dari  Emigran dan Rekan Lebih tua dari  Nabi, [yang] sekarang [atur/perintah], dan mengandung kesedihan mendalam mereka sendiri dan penyimpangan lain, telah menjadi [berani/tebal]. ' Uthman merasakan bahaya [itu]. Harus berbuat apa? Madinah masih ingat Prophet-And orang-orang mengetahui Abu Dharr.

He exiled him to Damascus, to Mu'awiyah. From the beginning, the people of Damascus learned Islam from the Bani 'Umayyid. Mu'awiyah has more free rein over Abu Dharr. In Damascus, Mu'awiyah had, by imitating the Romans, built a more aristocratic life than 'Uthman. Discrimination, impurity, oppression and violation of the Islamic system was more evident and more brazen. It was at this time that, with the help of the Roman and Iranian architects, Mu'awiyah was building the 'Green Palace'. This was the first monarchial palace, pompous and beautiful. Mu'awiyah had so set his heart on completing it that he would, most often, be present to supervise his orkers and masons and Abu Dharr would also appear everyday and would cry out: "O Mu'awiyah, if you build this palace with your own money, it is extravagance and if it is with the people's money, it is treason!" And he who was a mature and patient politician would bear it as he thought as to find a solution.
Ia mengucilkan dia ke Damascus, ke Mu'Awiyah. Dari awal, [masyarakat/orang] Damascus mempelajari Islam dari Bani ' Umayyid. Mu'Awiyah mempunyai lebih kendali cuma-cuma (di) atas Abu Dharr. Di (dalam) Damascus, Mu'Awiyah telah, dari [oleh/dengan] peniruan Yang Romawi, membangun suatu hidup [yang] lebih aristokratis dibanding ' Uthman. Diskriminasi, ketidak-bersihan, pelanggaran dan tekanan [menyangkut] Islam Sistem jadilah lebih [yang] lebih sombong dan jelas. Adalah pada waktu ini yang , dengan bantuan dari  Bangsa Roma dan arsitek Berhungan dengan Iran, Mu'Awiyah  sedang membangun ' Istana Yang hijau'. Ini menjadi monarchial istana yang pertama, bermegah diri dan keindahan. Mu'Awiyah telah sangat menetapkan [hati/jantung] nya pada [atas] perlengkapan [itu] bahwa ia akan, paling sering, jadilah hadir untuk mensupervisi nya orkers dan tukang batu dan Abu Dharr akan juga nampak sehari-hari dan akan menjerit: " O Mu'Awiyah, jika kamu membangun istana ini dengan uang milik mu, adalah pemborosan/pertunjukan dan jika adalah ada bersama uang orang-orang, adalah pengkhianatan!" Dan ia siapa suatu politikus pasien dan dewasa akan membawa ia/nya [seperti/ kala] ia pikir seperti temukan suatu solusi.

One day, Mu'awiyah invited Abu Dharr to his home. He went beyond the limits of respect and kindness, but Abu Dharr did not reduce his harsh visage or his angry tone in the least bit and, finally, the situation reached the point of threats:
Suatu hari, Mu'Awiyah mengundang Abu Dharr kepada rumah nya. Ia melampaui batas rasa hormat dan kebaikan, tetapi Abu Dharr tidak mengurangi roman muka [yang] kasar nya atau nada [yang] marah nya di (dalam) paling sedikit menggigit dan, akhirnya, situasi mencapai titik ancaman:

Abu Dharr, if I killed one of the Prophet's Companions without 'Uthman's permission, it would be you, but I am obliged to get 'Uthman's permission for your death. Abu Dharr, what you do separates you and, You cause the poor and the lowly people to uprise against us."
Abu Dharr, jika aku membunuh salah satu [dari] Rekan Nabi tanpa ' Ijin Uthman's, [itu] kamu akan, tetapi aku boleh;berkewajiban mendapat/kan ' Ijin Uthman's untuk kematian mu. Abu Dharr, apa yang kamu memisahkan kamu dan, Kamu menyebabkan yang lemah/miskin dan orang-orang yang rendah hati ke uprise melawan terhadap [kita/kami]."

