بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Jumat, 15 Februari 2013

KONTRADIKSI DALAM KAPITALISME

KONTRADIKSI DALAM KAPITALISME

Krisis-krisis yang mematangkan kontradiksi dalam kapitalisme semakin nyata dan jelas. Krisis-krisis ini juga diikuti oleh keruntuhan rezim-rezim sosialis otoriter yang Stalinis di Eropa Timur dan Uni soviet. Perubahan-perubahan peta ekonomi politik dunia ini sering kali diberi ilusi-ilusi palsu tentang lahirnya "Tata Dunia Baru" dan "globalisasi".Bagi perjuangan rakyat perubahan-perubahan internasional ini penting sekali untuk dicerna dan dipahami,supaya kita tidak termakan propaganda hitam yang dilemparkan oleh arus informasi borjuis. Dan menyusun taktik dan strategi baru sesuai dengan kebutuhan massa rakyat mayoritas dan pelajaran yang dapat kita ambil dari Eropa Timur dan Rusia.
Tentu saja setting internasional ini hanyalah merupakan pra-kondisi yang harus kita manfaatkan untuk membangun kekuatan politik kerakyatan yang berangkat dari kondisi sejarah, budaya, ekonomi, sosial dari penggalangan massa rakyat Indonesia sendiri.

1. "The New World Dissorder"
 Krisis atau Demokratisasi Sosialisme ?
Peta  ekonomi  politik dunia berubah secara  drastis  pada akhir tahun 1980-an .Rezim-rezim sosialis otoriter di Eropa Timur  dan Uni Soviet bertumbangan.Isu perang dingin dianggap sudah berakhir.Pers borjuis dengan propaganda hitamnya mengklaim perubahan tersebut sebagai the end of socialism.Beberapa orang teoritisi bahkan lebih gegabah lagi dengan mengeluarkan statement the end of ideology.Muncullah istilah-istilah sesat seperti globalisasi dan "new world order yang mengklaim dunia sebagai satu kesatuan yang bulat.
Artinya bulat-bulat ditelan oleh imperialisme.Globalisme menyesatkan dan memberikan ilusi palsu pada gerakan rakyat tertindas bahwa kini sudah tidak relevan lagi untuk mempersoalkan kontradiksi dalam masyarakat dunia.Sementara imperialisme dan kapitalisme terus menghisap dunia ketiga.
Apa yang terjadi di Eropa Timur dan Uni soviet merupakan proses internal struggle didalam sosialisme itu sendiri. Antara kekuatan demokratis  yang  di dukung  rakyat,  dengan  kekuatan birokrasi partai yang Stalinis dan elitis. Proses  demokratisasi ini  jelas berangkat dari ide-ide dasar sosialisme itu sendiri yang menghendaki sentralisme demokratis dijalankan  menurut skenario organ-organ partai terendah, bukan oleh segelintir birokrat  partai.Jadi jelas proses demokratisasi harus terus diperjuangkan dan didorong oleh kebutuhan-kebutuahan massa rakyat.Harus diingat bahwa ide-ide dasar dari masyarakat sosialis adalah menjalankan praktek demokrasi ekonomi dan demokrasi politik menurut kebutuhan-kebutuhan massa pekerja.Bila praktek tersebut terhalang atau tersumbat oleh birokrasi partai yang otoriter,rakyat Rusia dan Eropa Timur akan menyalurkannya melalui aksi-aksi massa yang militan,bergelombang dan demokratis.Kekuasan Yeltsin di Rusia,adalah kekuasan  dari sekelompok warga Rusia yang terhalusinasi dengan roti dan anggur borjuis yang masih belum pasti,tapi mereka telah membusukkan ribuan kerat roti dan galonan anggur terbaik  Rusia yang ada didepan mata.
Ini adalah khas watak borjuis,berniat mengambil keuntungan pribadi yang lebih besar,dengan berharap diberi remah-remah kapitalisme.Rezim Yeltsin adalah  selokan  sejarah Rusia, yang  penuh sampah borjuis dan  memampetkan arus demokratisasi.Bagi perjuangan rakyat-rakyat tertindas proses demokratisasi  didalam sosialisme (di Eropa Timur dan Rusia) merupakan  satu  pelajaran berarti, yang mendorong mereka untuk memperkuat basis organisasi yang demokratis didalam tubuh gerakan progresif  kerakyatan, agar tidak mengalami kasus  birokratisasi perjuangan  rakyat--juga sekaligus mengorganisir kekuatan rakyat untuk menumbangkan   fasisme, militerisme, kapitalisme dan imperialisme."think globaly, act revolutionary." Adalah  betul yang  dikatakan oleh Daniel Ortega bahwa praktek sosialisme yang demokratis akan tergantung dari akar budaya,  sejarah dan perjuangan rakyat disuatu bangsa.Tidak ada ketertundukan gerakan progresif kerakyatan  di Dunia Ketiga atas Moscow seperti propaganda hitam pers-pers  borjuasi.Cuba,Nicaragua,El Salvador,Brasilia, Vietnam, dan RRC membuktikan bahwa tidak ada birokrasi yang mendunia dalam gerakan progresif kerakyatan. Semua bangsa-bangsa tersebut  berhasil  terus tegak,karena sikap konsisten mereka pada sosialisme dan kepercayaan rakyat dibawah kepeloporan  mereka (bukan dimabukkan oleh vodka Rusia).
Adalah keliru bila melihat peristiwa di Eropa Timur dan  Rusia sebagai proses pemborjuisan rakyat.Yang terjadi adalah sebuah transformasi demokratis dalam masyarakat sosialis yang keras,alot, penuh pengorbanan dan kemudian berskala mendunia diantara komponen-komponen dalam  gerakan rakyat  progresif.  Dan rezim otoriter yang berkedok sosialisme-pun bertumbangan,karena rakyat berhasil meluruskan jalan demokratis  menuju sosialisme  sejati.
Terbukti  di Albania dan Polandia partai-partai  kerakyatan  yang didukung  buruh  dan tani  berhasil memenangkan  pemilu  nasional yang demokratis. Seorang aktivis mahasiswa Korea  Selatan  dalam sebuah wawancara (ASA News) menyatakan  bahwa ide-ide  sosialisme seperti keadilan  sosial, humanisme, membela  rakyat  tertindas. Kebersamaan, pembebasan  dll tidak akan  pernah  musnah.  Karena rakyat membutuhkan sosialisme sebagai buah dari perjuangan.Keadaan  krisis  ini  betul-betul  dimanfaatkan seoptimal mungkin  oleh  pers-pers borjuasi yang berskala mendunia untuk memberikan ilusi-ilusi  palsu  dan propaganda hitam tentang sosialisme.Sebagai gantinya mereka keluarkan konsep new world order(tata  dunia  baru).Ini  merupakan filsafat  palsu  khas borjuis. Tidak ada tata dunia baru yang diciptakan setelah krisis di Eropa Timur dan Rusia. Kontradiksi didalam  masyarakat  antara buruh dan kapitalis dan penghisapan rakyat Dunia Ketiga  oleh imperialisme terus berlangsung.Tata dunia baru,adalah konsep maha rakus  dan arogan dari imperialisme  untuk  menyembunyikan watak  asli  mereka, menindas  dan  mengisap  seoptimal mungkin.
Menerima legitimasi simbolik ini berarti mengingkari teori  dasar dari perjuangan kelas,yaitu mempertajam kontradiksi dalam        masyarakat dunia yang didominasi oleh sistem kapitalistik.Bentuk paling ekstrim dari sampah kapitalisme dan imperialisme adalah lahirnya teori-teori Post-Modernisme. Teori-teori ini mengingkari adanya pertentangn kelas utama dalam masyarakat dan kepeloporan rakyat dan ide-ide sosialisme dalam membebaskan umat manusia. Teori-teori mereka selalu berangkat dari posisi epistomologis palsu yang idealis.
Membangun dunia baru dalam kamar yang penuh ilusi, sementara membiarkan tetangga mati kelaparan. Bagi gerakan massa demokratis sudah selayaknyan untuk mencampakan teori-teori pasif yang pesimistis seperti ini kedalam tong sampah sejarah. Konsep the end of ideology adalah ilusi mereka yang nomer satu dan jauh dari kenyataan-kenyatan obyektif dari ketertindasan rakyat oleh kapitalisme dan kebutuhan akan ideologi yang dapat menghancurkan kapitalisme. Kaum intelektual, mahasiswa dan pekerja budaya yang progresif harus secara serius melakukan propaganda dilingkungannya untuk menjauhi virus-virus sejarah seperti ini.

