بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Kamis, 03 Oktober 2013

Akal Dan Tubuh

Apakah akal itu? Satu bagian dari masyarakat menganggap akal sebagai suatu hal tak-dapat dijelaskan dan masyarakat lain menganggap akal adalah sebagai aksi dari otak. Jika demikian, akal ada selama otakpun ada, dan tatkala otak rusak berakhirlah akal. Jika memang demeikian, semua penulis yang bekerja tiga atau empat bulan, banyak halaman dan buku, dan semua karya seniman selama sepuluh tahun. Studio penuh dengan lukisan, akan berada di otak. Tetapi dimanakah otak sekecil itu menyediakan ruang untuk semua ini? Inilah konsepsi akal yang amat terbatas. Suara menjangkau ribuan mil melalui kabel, tetapi akal jauh lebih halus daripada suara. Tidaklah dapat dibatasi dan dihalangi terhadap otak, meskipun otak adalah wadah yang melaluinya pikiran-pikiran dibuat jelas.

Akal dianggap sebagai sesuatu yang kecil. Kita mengatakan, “Akalku, dalam akalku,” dan yang mana disebut milikku selalu nampak lebih kecil daripada material tubuh, “dompetku” atau “genggamanku” merupakan suatu tubuh. Bayangan rasa jauh lebih besar daripada yang umum diketahui; melalui praktik mistisisme anda bisa belajar sejauh ia menjangkau. Dan akal jauh lebih besar daripada bayangan itu. Saya mungkin duduk disini dan mengirim pikiran saya ke Paris. Tetapi kemudian bisa dipertanyakan, “Jika saya disni dan pikiran saya di Paris, apakah saya terpisah dari akalku? Dapatkah saya keluar dan meninggalkan akal saya di rumah dan pulang dan mendapatkannya lagi?” Tidak, akal mempunyai sayap-sayap yang mengembang dari sini, bukan hanya ke Paris, tetapi New York atau ke Rusia, ke Jepang, ke Kutub Utara, ke Kutub Selatan, dan masih jauh lagi. Jika saya mengirim pikiran saya kepada seorang kawan di India. Jika saya mengirimnya tanpa membiarkan sesuatu ikut campur dengannya, dia akan merasakan di dalam hidupnya dan sesuatu yang baik akan terjadi kepadanya berkaitan dengan pikiran positif saya.

Tiada akal tanpa tubuh; sehingga dikatakan, sebelum tubuh dibuat akal hanya berupa akasha, suatu akomodasi. Pengalaman yang telah diperolehnya melalui tubuh sebagai kendaraan telah menjadi pengetahuan; dan pengetahuanlah yang membuat akal. Akasha yang menjadi akal setelah tubuh terlahir di Bumi telah berkumpul beberapa pengetahuan bak berlainan dari beberapa akal yang telah bertemu sementara menuju ke Bumi. Barangkali dari satu akal yang lebih ketimbang yang lain-lainnya. Pada kasus itu ia telah memperoleh karakteristik-karakteristik secara langsung dari satu individu yang telah meninggal dunia. Di samping itu, melalui orang tua akasha ini telah memperoleh pengetahuan atau mentalitas nenek-moyang mereka, bangsa mereka, suku mereka, dan dari tingkat evolusi seluruh umat manusia pada suatu waktu tertentu.

Semua yang indera dapat cerap adalah bagian terluar, tetapi semua yang dapat akal cerap adalah bagian terdalam. Ini berarti bahwa imaginasi muncul dari akal dan karena itulah akal dapat mencerapnya. Perasaan, memori, konsentrasi, alasan, semua ini adalah pencerapan akal. Seseorang lebih bisa memanggil akal ujud manusia daripada tubuh di banding dengan akal, tubuh hanyalah seperti jas yang seseorang memakai.

Sumber : Dimensi Spiritual Dalam Psikologi, Sadra, Public Library & Publisher 2000. Makassar

0 komentar:

Posting Komentar

Footer Widget 1

Sample Text

Text Widget

Footer Widget 3

Recent Posts

Download

Blogger Tricks

Blogger Themes

Diberdayakan oleh Blogger.

Footer Widget 2

Popular Posts