بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Minggu, 17 Februari 2013

Desa Tirtamartani Yang Fenomenal


Oleh La Patuju, S.Sos
            Hampir saja semua diantara 22 kecamatan se Kabupaten Konsel ditempati oleh komunitas pendatang yang disebut warga transmigran. Data terakhir menunjukkan bahwa jumlah warga transmigran telah mencaapai 15.720 KK atau 65.252 jiwa atau kurang lebih 25% dari total penduduk Kabupaten Konawe Selatan yang berjumlah 264.000.jiwa, yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia yakni Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Lombok dan Sulawesi Selatan.
Salah satu diantara warga transmigran tersebut juga terdapat di wilayah kecamatan Buke, yakni di Desa Tirtamartani sebagai wilayah UPT yang ditempati sejak tahun 1980. Pada awalnya UPT tersebut dihuni oleh sebanyak 400 KK yang berasal dari Jogyakarta, Jabar, dan Jateng. Akan tetapi hingga kini tersisa kurang lebih 200 KK dibawah kepemimpinan Bapak Widjono.
Menurut pernyataan Widjono sebagai kepala desa Tirtamartani bahwa mereka yang kurang lebih 200 KK tersebut meninggalkan lokasi UPT disebabkan oleh status mereka yang sebagian besar masih bujang, sehingga tidak bisa menetap di lingkungan barunya yang tentu saja berbeda dengan asalnya. Selain tantangan alam dan budaya yang berbeda dengan kondisi alam daerah asalnya serta budayanya, juga kepribadian mereka sebagai anak muda yang masih bujang mendorong mereka untuk mencari lingkungan sosial, alam, dan budaya yang dianggap cocok baginya.  
Tak terbayangkan bagi mereka yang telah meninggalkan lokasi sekitar 30 tahun lalu, jika kembali menyaksikan kawan-kawan seperjuangannya yang mereka tinggalkan dahulu, kini telah menunjukkan potret kehidupan baru yang demikian mencengangkan karena berbagai prestasi yang telah digapai dan telah dinikmati bersama. Tentu saja kian tercengang apabila melihat dan menyaksikan langsung tingkat kesejahteraan social ekonomi mulai dari indicator perumahan yang pada umumnya sudah permanen. Tak pelak lagi, ketika mereka yang kabur itu mengetahui bahwa ternyata teman-teman seperjuangannya dahulu menikmati dan merasakan lebih dari yang mereka bayangkan.
Betapa tidak, di bawah kepemimpinan Widjono yang demikian kreatif, demokratis, dan egaliter sukses gemilang menyulap alam dan hutan belantara sekitar 30 tahun yang lalu kini menjelmah menjadi sebuah Desa yang indah dan mempesona. Namun di balik keindahan itu, semua orang yang datang berkunjung di desa Tirtamartani akan terkagum-kagum dan geleng-geleng kepala jika mendengar dan menyaksikan langsung bahwa dibawah kepemimpinan Widjono tersebut terkandung 4 jenis prestasi yang gilang gemilang, sehingga mewakili Sultra ke Jakarta sebanyak 3 kali di tahun yang sama, yakni pada tahun 2008. Di bawah kepemimpinannyan, yang sukses mendongkrak keberadaan GSI (Gerakan sayang Ibu), POSYANDU, dan KB Kes inilah sehingga beliau melang-lang buana ke Jakarta atas panggilan atau undangan untuk menerima piagam pengahargaan yang demikian prestesius.
Sungguh wajar menerima penghargaan dan bahkan lebih dari penghargaan yang telah berhasil diperolehnya pun bisa diberikan kepadanya, karena beliau pun berhasil meyakinkan warga masyarakatnya untuk mendirikan koperasi simpan pinjam yang kini asetnya telah menggapai sebanyak kurang lebih 2 Milyar. Betapa tidak, sesuatu yang amat sulit dibayangkan ketika beranjak dari sosialisasi sebagai upaya persuasif dalam rangka meyakinkan warganya atas urgensi keberadaan sebuah koperasi yang sangat vital. Sesungguhnya untuk mendirikan koperasi saat ini, maka sudah pasti Pak Widjono mengerahkan seluruh energinya karena selain koperasi dimana-mana gagal di panggung sandiwara politik juga masyarakat sudah merasa pesimis ketika ada orang yang berinisiatif ingin mendirikan