a.                   Krisis internal Imperialisme.
Dengan keruntuhan rezim-rezim otoriter di Eropa Timur dan  Rusia, ternyata  tidak juga mampu menolong krisis internal didalam imperialisme--yaitu persaingan  pembagian pasar dan kekuasaan monopoli dagang. Perang dunia I dan  II merupakan bukti sejarah bahwa diantara sesama negara Inperialis selalu terjadi persaingan dalam  merebut pasar  dunia  dan negeri-negeri jajajahan (sebagai sumber buruh murah dan bahan mentah). Ciri-ciri krisis  dinegara-negara imperialis dapat diamati  secara kasat mata. Yang paling berbahaya  adalah  kemunculan gerakan-gerakan fasisme yang rasialis dan ultra kanan.Di Jerman  ribuan warga negara Turki,yang sebagian besar kelas pekerja murah, dibunuh, diculik dan dibantai  oleh gerombolan-gerombolan neo nazi. Di Perancis,kaum fasis ultra kanan, memukuli dan menculik para imigran asal Afrika dari Kamerun,Moroko dan Aljazair  karena dianggap sebagai penyebab krisis ekonomi.
Di Belanda gerakan fasis neo-nazi  juga  menimbulkan kerusuhan-kerusuhan. Di Inggris pada bulan Oktober 1993,sekitar 10.000 pendukung skin head yang ultra kanan mengadakan pawai teror dikota London. Kehadiran para imigran Asia dan  Afrika di Eropa adalah buah dari kolonialisme yang mereka praktekkan selama ratusan  tahun. Sedangkan bagi para pemilik modal,para imigran merupakan penjual tenaga kerja yang  menguntungkan  karena mau dibayar murah.
Di Perancis sekitar 40.000 buruh  dan  mahasiswa turun  kejalan karena pemerintah mengeluarkan sistem pengupahan baru yang  membedakan upah buruh senior dengan buruh baru. Krisis ini terus berlanjut dengan kemenangan partai-partai  garis kanan  dalam pemilu  di Perancis dan Italia.  Partai-parti  ini dengan  watak palsunya, memberi ilusi untuk keluar  dari  krisis ekonomi-politik.
Pertumbuhan Ekonomi Dunia 1976-1990               
1976     3.7 persen             
1980     0,7 persen            
1987     1.0 persen            
1988     1.4 persen   
1989     1.8 persen            
1990    -0.8 persen   (resesi ekonomi)
  
Sumber;  Jeffrey  Harrod.  Labour  and  Third  World  Debt., Brussel: Belgia, IFCEGWU, 1992. hlm. 11
Untuk menyelesaikan krisis-krisis ini negara-negara imperialis di Eropa sepakat untuk membentuk sebuah lembaga proteksi  ekonomi Eropa yang disebut Masyarakat Ekonomi Eropa (Europeans Communities).Lembaga ini betul-betul sebuah proteksi ekonomi Eropa atas segala jenis impor barang dari luar Eropa.   Terbukti dari  awal pendiriannya lembaga ini tidak  memenuhi  kebutuhan  rakyat Eropa yang mayoritas. Negara-negara Eropa di Skandinavia,terutama Denmark memerlukan referendum   nasional untuk memutuskannya.Itupun diperoleh dengan susah  payah   dengan memenangan  yang tipis.
Para petani di Prancis melakukan  protes atas MEE yang dianggap tidak memberikan jalan keluar bagi  produk pertanian   mereka.  Proses penyatuan mata uang Eropa juga tersendat-sendat, karena akan mengguncangkan semua sektor ekonomi yang tidak siap.Di Amerika Serikat, negara industrialis  Amerika Utara (Canada,Mexiko dan Amerika Serikat) mendirikan North American Trade Agreement (NAFTA). Pendirian lembaga ini menujukan adanya krisis ekonomi di Amerika Utara. Tantangan utama  ekonomi Amerika Utara adalah invasi barang-barang Jepang  secara  besar-besaran. Pendirian NAFTA terbukti hanya mewakili sekelompok elit industrialis multinasional,terbukti dari meningkatnya pengangguran di Amerika Serikat,pemotongan dana-dana taktis untuk keperluan militer,bentrokan rasial yang semakin  meningkat (karena kaum negro tidak termasuk dalam cita-cita kemakmuran masyarakat  borjuis Amerika Serikat).
Di Mexico, kaum peranakan Indian,yang menjadi nenek moyang dari benua Amerika,melakukan pemberontakan bersenjata. Para petani bersenjata tersebut menolak kesepakatan GATT dan NAFTA.Para gerilyawan Zapatista tersebut menuntut otonomi politik yang lebih luas dan porsi pembangunan ekonomi yang mampu mengentaskan kemiskinan bangsa Indian.
Di Asia Tenggara negara-negara Imperialis mendorong berdirinya Asian Free Trade Agreement (AFTA). Pendirian  lembaga ini adalah untuk membagi wilayah kekuasan pasar,eksploitasi manusia (buruh murah)dan sumber daya alam (bahan baku  industri) serta realokasi modal mereka ke Asia Tenggara  (karena  mahalnya biaya produksi dinegeri-negeri  Dunia _Pertama). Pendirian  AFTA ini merupakan follow up dari  keberhasilan proyek kapitalisme pinggiran di Asia Tenggara.Kemajuan ekonomi Indonesia, Filipina,Thailand  dan Malaysia, merupakan naga-naga  kecil yang akan menjadi boneka setia dari imperialisme.Karena  terjadinya persaingan dagang antara  Amerika dan Jepang,dikuatirkan akan timbul persoalan dalam perdagangan  di Asia-Pasifik. Kemudian diprakarsai untuk membentuk Asia  Pacific Economic Cooperation  (APEC).  Rezim-rezim  otoriter  di   Asia berlomba-lomba menyerahkan rakyatnya pada kekuasaan  imperialis. APEC  tak lebih dari taktik imperialis dunia, Amerika dan  Jepang untuk  lebih menghisap dan lebih banyak keuntungan yang  didapat dari kawasan Asia Pasifik.
      Munculnya blok-blok ekonomi antara imperialis tersebut menunjukkan bahwa  ada  krisis laten dalam sistem kapitalisme dunia.Di Swiss pada bulan Februari  lalu  diadakan  pertemuan tingkat tinggi lembaga General Agreement on Tarif  and  Trade (GATT). Pertemuan ini lebih merupakan pertarungan hegemonik  dua imperialis raksasa--Amerika Serikat vs Jepang.Agenda  pertemuan sampai  tertunda gara-gara kedua negara adidaya ini tidak pernah mendapat kata sepakat dalam perundingan.Hasil dari keputusan konfrensi  tingkat tinggi ini betul-betul mendapat kecaman  dari rakyat disegala penjuru dunia. Petani di Korea Selatan melakukan aksi  massa  bersama buruh dan mahasiswa  atas  masuknya produk-produk  pertanian dari luar Korea. Di Mexico, para gerilyawan Zapatista melakukan pemberontakan bersenjata untuk menentang GATT dan NAFTA.
Di Jepang para petani memprotes impor beras dari  luar Jepang dan melemahkan harga produk pertanian petani. Di  Thailand dan  Indonesia, dua negara yang jelas-jelas sudah berswasembada beras--diharuskan untuk  mengimpor ribuan ton beras kepasaran dalam negerinya. Di India ratusan ribu petani dan buruh melakukan aksi massa menentang hasil keputusan GATT. Produk pertanian India yang  kompetitif  didalam negeri harus bersaing dengan impor pertanian  dari  negara lain. Jelas sekali hasil keputusan GATT hanya  menyelesaikan  masalah pembagian  pasar dan keuntungan diantara  negara imperialis tanpa memperdulikan kebutuhan dari rakyat Dunia Ketiga dan Dunia Pertama.  Untuk mengawasi keputusan GATT di Jenewa tersebut, pada bulan April ini  di  Maroko akan dibentuk World Trade Organization (WTO). Lembaga ini akan mengawasi pelaksanaan keputusan GATT,tanpa memperdulikan  aksi-aksi perlawanan rakyat di dunia Ketiga.
 Jelas sekali bahwa  GATT merupakan  operasional dari kepentingan imperialis diseluruh dunia.Fungsinya setara dengan IMF,World Bank,IBRD dan ADB, dan Putaran Uruguay--menghisap  Dunia  Ketiga. Lembaga-lembaga  ini membebani Dunia Ketiga dengan utang-utang  yang  bunganya saja tidak akan sanggup terbayar selama tujuh turunan.
Berapa Banyak Imperialisme Menghisap Dunia Ketiga (1984-1991)
Utang pada Bank Dunia            $ 113 milar      
Keuntungan yang dirampas                           
oleh Multinasional               $  34 miliar     
Total  
                       $ 147 miliar       