And Abu Dharr, in his response, Behave like the customs and behavior of the Prophet of God so that I will leave you alone. Otherwise, if I have but one breath remaining, I will use that one breath to recite a Prophetic Tradition.
Dan Abu Dharr, di (dalam) tanggapan nya, Tindak seperti perilaku dan kebiasaan dari  Nabi Tuhan sedemikian sehingga aku akan me/tinggalkan kamu sendiri. Cara lainnya, jika aku mempunyai tetapi [satu/ orang] nafas sisa[nya], aku akan menggunakan yang satu itu nafas untuk menceriterakan suatu Tradisi Bersifat ramalan.

The propaganda of Abu Dharr spread. The people of Damascus, who were beginning to think that Islam is the Roman regime which was ruling over them, little by little were finding the real visage of Islam. The uproar of the seeking of justice and freedom alongside religious faith was arising in hearts and the abased, who had been accepting the justification of poverty and abasement through rdigion, for the first time, were learning from Abu Dharr that, "Whenever poverty enters through a door, religion leaves by another."
Propaganda Abu Dharr menyebar. [Masyarakat/Orang] Damascus, [yang]  sedang mulai untuk berpikir Islam itu menjadi bangsa Roma Rejim yang (mana)   sedang menguasai (di) atas [mereka/nya], sedikit demi sedikit  sedang menemukan roman muka Islam yang riil. Kegaduhan dari  pencarian kebebasan dan keadilan di samping/sepanjang iman religius  sedang timbul dalam hati dan yang dihina, [yang] tengah menerima pertimbangan pengingkaran dan kemiskinan melalui/sampai rdigion, untuk pertama kali,  sedang belajar dari Abu Dharr yang, " Kapan saja kemiskinan masuk melalui suatu pintu, daun-daun agama oleh yang lain."

The mosque was still the home of God, the people and Abu Dharrs and the base of struggle. Mu'awiyah had no control over it. It was after the death of 'Ali that mosques were emptied of God and the family of God, the people, and became the base for the caliphate and a trap used by dergymen of the caliphate! The abased surrounded him with great ardency and hope. He spoke of the truths which were intermingled with right; an Islam which was accompanied by justice; a God Who also thought about bread for the people and Who was teaching the people. In place of narcosis, he stimulated them and threatened the uncompleted Green Palace's destruction.
Mesjid masih rumah Tuhan, orang-orang dan Abu Dharrs dan dasar perjuangan. Mu'Awiyah tidak punya kendali (di) atas itu. Adalah setelah kematian Ali bahwa mesjid dikosongkan Tuhan dan keluarga Tuhan, orang-orang, dan menjadi dasar untuk kalifah dan suatu perangkap yang digunakan oleh dergymen [menyangkut] kalifah! dikepung Yang dihina dia dengan ardency agung dan harapan. Ia menyatakan [menyangkut] kebenaran yang (mana)   dicampur dengan [hak/ kebenaran]; suatu Islam yang (mana)   ditemani oleh keadilan; suatu Tuhan [Yang] juga roti dipikirkan untuk orang-orang dan siapa yang  sedang mengajar orang-orang. Sebagai pengganti pembiusan, ia merangsang [mereka/nya] dan mengancam [yang] yang  tidak diselesaikan Hijau pembinasaan Istana.

Mu'awiyah sent Abu Dharr to the jihad in Cyprus. If he was victorious, it could be an honor and victory for Muawiyah and a respect which would be an 'honor' for Islam! and if Abu Dharr were killed, Mu'awiyah would be relieved of any of his harm without his hands being polluted in his blood.
Mu'Awiyah mengirim Abu Dharr kepada jihad di (dalam) Cyprus. Jika ia pemenang, bisa jadi suatu kemenangan dan penghormatan untuk Muawiyah dan suatu rasa hormat yang (mana)  akan suatu ' penghormatan' untuk/karena Islam! dan jika Abu Dharr dibunuh, Mu'Awiyah akan dirampok tentang segala  kejahatan nya  tanpa tangan nya yang sedang dikotori di (dalam) darah nya.

