بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Rabu, 10 April 2013

Sekilas Tentang Filsafat Ilmu



Prolog (Pendahuluan)
Filsafat adalah berpikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata yaitu philos dan sophia. Philos berarti senang, gemar atau cinta, sedangkan sophia dapat diartikan sebagai kebijaksanaan. Dengan begitu filsafat dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada kebijaksanaan.
Kata lain dari filsafat adalah hakikat dan hikmah, jadi kalau ada orang yang mengatakan, “Apa hikmah dari semua ini?”, berarti mencari latar belakang terdalam kejadian sesuatu dengan kajian secara filsafati, yaitu apa, bagaimana, dan untuk apa sesuatu itu terjadi, yang dalam filsafat disebut dengan ontologi, epistemologi dan aksiologi. Hakikat dan hikmah merupakan dua nama Al Qur’an disamping Al Furqan (pembeda), dan dan dengan demikian kitab suci ini juga berarti filsafat. Oleh karena itu umat Islam yang menolak filsafat seakan secara tidak sengaja menolak Al Qur’an itu sendiri yang mengkaji kehidupan ini secara mendalam, bukan paksaan (dogma), dan secara seimbang mendialektikakan logika, etika dan estetika.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa ada tiga hal pokok yang muncul bila manusia berpikir yaitu hal tentang ada yang menjadi bahasan ontologi, hal tentang pengetahuan akan kebenaran sejati yang menjadi bahasan epistemologi, dan hal tentang nilai yang menjadi bahasan aksiologi. Epistemologi merupakan salah satu obyek kajian dalam filsafat, dalam pengembangannya menunjukkan bahwa epistemologi secara langsung berhubungan secara radikal (mendalam) dengan diri dan kehidupan manusia. Pokok kajian epistemologi akan sangat menonjol bila dikaitkan dengan pembahasan mengenai hakekat epistemologi itu sendiri. Secara linguistic kata “Epistemologi” berasal dari bahasa  Yunani yaitu kata “Episteme” dengan arti pengetahuan dan kata “Logos” berarti teori, uraian, atau alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan yang dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah Theory Of Knowledge. Istilah epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan dalam bahasa Indonesia lazim disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi epistemologi adalah teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan.    
Filsafat pengetahuan yang dimaksud di atas, tidak lain adalah filsafat ilmu. Olehnya itu, dalam tulisan ini akan dibahas mengenai urgensi daripada filsafat ilmu itu sendiri dengan menampilkan beberapa pengertian pokok filsafat ilmu serta hakikat mengenai filsafat ilmu. 
   