Sumber; Labour and Third World Debt


b.                   Politik Imperialis Dunia
Krisis-krisis mendunia tersebut baik dalam sosialime maupun kontradiksi internal  dalam   kapitalisme/imperialisme menunjukan kebutuhan akan organisasi-organisasi kerakyatan  yang mampu melindungi kepentingan rakyat dari tindakan invasi ekonomi dan politik negara-negara adikuasa. Disepanjang tahun 1990-an ini beberapa  negara  di-bombardir oleh tentara imperialis  Amerika Serikat. Libya , Irak, Somalia,Kamboja,Iran,Nicaragua (tentara kontra-revolusi Kontra yadibiayai AS),Panama, Kolombia, Peru diinjak-injak  haknya sebagai sebuah bangsa merdeka yang  dijamin oleh  Deklarasi Hak Asasi Manusia.
Korea Utara akan menanti giliran dengan alasan tidak memperbolehkan  PBB memeriksa persenjataan nuklirnya (siapa yang memeriksa senjata  nuklir AS ?). Amerika mencap dirinya sebagai Polisi Dunia. Sementara Cuba, sebagai satu-satunya negara yang konsisten menentang imperialisme AS diblokade secara ekonomis.Rakyat Kuba yang menderita  terus melanjutkan perjuangan melawan blokade  ekonomi AS.
Sementara itu Jepang, yang terkenal dengan fasisme dan militerismenya selama PD II mulai memperkuat kekuatan militernya. Dengan dalih melakukan Peace Keeping Operation PKO)pemerintah Jepang mengirim tentaranya ke Kamboja. PKO ini memberi alasan bagi pemerintah Jepang  untuk menaikkan anggaran belanja militer.Rakyat Jepang yang menderita akibat PD II melakukan aksi-aksi untuk tidak memberi kesempatan bagi munculnya watak militeris dalam pemerintahan Jepang. Untuk melicinkan programnya sebagai polisi dunia,Jepang dengan dukungan Amerika Serikat, mencalonkan diri sebagai anggota  tetap Dewan Keamanan PBB. Jerman, yang sedang dihantui krisis ekonomi dan gerakan neo-nazi juga mengajukan diri sebagai anggota tetap Dewan Keamanan.
Perserikatan Bangsa Bangsa(PBB) telah menjadi legitimasi bagi negara-negara imperialis untuk melakukan invasi militer. PBB tidak pernah menunjukkan keberpihakannya pada gerakan  rakyat demokratis. Di Bosnia, PBB gagal menghentikan pembantaian  etnis oleh Serbia. bantuan senjata dan makanan menjadi tertunda  karena sikap  ragu  dari AS dan NATO.Di Palestina, PBB  selama puluhan tahun tidak  pernah secara tegas mengutuk  invasi Israel dan memberikan tanah Palestina kepada warga Palestina. Di Kamboja,PBB bukannya mendorong proses demokratisasasi,malahan merekayasa pemilu untuk menyelesaikan masalah krisis kepemimpinan  nasional di  kamboja. Di Afrika Selatan, blokade ekonomi  baru  diberikan pada rezim apartheid setelah jutan rakyat Afsel mati dan  akibat dorongan dari gerakan massa demokratis Afsel dibawah kepeloporan ANC dan SACP. Di Somalia DK PBB  mengirim pasukan AS untuk menyelesaikan krisis kepemimpinan politik. Setelah memakan korban puluhan tentara AS dan desakan rakyat AS sendiri, Clinton menarik mundur pasukannya dari Somalia. Di Inggris gerilyawan Irlandia Utara, terus menuntut kemerdekaan bagi rakyat Irlandia Utara yang selama ratusan tahun hidup dibawah kolonialisme Inggris.
      Perkembangan-perkembangan diatas menunjukan bahwa perjuangan berat harus dilakukan oleh rakyat-rakyat tertindas dengan syarat utama: Pertama; mampu memanfaatkan krisis internal didalam imperialisme untuk menikam sistem itu sendiri dari dalam.Kedua; menggalang kekuatan massa progresif yang  militan  untuk menghadapi kekuatan imperialis dunia--yang seringkali memanfaatkan rezim-rezim otoriter dan fasis sebagai alat kepentingan modalnya.Ketiga; meningkatkan program-program kerjasama politik yang berwatak perjuangan internasional rakyat-rakyat tertindas melawan fasisme, kerusakan lingkungan, militerisme, otoriterisme, kapitalisme dan imperialisme.
2.                         Ekonomi Politik Indonesia
      Ekonomi-politik Indonesia terintegrasi dalam sistem imperialisme dunia sejak jaman kolonial diakhir abad 19. Pematangan kapitalisme terjadi sejak rezim  militer orde  baru berkuasa sejak tahun 1965. Strategi ekonomi ditargetkan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi. Orde baru menyerahkan rakyat Indonesia ke mulut imperialis. Dibentuklah IGGI dan Undang-Undang Penanaman  Modal Asing di tahun 1967 untuk  menggalang  kekuatan modal internasional untuk membantu kapitalisme  Indonesia  yang rapuh dan lemah. IMF, World Bank dan ADB terus memompa pembangunan infrastruktur kapitalisme tanpa memperhitungkan bahwa pinjaman  Utang luar negeri tersebut hanya masuk kekantong para birokarat dan banyak  mengorbankan rakyat  Indonesia. Rakyat Indonesia terus  dieksploitasi untuk terus  membayar  bunga dan utang luar negeri yang  membengkak. Sebagai implikasinya muncullah borjuasi nasional, multinasional dan kapitalis bersenjata sebagai kelas dominan dalam masyarakat Indonesia. Kaum tani  yang  memiliki tanah semakin berkurang, terjadilah proses proletarisasi--dari masyarakat agraris ke masyarakat industri.
a.       Indonesia dalam Cengkraman Modal Internasional
Sejak tahun 1992 Indonesia memperlakukan  masuknya  modal asing 100 persen, dengan investasi minimal berjumlah   10  juta dollar. Pada akhir tahun  1992 surplus perdagangan meningkat dari 4,8 miliar dollar ditahun 1991 menjadi 5,2 miliar dollar ditahun 1992.  Ekspor  non-minyak meningkat 28 persen dan  mencapai  23,3 miliar dollar ditahun 1992. Ekspor minyak menghasilkan devisa  27 miliar  dollar.  Tapi hasil-hasil  ini  tidaklah  berarti   bila dibandingkan dengan utang luar negeri Indonesia yang mencapai  72 milyar  dollar di tahun 1992. Komposisi modal Indonesia  biasanya dibagi  dua  katagori; Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)dan Penanaman  Modal Asing (PMA). Keberhasilan modernisasi Indonesia semakin menjerat negeri ini dalam sistem kapitalis dunia artinya semakin  membutuhkan  modal asing dan dihisap. Sejak tahun 1992 diperlakukan  kebijaksanaan modal asing 100 persen. Syarat utama dari investasi asing adalah modal minimal sebesar 10 juta dollar.
Penanaman Modal Asing dalam Tiap Sektor Industri  (1967-1992)           
     