Because of [these kinds of misuses of jihad], Shi'ism later issued an edict, "Jihad", without the leader ship of the real and just Imam is prohibited."
Oleh karena [ macam penyalah gunaan jihad ini], Shi'Ism yang kemudiannya dikeluarkan suatu surat perintah, " Jihad", tanpa pemimpin kirim dari  yang riil dan [hanya;baru saja] Imam dilarang."

But Abu Dharr returned healthy and, without hesitation, went from the front to the mosque and began his work!
Tetapi Abu Dharr kembali[kan sehat dan, tanpa keraguan, pergi dari medan kepada mesjid dan mulai pekerjaan nya!

Mu'awiyah knew Abu Dharr, knew the extent to which he thought about the freedom of slaves and satiating the hungry. He assigned a slave, "Take this bag of gold to Abu Dharr and if you succeed in having him take it, you are free ! " The slave went to Abu Dharr. Abu Dharr refused and the slave insisted, cried and begged and the answer of Abu Dharr was only, "No! " Finally he said, "O Abu Dharr, may God bless you. Take this money because my freedom is in giving this money to you." Abu Dharr, without hesitation, said, "Yea. But my enslavement is in taking this money from you!"
Mu'Awiyah mengenal Abu Dharr, mengenal tingkat untuk mana ia memikirkan kebebasan untuk para budak dan satiating yang lapar. Ia menugaskan seorang budak, " Ambil kantong emas ini ke Abu Dharr dan jika kamu berhasil di (dalam) mempunyai;nikmati dia mengambil itu, kamu bebas!" Budak pergi ke Abu Dharr. Abu Dharr menolak dan budak meminta dengan tegas, menangis/berteriak dan memohon dan jawaban Abu Dharr saja, " Tidak (ada)!" Akhirnya ia berkata, " O Abu Dharr, boleh Tuhan memberkati. Ambil[lah uang ini sebab kebebasan ku adalah di (dalam) memberi uang ini kepada kamu." Abu Dharr, tanpa keraguan, berkata, " [Ya/Betul]. Tetapi perbudakan ku adalah di (dalam) pengambilan uang ini dari kamu!"

Bab 6

And Once Again Abu-Dhar by: Dr. Ali Shariati Part Six
Dan Sekali lagi Abu-Dhar oleh: Dr. Ali Shariati Memisahkan Enam

No tricks would work against this obstinate, brazen, pious and conscious man. Only coercion remained. He wrote to 'Uthman: If you need Damascus, take Abu Dharr away from here because complexes are swelling, the heads of wounds have opened up and an explosion is near. 'Uthman ordered him to be sent to Madinah.
Tidak (ada) muslihat akan bekerja melawan terhadap [yang] keras kepala ini, manusia sombong, sadar dan alim. [Yang] hanya paksaan tinggal. Ia menulis untuk ' Uthman: Jika kamu memerlukan Damascus, mengambil Abu Dharr [men]jauh dari di sini sebab kompleks adalah bengkak, kepala-2 luka sudah membuka dan suatu ledakan adalah dekat. ' Uthman perintahkan/memesan dia untuk;menjadi dikirim ke Madinah.

They placed him in a wooden packsaddle on a camel's back and engaged several savage slaves to take him back to Madinah. Mu'awiyah ordered that no stops be made along the way, from Damascus to Madinah.
Mereka menempatkan dia di (dalam) suatu packsaddle kaku/kayu tiduran berbaring  suatu unta dan bertaut beberapa orang liar para budak untuk mengambil dia kembali ke Madinah. Mu'Awiyah tidak perintahkan/memesan bahwa perhentian dibuat sepanjang, dari Damascus ke Madinah.