koperasi. Karena itu tidak mengherankan kalau Pak Widjono patut diapresiasi dan diberi penghargaan yang setinggi-tingginya atas kemampuannya menguburkan ketidakpercayaan sehingga menjadi sebuah kepercayaan yang tak ternilai harganya melalui sebuah hasil karya nyata yang demikian fenomenal dan spektakuler. Batapa tidak hanya bermula dari ajakannya untuk mengumpulkan uang dari warganya sebanyak dua ribu per hari sebagai iuran wajib anggota koperasi. Tampaknya pijakan awal tersebut demikian sederhana karena uang sejumlah dua ribuan tersebut kelak tak terbayangkan bahwa pada suatu saat uang itu bisa menggunung dan kemudian kini sudah tersimpan sebanyak 2 Milyar.
Sementara itu, keberadaan koperasi tersebut dengan aset 2 Milyar itu telah mampu melayani seluruh warganya sebanyak 200 KK yang pada gilirannya mampu mendongkrak roda perekonomian di Desa Tirtamartani dan sekitarnya. Tentu saja bagi siapa pun yang berdomisili di Desa Tirtamartani tidak pernah lagi kebingungan mondar mandir mencari dana disana sini karena koperasi sejati stand by melayani warga yang membutuhkannya. Tak pelak lagi, disana sini masih juga ditemukan keberadaan LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Desa Tirtamartani yang fungsionalisasinya sama-sama menumbuh kembangkan kehidupan social ekonomi masyarakatnya. Meski dananya tidak sebesar koperasi Sejati, tetapi LKM yang dikelola secara khusus oleh dasa wisma ini juga sudah berhasil mengumpulkan dana kurang lebih 50 juta rupiah. Dengan demikian intrumen pendobrak roda perekonomian masyarakat Desa Tirtamartani semakin kompleks dan semakin memberi peluang besar dalam menyelenggarakan serta melangsungkan kehidupan social ekonominya dimasa kini dan mendatang. Dalam artian, tidak ada alasan bagi penduduk Desa ini untuk mengibarkan bendera kejayaan ekonomi yang memang menjadi harapan bagi warga komunitas transmigran ketika meniggalkan daerah asalnya. Harapan, dambaan, dan cita-cita untuk membangun kehidupan ekonomi dan memenuhi berbagai jenis kebutuhannya, telah dicapai dan telah dirasakan bersama bagi seluruh anggota rumah tangganya.     
Lagi-lagi kian mencengangkan ketika orang pun mengetahui bahwa ternyata kesuksesan kepemimpinan Pak Widjono tidak hanya sukses mengencangkan urat nadi perekonomian warganya melalui koperasi dan LKM dimaksud. Akan tetapi Pak Widjono pun sukses mencetak sebuah pranata kesehatan dalam bentuk Bank darah yang tidak hanya mampu melayani kebutuhan darah bagi warganya yang ditimpa penyakit, namun ternyata keberadaan Bank darah tersebut pun mampu menyupalai ke PMI Sulawesi Tenggara sehingga warga masyarakat di luar Desa Tirtamartani dari berbagai daerah di Sultra juga dapat menikmati hasil kreatifitas Pak Widjono di bidang kesehatan ini.
Sehubungan dengan itu, kian membuat orang terperanjat dan boleh jadi pada awalnya orang kurang percaya bahwa di sebuah wilayah UPT yang dahulunya sekitar 30 tahun lalu masih dalam suasana hutan belantara, ternyata saat ini telah memiliki sebuah mobil Ambulance yang bisa melayani bagi siapa pun warga masyarakat yang membutuhkannya. Tentu saja bisa dibayangkan betapa pentingnya keberadaan sebuah kendaraan yang disiapkan untuk mengantar orang-orang yang tertimpa penyakit dan bahkan bisa melayani anggota keluarga yang kembali ke pangkuan Illahi. Sungguh-sungguh sebuah nikmat Tuhan yang kini telah dirasakan di tengah derasnya arus kompetisi kapitalisasi dewasa ini. Lebih-lebih lagi kalau  orang pun mendengar bahwa ada asuransi kesehatan yang secara khusus diperuntukkan bagi warga non PNS.