Sektor Jumlah Proyek   Investasi (miliar $) 
Agrikultur                           15                     285       
Perkebunan                         43                     706       
Livestock                              9                     188       
Perikanan                            54                     309       
Pertambangan                   122                   5.944       
Makanan                             110                   1.791       
Tekstil                                   360                   3.431       
Perkayuan                           122                     835       
Pulp dan kertas                 37                   4.217       
Obat-obatan                        40                     334        
Kimia                                    314                  12.385       
Mineral non-metalik        61                   3.152       
Metal dasar                         44                   4.392       
Produk metal                      430                   5.504       
industri lainnya                70                     310        
Konstruksi                           118                     621       
Perhotelan                           98                   6.951       
Gedung Perkantoran     28                   1.633       
Real Estate                           42                   5.380       
Transportasi                       31                   1.533       
Jasa lainnya                        236                   1.199       
                                                         
Total Investment              2.412                  62.525                                                 
                               
Jumlah Investasi Negara Imperialis di Indonesia (miliar $)
Negara          1989        1990        1991       1992
Inggris                              44                         58                       536                    966  
Hong Kong                    407                       993                      278                 1.054  
Jepang                            769                     2.241                     929                  1.390  
Singapura                      166                        264                      346                    439  
Korea Selatan               466                         723                     301                    617  
Taiwan                           158                        618                  1.057                     559  
Negara lain                2.709                      3.853                  5.331                  5.155  
                                                          
Total                            4.719                     8.750                   8.778                10.180         

Sumber; Investing, Licencing, & Trading Conditions Abroad:  Indonesia, New York: The Economist Intelligence Units, 1993.
b. Utang Luar negeri Indonesia
Indonesia  mempunyai peringkat yang hebat dalam  pelanggaran hak asasi manusia dan utang luar negeri. Semua utang-utang  luar negeri tersebut--beserta bunga-bunganya, menjadi  beban  seluruh rakyat Indonesia.  Sementara para kapitalis  birokrat,  borjuasi nasional, borjuasi bersenjata dan imperialis mengambil keuntungan yang besar dari utang luar negeri Indonesia. Bantuan luar  negeri ini  diberikan oleh  Bank  Dunia,  ADB,  IMF,  CGI,  IBRD  untuk membangun infrastruktur dari kapitalisme seperti waduk pembangkit listrik, pembangunan sarana transportasi seperti pelabuhan, jalan raya dll. Kesemua proyek-proyek diatas telah banyak mengakibatkan keresahan sosial seperti kasus Kedung Ombo,  Nipah,  penggusuran tanah dll. Rakyat Indonesia yang miskin sama sekali bukan menjadi prioritas  dari utang luar negeri tersebut. Seperti kata  pepatah "sudah jatuh tertimpa tangga pula".
Jumlah Utang luar negeri Indoensia (dalam juta $)          
1980           20.944        
1982           24.734        
1985           34.314        
1986           40.111        
1987           49.856        
1988           51.546        
1989           53.672        
1990           67.232        
1991           73.629        
1992           72.000        
Sumber: Ibid.

c. Monopoli dan Konglomerasi
Dalam pasal 33 UUD 1945 ditegaskan bahwa perekonomian           Indonesia  harus  memenuhi  kebutuhan rakyat. Negara Indonesia adalah alat dari rakyat untuk  memenuhi kebutuhan-kebutuhan ekonominya. Karena itu pada masa revolusi nasional aksi-aksi nasionalisasi perusahaan asing menjadi penting sebagai penjabaran pasal 33  UUD 1945. Sungguh  mencengangkan  bahwa perekonomian Indonesia  dikuasai oleh  keluarga Istana, peranakan Cina dan kapitalis  bersenjata  dan perusahaan negara (BUMN).
Monopoli komoditi  ini pada kenyataannya sangat menyengsarakan rakyat seperti dalam kasus tata niaga cengkeh,tata niaga jeruk dll.Monopoli merupakan ancaman bagi perekonomian rakyat, karena nasib jutaan rakyat  tata niaga cengkeh, tata niaga jeruk dll. Monopoli merupakan ancaman bagi perekonomian rakyat, karena nasib jutaan rakyat Indonesai ada ditangan para pemilik  modal,  yang merupakan minoritas dari rakyat Indonesia.
Sistem monopoli di Indonesia lain dengan sistem monopoli pasar bebas seperti yang berlaku dinegeri-negeri liberal.Monopoli didapat karena mendapat lisensi  dari  tentara  dan birokrat. Dan keluarga istana, tentara dan borjuasi cina  adalah kelas  dominan yang menguasai perekonomian Indonesia, dengan bekerja sama dengan imperialisme. Karena sistem patronase  dalam praktek  monopoli, kelas borjuasi Indonesia tidak pernah  menjadi kekuatan politik yang dominan.
3. Korban-Korban kapitalisme dan imperialisme
Sudah jelas bahwa ekonomi yang  kapitalistik  bertentangan dengan pasal 33 UUD 1945, dimana semua aset  ekonomi  nasional harus diarahkan pada kebutuhan rakyat Indonesia.  Dalam  ekonomi kapitalis, seperti data penanaman modal asing di Indonesia--jelas sudah  berapa milyar dollar dapat diraih oleh modal internasional atas kekayaan alam Indonesia dan sumber daya buruh yang murah. Jelas rakyat Indonesia mempunyai penglaman  nyata bahwa bentuk penguasaan alat produksi oleh minoritas kelas dominan harus direbut menjadi milik seluruh rakyat Indonesia.
a. Kemiskinan
Salah satu hasil nyata dari pembangunan di Indonesia  adalah angka kemiskinan yang tinggi. Jurang standar ekonomi antara kelas dominan dengan rakyat bagaikan langit dan bumi. Jadi jelas  bahwa model pembangunan yang dijalankan selama ini adalah hanya  untuk keuntungan para pemilik modal dan imperialis. Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diatas 4 persen pertahun sering  menimbulkan kekaguman dari lembaga-lembaga keuangan dunia.  Tapi  mereka tidak pernah  tahu bahwa dibalik pertumbuhan  tersebut  terdapat jutaan buruh  yang dibayar murah, para petani yang  tidak  punya tanah, lingkungan  hidup  yang rusak, korupsi  yang  merajalela, monopoli ekonomi, penggusuran tanah dll. Dibawah ini adalah  data kemiskinan di negara-negara Asia Tenggara--dan Indonesia  adalah juaranya dalam memiskinkan rakyat  sendiri. Pada tahun 1990  dari 178 juta rakyat Indonesia; 44 persen pedesaan dibawah kemiskinan, dan  26 persen rakyat perkotaan hidup dibawah  kemiskinan.  Harus diingat  bahwa data ini adalah data statistik yang  mungkin--pada kenyataanya adalah  diatas presentase  diatas. Untuk  pemenuhan kebutuhan konsumsi  pada produk tertentu Indonesia adalah juga paling rendah di Asia Tenggara, seperti diteliti oleh Asiaweek(16 Maret 1994). Konsumsi Rakyat Indonesia (dalam ribuan) per: TV 1/18.2,  dokter  1/11.641, kalori 1/2.750, telepon  1/107.7,  dan angka kematian 1/71.
Indikator Sosial-Ekonomi Beberapa Negara ASEAN Pada tahun 1990
                 