The rider nears Madinah, tired and wounded; beside the city, he saw 'Ali on Mt. Sala' and beside him, 'Uthman and several other people. From a distance he cried out, "I give glad tidings to Madinah of a great and endless rebellion."
Pengendara dekat Madinah, melelahkan dan melukai; di samping kota besar, ia lihat ' Ali pada [atas] Mt. Sala' dan di samping dia, ' Uthman dan beberapa orang lain. Dari jauh ia menjerit, " Aku memberi berita gembira ke Madinah suatu pemberontakan tak ada akhirnya dan agung."

The Caliph ordered no one to follow a religious edict from Abu Dharr but religious edicts were issued, one after another, by Abu Dharr. That which he had seen in Damascus, had made him more anxious and more brazen in struggle. 'Abd al-Rahman 'Awf, the head of the caliphate council of 'Umar, died and his heritage, which was an abundance of gold and silver, was piled up before 'Uthman. Abu Dharr heard that 'Uthman had said, "Abd al-Rahman is blessed by God that he lived well and when he died he left behind all of this wealth."
Kalif perintahkan/memesan tak seorangpun untuk mengikuti suatu surat perintah religius dari Abu Dharr tetapi surat perintah religius dikeluarkan, satu demi satu, dengan Abu Dharr. Yang ia telah melihat di Damascus, telah buat dia [yang] [yang] lebih sombong dan tertarik di (dalam) perjuangan. ' Abd al-Rahman ' Awf, kepala dari  dewan kalifah Umar, meninggal dan warisan/pusaka nya, yang (mana)  adalah suatu kelimpahan perak dan emas, ditimbun sebelumnya ' Uthman. Abu Dharr mendengar bahwa ' Uthman telah berkata, " Abd al-Rahman diberkati demi Allah bahwa ia [hidup/tinggal] baik dan ketika ia meninggal ia meninggalkan semua dari kekayaan ini."

Abu Dharr agitated and enflamed, invaded 'Uthman's house alone. On the way, he found a camel's bone. He picked it up and took it. He cried out to 'Uthman, "You say that God has blessed a man who has died and left all of this gold and silver behind?"
Abu Dharr meradang/hasut dan menyala, menyerbu ' Rumah Uthman's sendiri. Di jalan, ia menemukan suatu tulang unta. Ia memungut ia/nya atas dan mengambil itu. Ia menjerit untuk ' Uthman, " Kamu kata[kan Tuhan itu telah memberkati seorang manusia [yang] telah meninggal dan meninggalkan semua dari perak dan emas ini di belakang?"

'Uthman, softly, replied, "Abu Dharr, does a person who has paid his zakat have other [religious] obligations, as well?"
 ' Uthman, [yang] pelan-pelan, menjawab, " Abu Dharr, mengerjakan seseorang [yang] telah membayar zakat nya sudah lainnya [ religius] kewajiban, juga?"

Abu Dharr recited the verse of kinz and said, "The problem here is not zakat; the problem is with anyone who hoards gold and silver and does not give it upon the Way of God."
Abu Dharr menceriterakan sajak/ayat kinz dan berkata, " Masalah di sini bukanlah zakat; masalah ada bersama seseorang [yang] menimbun perak dan emas dan tidak memberi ia/nya atas Jalan/Cara Tuhan."

Ka'b al-Ahbar, a clergyman, formerly Jewish, who was sitting beside 'Uthman, said, "This verse relates to the 'people of the Book' (Jews and Christians); it does not relate to Muslims."
Ka'B al-Ahbar, suatu pendeta/rabi, [yang] tadinya/dahulu Yahudi, siapa duduk di samping ' Uthman, berkata, " Sajak/Ayat ini berhubungan dengan ' orang-orang [menyangkut] Buku' ( Yahudi dan Christians); [itu] tidak berhubungan dengan Orang Islam."