Dialog (Pembahasan)
Terlebih dahulu penulis akan menjelaskan mengenai pengertian ilmu. Bahwa pada dasarnya istilah ilmu atau science merupakan suatu perkataan yang cukup bermakna ganda, yaitu mengandung lebih daripada satu arti. Menurut cakupannya pertama-tama ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai suatu kebulatan. Jadi, dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu seumumnya (science-in-general). Arti yang kedua dari ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari sesuatu pokok soal tertentu. Dalam arti ini ilmu berarti sesuatu cabang ilmu khusus.
Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca dalam pustaka menunjuk pada sekurang-kurangnya tiga hal, yakni pengetahuan, aktivitas, dan metode. Dalam hal yang pertama dan ini yang terumum, ilmu senantiasa berarti pengetahuan. Tetapi pengetahuan sesungguhnya hanyalah hasil atau produk dari sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Demikianlah makna ganda dari pengertian ilmu. Tetapi, pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas atau metode itu bila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak saling bertentangan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Seorang filsuf Belgia Jean Ladriere menyatakan bahwa ilmu dapat dipandang sebagai keseluruhan pengetahuan kita dewasa ini, atau sebagai suatu aktivitas penelitian, atau sebagai suatu metode untuk memperoleh pengetahuan.
Kemudian, penulis akan memaparkan beberapa definisi filsafat ilmu (philosophy of science) dari para filsuf yakni sebagai berikut :
1.      Robert Ackermann
Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam kerangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian jelas bukan suatu cabang ilmu yang bebas dari praktek ilmiah senyatanya.
2.      Lewis White Beck
Filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3.      A. Cornelius Benjamin
Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektualnya.
Dari defenisi-defenisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Landasan (foundation) dari ilmu itu mencakup :
-          Konsep-konsep pangkal
-          Anggapan-anggapan dasar
-          Asas-asas permulaan
-          Struktur-struktur teoritis
-          Ukuran-ukuran kebenaran ilmiah
Pembagian menurut jenis memakai isi substantif dari pengetahuan ilmiah sebagai dasarnya, sedangkan pembagian menurut ragam ilmu mengacu pada salah satu sifat atributifnya yang dipilih sebagai ukuran. Biasanya dalam pembagian ilmu menurut jenis, orang dapat sertamerta mengetahui secara garis besar sasaran apa saja yang termasuk dalam masing-masing rumpun atau cabang ilmu yang bersangkutan. Pembagian ilmu menurut ragamnya hanya menunjukkan suatu ciri tertentu dari segugusan pengetahuan ilmiah. Dengan mempelajari filsafat ilmu, proses pendidikan, pengajaran, dan penelitian dalam suatu cabang ilmu dapat menjadi lebih mantap dan tidak kehilangan arah.
Berdasarkan perkembangan filsafat ilmu sampai dewasa ini, filsuf pengamat sejarah John Loose menyimpulkan bahwa filsafat ilmu dapat digolongkan menjadi empat konsepsi:
1.        Filsafat ilmu yang berusaha menyusun pandangan-pandangan dunia yang sesuai atau berdasarkan teori-teori ilmiah yang penting.
2.        Filsafat ilmu yang berusaha memaparkan praanggapan dan kecenderungan para ilmuwan (misalnya praanggapan bahwa alam semesta mempunyai keteraturan).
3.        Filsafat ilmu sebagai suatu cabang pengetahuan yang menganalisis dan menerangkan konsep dan teori dari ilmu.
4.        Filsafat ilmu sebagai pengetahuan kritis derajat dua yang menelaah ilmu sabagai sasarannya.
Selain pembagian filsafat menurut John Loose dalam empat konsepsi tersebut diatas, beberapa filsuf mempunyai konsepsi dikotomi yang membedakan filsafat ilmu dalam dua bagian. Dwi pembagian yang paling umum dikemukakan oleh antara lain Arthur Pap. Menurut filsuf ini untuk menghindarkan kekacauan filsafat ilmu perlu dibedakan dalam :
1.      Philosophy of science-in-general (filsafat ilmu-seumumnya).
Filsafat ilmu ini menelaah konsep-konsep dan metode-metode yang terdapat dalam semua ilmu, misalnya pengertian penjelasan, generalisasi induktif, dan kebenaran.
2.      Filsafat ilmu khusus, seperti misalnya filsafat fisika atau filsafat psikologi.
Hubungannya dengan pengertian ilmu sebagai rangakaian aktivitas pemikiran manusia atau proses penelitian dapat diringkas, maka dapat dilihat dari pembagian berikut ini :
Ilmu Sebagai Aktivitas :
1. Rasional    à -    Proses pemikiran yang berpegang pada kaidah-kaidah logika
2. Kognitif    à -    Proses mengetahui dan memperoleh pengetahuan
3. Teleologis à-     Mencapai kebenaran
-          Memperoleh pemahaman
-          Memberikan penjelasan
-          Melakukan penerapan dengan melalui peramalan atau pengendalian
Rangkaian aktivitas pemikiran yang rasional dan kognitif untuk menghasilkan pengetahuan, mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, dan melakukan peramalan, pengendalian, atau penerapan itu dilaksanakan oleh seseorang yang digolongkan sebagai ilmuwan. Sebuah definisi lain dari Dean Schooler, Jr. merumuskan ilmuwan sebagai orang-orang yang terlihat mengembangkan pengetahuan dengan memakai metode-metode ilmiah. Dengan demikian, pengertian ilmu dapat beralih dari aktivitas menjadi metodenya. Jadi, ilmu selain berarti aktivitas penelitian juga berarti metode ilmiah.