Negara         GNP perCapita Penduduk kemiskinan(%)US Dollar                                                        juta                  desa                  kota 
Singapura       11.160                3,0         -          - 
Malaysia           2.320              17,9        38          13
Thailand           1.420              55,8        34          15
Filipina                730              61,5        41          32
Indonesia            570            178,2        44          26                      

Sumber: Diolah dari penelitian Umar Juoro. Pembangunan  Ekonomi: Dari Eksploitasi Alam dan Buruh Murah Kepada Mengandalkan  Modal Manusia dan Teknologi.

b.Kondisi Lapangan Kerja
Sampai akhir tahun 1992 sektor-sektor industri mengalami pertumbuhan rata-rata 13 persen, pertambangan dan  migas 6,8 persen, perdagangan 5,7 persen, Bank dan lembaga keuangan 15,2 persen, pemerintahan dan pertahanan 7,4  persen dan sektor pertanian 3,2 persen.  Pertumbuhan ini tidaklah berarti dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja yang melaju cepat. Setiap tahun menurut Depnaker angkatan kerja baru muncul  sekitar 2,4 juta  orang. Sedangkan jumlah lapangan kerja  yang  tersedia hanya dapat menampung kurang dari 500.000 orang. Berarti  setiap tahun terjadi pengangguran sekitar 1,9 juta  orang.  Angka  ini terakumulasi terus menerus setiap tahun. Sehingga  sampai  akhir tahun 1992, jumlah angkatan kerja yang belum tersalurkan  berjumlah sekitar 11,9 juta orang,(Kompas, 2 Januari 1993).Jumlah ini belum termasuk jumlah pengangguran semu diperkotaan dan pedesaan buruh tani, kuli kenceng). Lebih  rinci lagi jumlah pengangguran berusia  muda  (15-24
tahun)sebesar 69,18 persen adalah lulusan SLTA, dan 65,56 persen lulusan akademi dan universitas. BPS memproyeksikan jumlah angkatan kerja Indonesia antara tahun 1990-2000  akan  meningkat sebesar 2,92 persen. Dari angkat absolut 74, 3juta persen pada tahun 1990  menjadi 99,09 juta pada tahun 2.000. Jadi ada pertambahan sekitar 24,65 juta orang (Merdeka, 9 November  1993).
Cara  paling baik bagi pemerintah untuk meyelesaikan  krisis  ini adalah dengan menjadikan sumber daya yang melimpah ini sebagai keunggulan komparatif. Para investor diundang dengan modal 100 persen untuk merangsang pertumbuhan ekonomi sekaligus menyerap lapangan kerja. Akibatnya para angkatan kerja yang terserap, juga belum  tentu dapat memenuhi standar hidup yang  memadai,  karena rendahnya penghasilan mereka.

Perkembangan Upah Nyata Kelas Pekerja Per-Bulan

Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Tahun 1989 dan 1991 (dalam Rupiah)
Pendidikan             1989         1991      
1. Tidak/belum pernah sekolah     29.393   30.881     
2. Tidak tamat SD                                39.317   40.168     
3. SD                                         51.673   52.681     
4. SLTP umum                                   73.065   72.332    
5. SLTP Kejuruan                              93.505   84.652     
6. SLTA Umum                                94.860  100.037     
7. SLTA Kejuruan                          100.810  149.909     
8. Diploma I/II                              118.640  139.250    
9. Akademi/Dipl III                     149.520  157.730     
10. Universitas                              180.310  163.988     
Sumber; Iwan Prasodjo "Reorientasi Angkatan Kerja Muda Menyongsong Tahun 2000," Merdeka, 9 November 1993.       
b.       Kondisi Perburuhan
Kondisi perburuhan yang buruk mengakibatkan angka unjuk rasa yang terus meningkat. Persoalan hak-hak normatif buruh  tersebut meliputi Ketentuan upah minimum, Jamsostek, jam kerja dan lembur, dan serikat pekerja. Masuknya modal asing seratus persen,  proses proletarisasi dan  pembangunan  kawasan-kawasan   industri   di Jabotabek, Majalaya (Jawa Barat), Ungaran (Jawa Tengah),  Rungkut (Jawa  Timur,  KIM (Sumatera  Utara)  menjadikan  kantong-kantong massa  kelas pekerja tersentral dalam populasi  dan  kepentingan. Lahirnya massa kelas pekerja ini tidak didorong oleh   pemenuhan-pemenuhan  kebutuhan obyektif manusia pekerja. Pada PJPT  II  ini diharapkan  akan menciptakan  sekitar  60  juta  kelas   pekerja Indonesia.  Jumlah yang besar ini hidup dibawah garis  kemiskinan yang akut. Sementara sistem pengupahan tidak pernah  menyesuaikan dengan   kebutuhan obyektif  rakyat  pekerja  seperti   makanan, perumahan, pendidikan, hiburan, pengobatan, rekreasi dll.  Sebuah kebutuhan  obyektif  dari manusia modern, yang selama  ini  hanya dinikmati oleh kelas menengah keatas. Persoalan mendasar  lainnya dalam  perburuhan  adalah eksploitasi buruh perempuan  dan  anak-anak.
Persoalan  lainnya yang tak kalah penting adalah  hak  buruh untuk berorganisasi secara bebas dan demokratis. Konvensi ILO No. 98 dan 87 dan Undang-Undang No. 14 tahun 1969 mengatur kebebasan berserikat bagi kaum buruh. Peraturan ini jelas belum      dipraktekkan. Sejak tahun 1973 didirikan FBSI, sebagai satu-satunya serikat buruh yang dibuat oleh pemerintah. FBSI kemudian bertransformasi menjadi  SPSI. Watak organisasi ini adalah        mendukung  kepentingan  pemilik  modal dan tidak didukung  oleh buruh. Karena itu fenomena kelahiran SBSI dan Serikat Buruh Setia Kawan menunjukan adanya kebutuhan dari kaum buruh untuk membentuk serikat buruh yang mereka pilih sendiri--di luar SPSI.
Masalah penting lainnya dalam dunia perburuhan adalah keterlibatan aparat  militer dalam  kasus  perselisihan buruh majikan. Legitimasi tersebut terdapat dalam SK BAKORSTANAS No. Kep/02/Stanas/XII/1990. SK ini memberikan kekuasan  pada  aparat militer seperti Kodam, Kodim, Koramil, Polsek, dan Polres  untuk menangani perselisihan perburuhan.Mekanisme P4D dan P4P        tampaknya tidak ada artinya sama sekali. Korban-korban sudah berjatuhan akibat pendekatan keamanan ini seperti Marsinah di Sidoarjo dan Roesli di Medan. Serta ratusan kali kasus              keterlibatan militer dalam konflik buruh-majikan. Untuk lengkapnya, tentang keterlibatan militer dalam  konflik perburuhan lihat Teten .M dan Nugroho.K dalam laporan tahunan kondisi hak asasi manusia Indonesia sepanjang tahun 1993. YLBHI-Jakarta, 1993. Semua  kondisi diatas menyebabkan gelombang pemogokan  buruh terus  berlangsung tanpa henti. Pada tahun 1990/1991 misalnya, aksi unjuk rasa tercatat sebanyak 130 kasus.
Akibatnya 69.994 buruh yang terlibat telah menyebabkan  hilangnya 556.493  jam kerja.  Pada tahun 1992/1993 terjadi sekitar 209 kasus pemogokan dengan  melibatkan  106.092 orang buruh. Jumlah  jam  kerja yang hilang  1.099.777 (Merdeka, 23 Desember 1993).  Kebanyakan  aksi pemogokan  buruh masih dalam taraf menuntut hak  normatif  mereka yang tidak diberikan oleh majikan.