Abu Dharr cried out at him, "Son of a Jew! You want to teach our religion to us? May your mother mourn for you!" 'Uthman said, "If a man has paid his zakat and builds a palace, one brick of gold and one brick of silver there is no blame." Then he turned to Ka'b and asked him his opinion and Ka'b expressed the opinion that, "Yes, your majesty. That's the way it is!" Abu Dharr attacked him.
Abu Dharr menjerit pada dia, " Putra suatu Yahudi! Kamu ingin memberi pengajaran agama [kita/kami] kepada [kita/kami]? Mei ibu mu berkabung untuk kamu!" ' Uthman berkata, " Jika seorang manusia telah membayar zakat nya dan membangun suatu istana, satu batu bata emas dan [satu/ orang] batu bata perak tidak ada menyalahkan." Kemudian ia mengarah ke Ka'B dan [minta;tanya] dia pendapat nya dan Ka'B menyatakan pendapat yang, " Ya, keagungan mu. Itu adalah jalan/cara adalah!" Abu Dharr menyerang dia.

Ka'b, out of fear, hid behind 'Uthman and placed himself in the refuge of the Caliph. The scene is complete! The scene of the drama of all of history! On one side, gold, coercion and the ruling religion in the visages of 'Abd al-Rahman, 'Uthman and Ka'b al Ahbar, and how exact and accurate! The principle, gold, coercion its supporter and religion, hidden behind coercion, its justifier. Confronting it, Abu Dharr, the sacrifice of exploitation, despotism and deception, the manifestation of the religion condemned by history and the oppressed class of history, God and the people!
Ka'B, ke luar dari ketakutan, sembunyi[kan] di belakang ' Uthman dan menempatkan [sen]dirinya di [dalam]  tempat perlindungan Kalif. Peristiwa;Pemandangan lengkap! Peristiwa;Pemandangan dari  drama dari semua sejarah! Pada [atas] [satu/ orang] sisi, emas, paksaan dan agama yang kuasa di (dalam) roman muka Abd al-Rahman, ' Uthman dan Ka'B al Ahbar, dan bagaimana [yang] akurat dan tepat! Prinsip, emas, paksaan agama dan pendukung nya, menyembunyikan di belakang paksaan, spasi nya. Menghadapi itu, Abu Dharr, pengorbanan penghisapan, pemerintahan yang sewenang2 dan penipuan, penjelmaan dari  agama yang dihukum oleh sejarah dan si tertindas kelas sejarah, Tuhan dan orang-orang!

Abu Dharr, alone, disarmed, oppressed, with all of this, responsible and an assailant, takes Ka'b from the refuge of coercion, and with the camel's bone, pounded him so hard on the head that blood began to flow.
Abu Dharr, sendiri, melucuti(senjata), menekan, dengan semua dari ini, bertanggung jawab dan suatu penyerbu, mengambil Ka'B dari tempat perlindungan paksaan, dan dengan tulang unta, menghantamkan dia [yang] sangat [sulit/keras] pada [atas] kepala bahwa darah mulai untuk mengalir.

'Uthman said, "How tiresome you have become, Abu Dharr; leave us."
 ' Uthman berkata, " Bagaimana membosankan kamu sudah menjadi, Abu Dharr; me/tinggalkan [kita/kami]."

Abu Dharr said, "I am fed up with seeing you. Where should I go?"
Abu Dharr berkata, " Aku bosan dengan dengan melihat kamu. [Di mana/jika] aku perlu pergi?"

"To Rabadah."
 " Ke Rabadah."

Marwan Hakam, an exile of the Prophet, was assigned to exile Abu Dharr.
Marwan Hakam, suatu pengasingan [menyangkut] Nabi, ditugaskan untuk mengasingkan Abu Dharr.

'Ali heard of the affair. He moaned. He took Hasan, Husayn and 'Aqil and they came to see him off. Marwan stood before 'Ali, "The Caliph has prohibited the seeing-off of Abu Dharr." 'Ali, with a whip, by-passed him, and went with Abu Dharr till Rabadhah.
 ' Ali mendengar tentang [menyangkut] urusan [itu]. Ia merintih. Ia mengambil Hasan, Husayn dan ' Aqil dan mereka datang ke[pada] mengantarkan dia batal/mulai. Marwan berdiri di hadapan ' Ali, " Kalif telah melarang mengantarkan Abu Dharr." ' Ali, dengan suatu cambuk/kuasa, by-passed dia, dan pergi dengan Abu Dharr hingga Rabadhah.