Jika diseberang daerahnya yang terdekat maupun jauh diperhadapkan dengan berbagai kesulitan pemenuhan kebutuhan ekonomi sehari-hari sebagaimana yang pada umumnya dialami dan dirasakan oleh warga transmigran lainnya dan penduduk local sekitarnya. Namun bagi warga komunitas Transmigran di Desa Tirtamartani sudah mendapat jaminan dan kepastian hidup sehari-hari baik yang diperoleh dari usaha mata pencaharian yang ditekuni, terutama dari proses pembuatan dan penjualan gula kelapa sebagai primadona maupun dari jaminan social koperasi, LKM, Bank Darah, dan dana sehat yang setiap saat siap memberi pelayanan dengan tingkat kepuasan yang maksimal sebagaimana diakui oleh semua informan yang ditemui di lapangan.  
Yang tak kalah menariknya bahwa ternyata ada juga semacam upaya antisipatif di bawah kepemimpinan Pak Widjono terhadap penduduk Tirtamartani yang ditimpa penyakit, yakni keberadaan dan fungsionalisasi dana sehat yang lagi-lagi membuat orang yang mendengarnya menjadi takjub dan mati akal dibuatnya. Betapa mengagungakan ketika orang mengetahui bahwa dana sehat yang dikumpul dari upaya tertatih-tatih sepanjang masa perjuangannya, kini sudah berhasil tersimpan sebanyak 40 juta.        
Dana sehat yang secara khusus diperuntukkan bagi warga lansia guna mendapatkan perawatan maupun pengobatan secara gratis kian dirasakan sampai pada pelayanan yang optimal. Tentu saja hal ini sangat menopang bagi terciptanya kesehatan bagi seluruh warga Desa Tirtamartani ksusunya bagi generasi lansia.
Lebih dari itu, jika di tengah kehidupan mereka sehari-hari terus memperoleh dan menikmati pelayanan rutinitas dari beberapa instrumen dan pranata social ekonomi maka pada hari-hari tertentu seperti pada hari perayaan idul fitri warga komunitas transmigran di Desa Tirtamartani memperoleh pelayanan tambahan dalam bentuk pemberian SHU (Sisa Hasil Usaha) dari koperasi sejati. Betapa berumtungnya warga masyarakat ini karena memperoleh jaminan yang seolah tak pernah berhenti mengalir kepadanya. Bisa dibayangkan, jika seandainya seluruh warga masyarakat pedesaan khususnya mendapat pelayanan social dan jaminan ekonomi dari pranata social ekonomi di masing-masing daerahnya. Dengan demikian mungkin saja bisa disebutkan bahwa kehidupan social ekonomi di Desa Tirtamartani tak ubahnya sebuah perkampungan surga di muka bumi. Hal inilah yang sesungguhnya menjadi harapan dan dambaan bagi semua masyarakat atas keberadaan seorang figur sekreatif Pak Widjono. Public figur yang memiliki kemauan politik dengan tigkat keseriusan yang sangat tinggi menjadi impian bagi semua warga dimanapun berada. Pasalnya masyarakat bangsa dan Negara  telah mengalami krisis kepemimpinan sehingga menyebabkan Negara yang sangat kaya dengan sumber daya alam, tiba-tiba terpelanting menjadi under development sebagai akibat elit-elit politik yang hanya sibuk mementingkan serta memperkaya diri dan kelompoknya masing-masing.
Dalam konteks inilah diharapkan agar warga masyarakat di semua daerah berdoa dan terus bermunajab untuk dihadirkan secepatnya seorang potret figur pemimpin sekaliber Pak Widjono. Persoalannya kunci penentu dari segalanya terhadap tingkat kesejahteraan social ekonomi di suatu tempat adalah sangat ditentukan oleh seorang pemimpin yang amanah, jujur, dan tauladan. Demikianlah jawaban dari Pak Widjono ketika tim peneliti mengajukan pertanyaan kepadanya bahwa apa sebenarnya yang menjadi kunci pendekatan dalam meyakinkan masyarakat ? Pak Widjono menjawab dengan santai dan serius bahwa yang terpenting adalah kejujuran dan tidak memaksakan kehendak. Prinsip inilah yang dipegang teguh oleh Pak Widjono sebagai kerangka ibadah sehari-hari dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala Desa Tirtamartani yang juga diakuinya sebagai kesuksesan warga komunitas tramsmigran setempat.  

0 komentar:

Posting Komentar

Footer Widget 1

Sample Text

Text Widget

Footer Widget 3

Recent Posts

Download

Blogger Tricks

Blogger Themes

Diberdayakan oleh Blogger.

Footer Widget 2

Popular Posts