Presentase Jenis Tuntutan Pemogokan Buruh  (1990-1992)                  
   Jenis Tuntutan        Presentase  
1. Kenaikan upah sesuai                
   dengan ketentuan                    
   upah minimum                63,27   
2. Syarat Kerja                     17,01   
3. KKB                                    4,08   
4. THR                                    8,16   
5. Unit SPSI                           6,12   
6. Jaminan Sosial                 1,36    
Sumber;  Mulyana W. Kusumah "Realitas Politik  Perburuhan  Kita," Media Indonesia, 14 Desember 1993    

c.        Kondisi Pertanian
Persoalan penting bagi pedesaan di Indonesia adalah kepemilikan tanah dan revolusi hijau. Kemiskinan absolut rakyat Indonesia, sekita 46 persen berada di pedesaan. Proses mekanisasi di pedesaan juga mempercepat proses  hilangnya lapangan kerja pedesaan. Progaram Bimas dan KUD hanya dapat  dimanfaatkan  oleh para petani   kaya dipedesaan. Proses proletarisasi juga terjadi-dimana jutaan kaum tani tercabut dari sektor agraris dan menjadi buruh-buruh industri di perkotaan. Mereka adalah sumber daya  buruh murah yang oleh pemerintah sering dikampanyekan sebagai keunggulan komparatif. Sebagain lagi diserap oleh sektor informal di perkotaan dan menjadi penghuni  lokasi-lokasi kaum miskin kota yang tersebar luas. Lemahnya posisi petani  terhadap modernisasi karena mereka tidak mempunyai sebuah organisasi  tani nasional yang bebas dan demokratis. HKTI, sebagai sebuah organisasi tani tidaklah dianggap mewakili kepentingan kaum tani.
d.       Pengrusakan Lingkungan
Pada tanggal 21 Oktober 1991, Meneg KLH Emil Salim mengumumkan secara terbuka 32 perusahaan yang mempunyai  reputasi buruk dalam lingkungan  hidup. Di Semarang 15 LSM memprakarsai pemboikotan produk-produk PT Apolo Jaya (Tekstil), PT Semarang Diamond Chemical (Kalsium Nitrat), PT Agung Perdana  Tugu Indah (tekstil), PT Kemas Tugu Landas (kertas), PT  Sukasari  (kecap), dan PT Bukit Perak (Sabun Mandi).
Isu lingkungan yang paling penting lainnya adalah  kerusakan hutan oleh industri kayu. Menurut laporan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan  Kehutanan, rata-rata  sekitar  900.000  hektar hutan rusak pertahun. Ini berarti sekitar 34 persen kawasan hutan Indonesia telah menglami kerusakan. Menurut Association Technique International des Bois Tropicaox (ATIBT). Menurut  lembaga  ini, laju kerusakan hutan di Indonesia ditahun 1990 sebesar  1.315.000 hektar  pertahun.  Kerusakan  hutan  ini  sangat  penting   bagi kelangsungan ekosistem dunia dan dapat mengakibatkan  peningkatan suhu  dibumi.  Para pemegang lisensi HPH adalah  penyebab   utama dari kerusakan hutan Indonesia di Sumatera, Kalimantan dan  Irian Jaya.

4. Politik Rezim Fasis Orde Baru (RFOB)
a. Keanggotaan ABRI dalam DPR dan MPR
Tahun  yang lalu Indonesia menyelenggarakan pemilunya  yang keenam, setelah  PEmilu 1955, 1971, 1977, 1982, 1987  dan  1992. Pemilih mencapai 111.039.000. Jumlah wakil rakyat  yang  dipilih tetap 400 orang, dan berdasarkan Undang-Undang No. 2/1985 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR dan DPRD, dan 100 orang  diangkat dari Golongan Karya ABRI, dan dalam MPR kelak selain 500 anggota DPR itu akan ditambah anggota utusan perganisasi Pemilu, utusan Golkar ABRI dan utusan golongan-golongan. Pada pemilu tahun 1992 Golkar  menunjuk 21 persen calon legislatif dari kalgnan ABRI,9 persen dari birokrasi dam 70 persen dari Golkar.
Pelaksanaan  Pemilu juga jauh dari demokratis, karena  tidak semua warga negara Indoneisa berhak memilih dan dipilih.  Sekitar 36.345 eks tahanan PKI tidak mempunyai hak pilih.  Dipraktekanlah LITSUS (Penelitian Khusus) berdasarkan Keputusan Presiden RI  N0. 1 tahun 1991 tentang Tatacara Penelitian Pemenuhan Syarat  Calon dan Pemeriksaan Pemenuhan Ketentuan Keanggotaan Badan    Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat serta susunan tugas dan wewenang Penitia  Pemeriksaan. Litsus sebenarnya  dibuat  khusus untuk mengantisipasi  kemungkinan keterlibatan  mantan  eks  PKI dalam Pemilu.  Tapi kriterianya menjadi  semakin  meluas--dengan tujuan untuk menyeleksi keloyalan seseorang terhadap  pemerintah dan kebijakan pemerintah.
b. Kekerasan dan Pendekatan Keamanan
Salah  ciri  penting  dari rezim orde  baru  adalah  operasi kekerasan  yang  intens dalam berbagai  sektor  masyarakat.  Kasus Tanjung  Priok,  Pembantaian Dili, Petrus,  tragedi  Nipah,  Haur Koneng, kematian Marsinah (Sidoarjo) dan Roesli (Medan). Lembaga-lembaga kekerasan ekstra judisial seperti Bakorstanasda mempunyai wewenang  dan kekuasaan yang tidak dapat disentuh oleh  kekuasaan hukum.  Aparat-aparat Bakorstanas yang meliputi dinas  intelejen, Kodam, Kodim, dan Koramil betul-betul memainkan peran represifnya tanpa pandang bulu.
c. Dwi Fungsi ABRI
Salah  satu konsep penting dari keterlibatan  militer  dalam menangani persoalan sosial-politik adalah konsep Dwi-Fungsi ABRI. Konsep ini semula dibuat oleh Nasution ditahun  1950-an  dengan tujuan menyaingi partai-partai politik dan ormas-ormas  radikal. Konsep ini setelah tahun 1965, tetap tidak mempunyai  legitimasi hukum dalam  UUD 1945. Harus diingat UUD 1945 merupakan kristalisasi  dari  sikap anti kolonial dan militerisme Jepang. Karena  itu tidak mungkin dapat dibenarkan bila militer menjadi penguasa tunggal dalam panggung politik. Dwi Fungsi ABRI ini juga melebar  kedalam birokrasi negara, dari Gubernur  sampai  tingkat RT,  semua  didominasi  oleh militer (atau  pensiunan  militer). Beberapa BUMN negara dipegang oleh para pensiunan militer. Proses swastanisasi   beberapa  BUMN  menunjukan bahwa  Tentara   mulai dilegitimasi  dari peranan ekonomisnya, diganti oleh  peran  para teknokrat ekonomi dibawah komando Bapenas. Salah satu bentuk lain dari Dwi Fungsi  adalah pembentukan  Golkar (Golongan Karya). Golkar adalah tempat untuk mengkaryakan para pensiunan militer kedalam panggung organisasi sipil. Terpilihnya Harmoko sebagai ketua Golkar--dari kalangan non militer yang didukung  oleh Suharto,  betul-betul mempertajam faksionalisasi dalam tubuh militer. Ini menunjukan bahwa dalam Golkar sendiri terjadi pertarungan kepentingan  antara Komponen pro Suharto dan faksi yang sudah bosan dipimpin oleh Suharto.
d. Hukum Kolonial/Subversif
UUD  45 menjamin kebebasan hak-hak politik dan beroganisasi rakyat Indonesia. Hak-hak ini merupakan cerminan dari keperjuangan hak asasi manusia dan demokrasi yang sejati.  Karena itu tidak alasan bagi penguasa untuk terus mempertahankan hukum-hukum  kolonial yang tidak demokratis. KUHP  yang masih  memuat pasal-pasal  154-155, 160-161, dan 207-208 merupakan pasal-pasal kolonial yang disebut dengan Haatzaai Artikelen. Pasal-pasal ini jelas bertentangn dengan UUD  45. Pihak penguasa yang berkepentingan untuk memenjarakan hak-hak rakyat, terus mempertahankan pasal-pasal ini, karena pasal-pasal ini  menjadi pembenaran untuk tindakan represi atas segala perjuangan demokrasi.  Pemenjaran mahasiswa di Yogya, Semarang, Bandung dan Jakarta merupakan praktek pasal-pasal ini, yang jelas-jelas dijadikan alat kekuasaan belaka.