Selain itu, ada pula asumsi mengenai ilmu sebagai pengetahuan yang sistematis, dimana walaupun pengertian mengenai pengetahuan menunjuk pada fakta-fakta sebagai intinya, perlulah dipahami bahwa ilmu bukanlah fakta-fakta. Pernyataan yang lebih tepat ialah bahwa ilmu senantiasa berdasakan fakta-fakta. Fakta-fakta itu diamati dalam aktivitas ilmiah. Dari pengamatan itu selanjutnya fakta-fakta dihimpun dan dicatat sebagai data.
Pengetahuan pada dasarnya menunjuk pada sesuatu yang diketahui. Jadi, ada sesuatu pokok soal yang mengenainya orang mempunyai pengetahuan. Dengan demikian, jelaslah kini bahwa setiap ilmu harus mempunyai sesuatu pokok soal apapun. Seorang ahli logika modern juga menyatakan bahwa suatu ilmu adalah suatu kumpulan yang sistematis atau teratur dari pengetahuan yang bertalian dengan suatu pokok soal khusus, dan pokok soal dari setiap ilmu ialah suatu bagian tertentu dari bahan pengalaman manusia.
Demikianlah setiap ilmu menurut salah satu maknanya adalah pengetahuan. Pengetahuan itu mengenai sesuatu pokoksoal dan berdasarkan suatu titikpusat minat. Pokok soal dan titikpusat minat itu membentuk suatu sasaran yang sesuai dari ilmu yang bersangkutan.
Konsep sebagai sasaran dari ilmu tidak boleh dikacaukan dengan pokok soal dari pengetahuan. Pokok soal saja belum dapat mengembangkan sesuatu ilmu ke taraf yang tinggi. Setiap ilmu yang telah cukup berkembang harus memiliki satu atau beberapa konsep kunci dan konsep-konsep tambahan yang bertalian. Konsep-konsep ilmiah sangat diperlukan agar sesuatu ilmu dapat menyusun berbagai asas, teori sampai dalil. Sesuatu konsep ilmiah merupakan semacam sarana untuk ilmuwan melakukan pemikiran dalam mengembangkan pengetahuan ilmiah.
Penelaahan terhadap gejala-gejala alam dan kehidupan maupun gejala-gejala mental dan kemasyarakatan kini semuanya secara pasti menjadi ilmu-ilmu fisis, biologi, psikologi, dan ilmu-ilmu sosial yang berdiri sendiri. Ciri umum dari ilmu-ilmu tersebut yang membuatnya berbeda dari filsafat ialah ciri empiris. Kalau filsafat masih tetap merupakan pemikiran reflektif yang coraknya sangat umum, kebalikannya ilmu-ilmu fisis, biologi, psikologi, dan ilmu-ilmu sosial telah merupakan rangkaian aktivitas intelektual yang sifatnya empiris. Sifat inilah yang lalu merupakan ciri umum dari ilmu.
Jadi, ciri empiris dari ilmu mengandung pengertian bahwa pengetahuan yang diperoleh itu berdasarkan pengamatan (observation) atau percobaan (experiment). Kalau ilmu berbeda dari filsafat berdasarkan ciri empiris itu, maka ilmu berbeda dari pengetahuan biasa karena ciri sistematisnya. Ciri sistematis berarti bahwa berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan-hubungan ketergantungan dan teratur.
Selain ciri-ciri empiris dan sistematis di muka, masih ada 3 ciri-ciri pokok lainnya dari ilmu, yaitu objektif, analitis, dan verifikatif (dapat diperiksa kebenarannya). Ciri objektif dari ilmu berarti bahwa pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan (personal bias) dan kesukaan pribadi. Ciri analitis berarti bahwa pengetahuan ilmiah itu berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian-bagian yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu. Ciri pokok yang terakhir dari ilmu itu sekaligus mengandung pengertian bahwa ilmu senantiasa mengarah pada tercapainya kebenaran. Ilmu dikembangkan oleh manusia untuk menemukan suatu nilai luhur dalam kehidupan manusia yang disebut kebenaran ilmiah.
Epilog (Kesimpulan)
Dari pembahasan di atas, maka penulis dapat membuat beberapa kesimpulan mengenai urgensi daripada filsafat ilmu yang dapat ditarik dalam poin-poin sebagai berikut :
1.      Ilmu dapat dipandang sebagai keseluruhan pengetahuan kita dewasa ini, atau sebagai suatu aktivitas penelitian, atau sebagai suatu metode untuk memperoleh pengetahuan.
2.      Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia.
3.      Hubungannya dengan pengertian ilmu sebagai rangakaian aktivitas pemikiran manusia atau proses penelitian maka rangkaian aktivitas pemikiran yang rasional dan kognitif untuk menghasilkan pengetahuan, mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan, dan melakukan peramalan, pengendalian, atau penerapan itu dilaksanakan oleh seseorang yang digolongkan sebagai ilmuwan.
4.      Ilmu sebagai pengetahuan yang sistematis, dimana walaupun pengertian mengenai pengetahuan menunjuk pada fakta-fakta sebagai intinya, perlulah dipahami bahwa ilmu bukanlah fakta-fakta. Pernyataan yang lebih tepat ialah bahwa ilmu senantiasa berdasakan fakta-fakta. Fakta-fakta itu diamati dalam aktivitas ilmiah. Dari pengamatan itu selanjutnya fakta-fakta dihimpun dan dicatat sebagai data.
Daftar Pustaka
Abbas, Hamami. 1997. Epistemologi Ilmu. Yogyakarta. Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
Kencana Syafiie, Inu. 2004. Pengantar Filsafat. Bandung : PT. Refika Aditama
Suryasumantri, Jujun. S. 1989. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
rullykhusna.blogspot.com/p/pengantar-filsafat-ilmu.html

1 komentar:

mazhabkepanjen.com mengatakan...

Filsafat ilmu itu epistemologi kan?

Filsafatmazhabkepanjen.blogspot.com

Posting Komentar

Footer Widget 1

Sample Text

Text Widget

Footer Widget 3

Recent Posts

Download

Blogger Tricks

Blogger Themes

Diberdayakan oleh Blogger.

Footer Widget 2

Popular Posts