Raba&ah, a burning wilderness without water or cultivation, along the way of pilgrims; which, other than at the time of the hajj, becomes empty and silent. There he set up his torn tent and he met his needs with the few goats he had.
Raba&Ah, suatu terbakar hutan belantara tanpa penanaman atau air, sepanjang peziarah(kekuburan); yang (mana), selain dari pada ketika [menyangkut] hajj, menjadi [yang] diam dan kosong. [Di/Ke] sana ia menyediakan tenda [yang] koyak nya dan ia jumpa kebutuhan nya dengan minoritas kambing [yang] ia mempunyai.

Months passed. Poverty was increasing and hunger, more brazen. One by one, his goats died and he and his family faced death in the loneliness of the wilderness.
Bulan [lulus/lewat]. Kemiskinan  sedang meningkat(kan) dan mendambakan, [yang] lebih sombong. Satu persatu, kambing nya meninggal dan ia dan keluarga nya menghadapi kematian di [dalam]  kelengangan hutan belantara.

His daughter died. He bore it patiently and considered it to have been upon the Way of God. A little later, the wolf of hunger attacked his son.
Putri nya meninggal. Ia mengandung ia/nya dengan sabar dan mempertimbangkan ia/nya untuk telah atas Jalan/Cara Tuhan. sempit Kemudian, serigala rasa lapar menyerang putra nya.

He sensed responsibility. He went to Madinah and sought his wages, which had been cut off, from 'Uthman. 'Uthman did not answer him. He returned empty handed. His son's corpse was cold. He buried him with his own hands.
Ia merasakan tanggung jawab. Ia pergi ke Madinah dan mencari gaji nya, yang (mana)  telah dikerat, dari ' Uthman. ' Uthman tidak menjawab dia. Ia kembali[kan disampaikan kosong. mayat Putra nya dingin. Ia menguburkan dia dengan tangan [milik]nya.

Abu Dharr and Umm Dharr remained alone. Poverty, hunger and decrepitude had greatly weakened Abu Dharr's body. One day he felt he had come to the end of his strength. Hunger bothered him. He said to Umm Dharr, "Arise.
Abu Dharr dan Umm Dharr tinggal sendiri. Kemiskinan, rasa lapar dan decrepitude telah sangat memperlemah Abu badan Dharr'S. Suatu hari ia merasa ia telah datang kepada akhir [dari;ttg] kekuatan nya. Rasa lapar mengganggu dia. Ia berkata kepada Umm Dharr, ".

Perhaps in this wilderness we will find some blades of grass to quiet our hunger a bit. Woman and man, for a great distance, from the parameters of the tent, searched and found nothing. Upon their return, Abu Dharr lost his strength. The sign of death showed itself in his face. Umm Dharr understood and, anxiouslv, asked, "What is happening to you, Abu Dharr?"
Barangkali di (dalam) hutan belantara ini [yang] kita akan temukan beberapa mata pisau rumput untuk menenangan rasa lapar [kita/kami] sedikit. Perempuan dan manusia, untuk/karena suatu jarak agung, dari parameter dari  tenda, mencari dan tidak menemukan apapun. [Atas/Ketika] kembalian mereka, Abu Dharr hilang kekuatan nya. Tanda kematian menunjukkan [dirinya] sendiri di (dalam) muka nya. Umm Dharr memahami dan, anxiouslv, [minta;tanya], " Apa yang sedang terjadi kepada kamu, Abu Dharr?"

"Separation is near! Leave my corpse on the way and ask wayfarers to help you bury me."
 " Separasi adalah dekat! /Tinggalkan[lah mayat ku di jalan dan [minta;tanya] musafir, pelancong untuk membantu kamu kuburkan aku."