5. Bangkitnya Gerakan Kerakyatan
a. Gerakan mahasiswa progresif
Sejarah gerakan oposisi Indonesia diawali dari gerakan mahasiswa. Peristiwa Malari (1974),Gerakan 78 dan 82. Isu-isu yang diangkat masih isu-isu moral seperti korupsi, nepotisme, bapakisme dll.  Karakter dari gerakan mahasiswa yang moralis berganiti pada gerakan anti Suharto. Dalam teori politik  mereka Suharto adalah personifikasi dari Raja Jawa. Target dari gerakan ini pergantian figur lembaga kerpresidenan. Isu-isu  demokrasi yang  dibawa  sangat abstrak karena tidak pernah mempersoalkan fasisme  dan  kapitalisme sebagai akar dari persoalan  ekonomi-politik di Indonesia. Masa pendukung gerakan ini adalah lingkaran mahasiswa progresif elitis ini dengan mesra melakukan koloborasi dengan elit politik. Model gerakan ini melahirkan watak gerakan mahasiswa  yang avonturir, heroisme dan oportunis. Bentuk elitis dari gerakan mahasiswa di luar anti lembaga Kepresidenan adalah gerakan mahasiswa Islam yang mengangkat masalah-masalah Islam seperti kasus Bosnia.
Model ini jelas sektarian dan tidak pernah menyentuh isu kemiskinan dan hak asasi rakyat Indonesia yang juga mayoritas Islam. Ormas-ormas  mahasiswa yang masih tetap berdiri  antara  lain HMI, GMNI dan PMKRI. Ketiga ormas mahasiswa ini terkesan  sangat eksklusif, dan lebih mementingkan golongan atau kelompoknya ketimbang perjuangan demokratisasi yang dibutuhkan rakyat.
Pada tahun 1987 ke atas gerakan mahasiswa mulai mengalami perubahan taktik perjuangan. Aktivis kampus mulai turun kepada persoalan-persoalan kerakyatan. Soal-soal penggusuran tanah petani  di Badega, Cimacan, Cilacap, dan puncaknya pada kasus Kedung Ombo. Muncullah kata rakyat dalam perjuangan mahasiswa. Arah  perjuangan ini banyak melahirkan kelompok-kelompok aktivis mahasiswa di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.
Isu-isu  demokrasi dan  hak asasi kemudian mulai mengangkat isu-isu militerisme,keterlibatan aparat keamanan dan pengadilan-pengadilan mahasiswa di bandung dan Yogyakarta. Buah dari gerakan mahasiswa progresif kerakyatan tersebut kemudian mengilhami para mahasiswa progresif kerakyatan di Jakarta,Yogyakarta, Solo, Semarang dan Surabaya untuk  mendirikan sebuah wadah nasional yang bernama Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID). Strategi gerakan demokratisasi  SMID   adalah bergabung dengan kelas pekerja dan tani  untuk membangun demokrasi rakyat yang sejati. Para aktivis SMID terlibat langsung dalam advokasi dan pengorganisasian rakyat di pedesaan dan perburuhan.
   b. LSM-LSM Pro Demokrasi
Kekuatan sosial politik yang penting dalam gerakan demokratisasi adalah LSM. LSM-LSM banyak dikuasai oleh lingkaran politik sosdem, Islam Modernis, Katolik,Protestan,moderat dan liberal. Kebanyakan BINGOs (Big  NGO's) ini tidak mempunyai target-target politik yang jelas. Spektrum politik mereka  sangat beragam dan lintas sektoral. LSM-LSM progresif mempunyai watak pro demokrasi dan hak asasi manusia. Kapasitas operasi kerja mereka adalah sebatas pada kampanye dan propaganda pelangaran hak asasi manusia. LSM-LSM di Indonesia mempunyai ketergantungan yang tinggi pada funding agency luar negeri.
Dan  harus diakui perburuan  atas funding agency merupakan akar dari pertentangan sesama LSM. Kita tidak dapat berharap lebih  banyak dari LSM, ntuk bertaransformasi menjadi partai politik atau ormas. Termasuk dalam katagori ini adalah YLBHI dan Forsol (Forum Solidaritas Buruh).

c. Kekuatan independen oposisi rezim yang elitis Untuk point c dan d sudah dijelaskan oleh kawan Sugeng.
1. Fordem --- penyuara PSI, islam modernis, NU
2. Petisi 50 -- penyuara lantang tentang lembaga kepresidenan dan  hak asasi manusia.
3. Forum Pemurnian Kedaulatan Rakyat Indonesia

d.Kekuatan independent oposisi yang kerakyatan
1. PDI -- Megawati dengan isu arus bawah
2. SBSI -- Serikat buruh militan-progresif kerakyatan
3. NU -- Sekarang sedang mempersoalkan kembali keputusan "Kitah 1920".
4. Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID)Sebuah aliansi nasional dari gerakan mahasiswa kerakyatan yang mengarahkan kepentingan politiknya bagi demokrasi kerakyatan yang pro buruh dan tani.
5. Jaringan gerakan rakyat lintas sektoral yang semi legal.Kekuatan semi legal ini mempunyai basis dikota-kota utama di pulau Jawa. Basisnya tersebar di pedesaan (kaum tani) dan diperkotaan (kaum buruh), kebudayaan rakyat (Jaker) dan mahasiswa.  