"The hajjis have gone and there are no wayfarers." "It can't be. Get up and go on the hill. Some people will come for my death."
 " Hajjis tidak sudah pergi dan di sana adalah musafir, pelancong." " [Itu] tidak bisa (adalah). Kelincahan dan semangat pada [atas] bukit [itu]. Sebagian orang akan datang untuk kematian ku."

Umm Dharr, from the top of the hill, saw three riders who were riding at a distance. She signaled to them. They came close.
Umm Dharr, dari puncak bukit, lihat tiga pengendara [yang]  sedang mengendarai jauh. Dia signaled kepada [mereka/nya]. Mereka datang dekat.

"May God bless you. A man is dying here. Help me bury him and receive your reward from God."
 " Mei Tuhan memberkati. Seorang manusia tengah sekarat di sini. Mbantu[lah aku kuburkan dia dan menerima penghargaan mu dari Tuhan."

"Who is he?"
 " Siapakah ia?"

"Abu Dharr."
 " Abu Dharr."

"The friend of the Prophet?"
 " Teman dari  Nabi?"

"Yea."
 " [Ya/Betul]."

"May my mother and father be sacrificed for you O Abu Dharr! "
 " Mei bapak dan ibu ku mengorbankan untuk kamu O Abu Dharr!"

They stood before him. He was still alive. He requested of them, "Any of you who are messengers of the government, spies or military personnel, do not bury me. If my wife or I had a cloth for my shroud, there would be no need."
Mereka berdiri di hadapan dia. Ia masih hidup. Ia meminta di antara mereka, " Manapun kamu [yang] adalah pesuruh [menyangkut] pemerintah, personil militer atau mata-mata, tidak kuburkan aku. Jika isteri ku atau aku mempunyai suatu kain untuk kain kafan ku, akan ada tidak usah."

Only a youth from among the Helpers who had a non-government profession said, "I have this cloth with me which my mother wove." Abu Dharr prayed for him and said, "Shroud me with that."
Hanya suatu [masa/kaum] muda dari di antara Penolong [yang] mempunyai suatu profesi  tidak pemerintah berkata, " Aku mempunyai kain ini dengan aku ibu ku." Yang (mana) [menenun/ menganyam] Abu Dharr berdoa untuk dia dan berkata, " Kain kafan aku lalu;maka."

His mind at rest, everything was coming to an end. He closed his eyes and never opened them again. The wayfarers buried him under the hot sands of Rabadah. The young Helper stood beside his grave, whispering under his breath, "The Prophet of God stated it well!"
Pikiran nya pada posisi diam, segalanya  sedang berakhir. Ia menutup mata nya dan tidak pernah membuka [mereka/nya] lagi. Musafir, pelancong dikuburkan dia di bawah pantai pasir Rabadah yang panas. Penolong Yang muda berdiri di samping kuburan nya, berbisik dengan berbisik -  nya , " Nabi Tuhan menyatakan dengan baik!"

He walks alone, dies alone and will be resurrected alone!
Ia berjalan sendiri, mati sendiri dan akan [jadi] menghidupkan kembali sendiri!

"When?"
 " Ketika?"

"On the arising of the Day of Resurrection."
 " Pada [atas] timbul [menyangkut] Hari Kebangkitan."

"And, also, in the arising of every era and in the midst of every generation."
 ", juga, di (dalam) timbul tiap-tiap jaman dan di tengah-tengah tiap-tiap generasi."

And now, once again it is Abu Dharr who, among all of the visages buried in this shoreless cemetery of history, in our age and among us, will be resurrected alone."
Dan sekarang, sekali lagi adalah Abu Dharr [yang], antar semua roman muka dikuburkan di (dalam) kuburan sejarah tanpa pantai ini, di (dalam) [umur/zaman] [kita/kami] dan di antara kita, akan [jadi] menghidupkan kembali sendiri."


0 komentar:

Posting Komentar

Footer Widget 1

Sample Text

Text Widget

Footer Widget 3

Recent Posts

Download

Blogger Tricks

Blogger Themes

Diberdayakan oleh Blogger.

Footer Widget 2

Popular Posts