e. Kekuatan Oposisi Bersenjata
Bentuk-bentuk gerakan oposisi bersenjata  merupakan  bentuk perlawanan yang tetap hidup di Indonesia. Sampai sekarang ini ada tiga kekuatan oposisi bersenjata---yang ketiga-tiganya menghendaki kemerdekaan dari regim orde baru, yaitu;Pertama, gerakan pembebasan nasional rakyat Timor-Timur dibawah organisasi Fretillin atau Falintil.
Semenjak intervensi militer orde baru ke Timor-Timur, sekitar 200.000 rakyat telah tewas. Pendapatan perkapita rakyat Tim-Tim adalah Rp. 180.00 rupiah pertahun. Atau Rp. 493 per hari. Ini adalah  tingkat penghasilan tahunan yang terendah di Indonesia.Peperangan yang berkepanjangan menyebabkan ekonomi Timor Leste tidak pernah berkembang. (Mubyarto, The Future of East Timor, Paper yang dipresentasikan Social Science Research Council and American University, Washington DC, 25-26 April 1991)Pada  tahun  1991 terjadi pembantaian Santa  Cruz  di  Dili. Peristiwa  ini telah menjadi perhatian internasional. Amerika Serikat menangguhkan dana bantuan militer untuk Indonesia. Kanada membatalkan  pinjaman  dana  luar negeri untuk Indonesia.
PBB mengirimkan  tim  khusus untuk mencari  kebenaran  peristiwa. Di Australia serikat buruh pelabuhan Udara, laut dan  pos  menolak melayani kedutaan besar Indonesia, penerbangan Garuda dan bongkar-muat barang di pelabuhan. Pada tahun 1992 Xanana  Gusmao di tangkap  dan dihukum seumur hidup. Peristiwa  ini   tidak menghentikan perjuangan pembebasan rakyat Timor Leste. Kekuatan Falintil dibawah tanah menurut perhitungan penguasa diperkirakan masih sekitar 200-300 orang. Kedua; Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Akar pembentukan GAM adalah ketidak senangan rakyat atas ketimpangan distribusi ekonomi yang dimonopoli oleh perusahan-perusahaan industri perkebunan besar disepanjang pantai Timur Aceh. Ditemukannya gas alam di Lhokseumawe, Aceh Utara, merupakan awal industrialisasi di Aceh. Keuntungan ekonomi gas alam tidak dapat dinikmati oleh rakyat Aceh. Krisis moral dan budaya menyebar kemasyarakat Aceh yang menjalankan syariat Islam dengan ketat. Keuntungan yang besar, tidak dapat mengangkat kemiskinan hidup  rakyat  Aceh.
Sebagai reaksinya dibentuklah GAM. Aksi-aksi GAM menyerbu dan membunuh  aparat militer dan pusat-pusat budaya dekaden di Aceh. Pada tahun l989, sekitar 8000 orang menyerbu sebuah kantor militer. Sumber GAM mengatakan sekitar 20.000  simpatisan GAM telah di bunuh oleh operasi militer.Ribuan menghilang dan puluhan ditangkap, dipenjara dan disiksa tanpa proses peradilan,(Amnesty International). Indonesia: "Shock Therapy", Sebagai Pemulihan Ketertiban di Aceh 1989-1993. London; 1993). Terakhir ; adalah organisasi Papua Merdeka. Gerakan militan bersenjata  yang menghendaki Irian Barat menjadi negara sendiri. Ideologi gerakan ini adalah nasionalisme kerakyatan. Sekarang ini kantong-kantong  kekuatan  mereka  tersebar  di  hutan-hutan  dan pegunungan Irian di perbatasan dengan Papua Nugini.

6. Tuntutan Gerakan Demokrasi
a. Demokrasi ekonomi
Demokrasi Ekonomi Indonesia sudah diatur dalam pasal 33  UUD 1945. Praktek-praktek ekonomi imperialisme, kapitalisme, monopoli, konglomerasi dan kapitalisme birokrat jelas  melanggar pasal 33 UUD 45. Bentuk ekonomi kerakyatan harus  didasar pada kebutuhan   rakyat mayoritas yaitu Buruh dan Tani. Untuk demokratisasi  ekonomi ini harus dijalankan program land reform dipedesaan, pembentukan koperasi-koperasi rakyat, Pengambil alihan alat-alat produksi  seperti pabrik, teknologi,modal bank-bank, gedung-gedung,dan tanah dari para konglomerat.Dan yang tidak kalah pentingnya adalah nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing dan multinasional.

b. Demokrasi Politik        
        Mencabut undang-undang keormasan yang membelenggu hak-hak demokrasi rakyat yang dijamin oleh pasal 28 dari UUD 1945. Yaitu tentang hak mengemukakan pendapat dan berorganisasi. Undang-undang yang bertentangan dengan pasal 28 UUD 45 tersebut meliputi UU No.1/1985 tentang Pemilu serta UU lain yang berkaitan  yakni UU RI no. 2 tahun 1985 dan UU RI No. 3 tahun 1985 tentang  Partai Politik  dan Golongan Karya. Semua UU ini jelas-jelas  membatasi hak-hak  rakyat untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan politik  menurut  garis politik dan organisasi yang mereka  pilih dan bentuk sendiri.Mencabut undang-undang subversif yang merupakan warisan dari undang-undang penguasa kolonial. Hapuskan Dwi Fungsi ABRI dan pendekatan keamanan dalam menangani demokrasi atau keresahan sosial yang sebenarnya merupakan akibat struktural dari kapitalisme. Bubarkan  lembaga-lembaga represif inkonstitusional  seperti Bakorstanas, Bakorstanasda, Kodim, Koramil, Babinsa dan pengawasan intelejen.Memberikan  kebebasan pers untuk mengontrol dan mengkritik pembangunan dan pelanggaran hak asasi manusia. Peraturan pencabutan SIUP yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Penerangan RI No. 01/PER/ Men Pen/1984 tentang SIUPP dimungkinkan adanya pembatalan SIUPP. Seharusnya proses pencabutan SIUP berdasarkan praturan ini harus dibicarakan dahulu pada Dewan Pertimbangan Pers, tapi pada pelaksanannya penguasa  mengabaikan ini semua.
Penghapusan SIUPP akan memberikan ruang  pada  rakyat untuk  membuat terbitan legal. Mencabut Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 1 Tahun 1991 tentang Penelitian Khusus (LITSUS) dan  Pencekalan (Cegah-Tangkal)yang ditujukan pada orang asing masuk  Indonesia  atau mencegah warga negara Indonesia bepergian keluar negeri.  Sekitar 17.000 orang terkena kebijaksanaan Cekal. Mencabut  SK Bakorstanas No. Kep/02/Stanas/XII/1990,  tentang keterlibatan   militer  dalam menyelesaikan  persoalan-persoalan perburuhan.

6. Taktik Menuju Demokratisasi
a.       Taktik Pergantian Figur
Kelompok politik ini anti terhadap lembaga kepresidenan dan memanaskan sentimen anti Suharto. Massa dari strategi ini adalah kelas menengah Indonesia seperti LSM dan gerakan mahasiswa. Mereka memanfaatkan perpecahan dalam elit penguasa untuk menggantikan Suharto secara damai,dan memilih calon yang mereka kehendaki. Gerakan demokrasi mereka menghendaki pergantian figur,  bukan  suksesi  dari rezim militer kepada rezim sipil.
Kelompok ini dipayungi oleh gerombolan  Petisi 50  dan  Fordem. Kelompok politik ini selalu mempunyai  standar  ganda   dalam politik. Pada satu sisi mereka menggunakan  mahasiswa  untuk melakukan kampanye demokrasi anti rezim. Sedangkan pada sisi lain mereka juga melakukan koloborsi dengan faksi-faksi dalam tubuh rezim militer. Mereka selalu menganggap bahwa persoalan demokratisasi dan hak asasi manusia di Indonesia merupakan tanggung jawab dari Jendral Purnawirawan Soeharto yang dianggap berkuasa sebagai raja Jawa. Organisasi provokator mereka ditingkat kelas menengah(mahasiswa dan LSM)adalah Yayasan Pijar. Tokoh  utamanya, Nuku, dihukum penjara 4 tahun karena didakwa menghina Presiden. Jaringan  politik mereka sangat lemah. Dan baru-baru ini mereka telah menunggangi aksi mahasiswa di DPR. Dengan melakukan konspirasi dengan aktivis mahasiswa dari Surabaya isu FAHMI dirubah menjadi isu anti Suharto. 21 orang mahasiswa menjadi korban dari taktik politik mereka.  
Sejauh ini tidak ada kontribusi  politik yang diciptakan dari moment tersebut.Selain keuntungan politik yang dinikmati elit politik yang memanfaatkan militansi gerakan mahasiswa. Proses demokrasi baru akan terjadi bila Suharto diganti dengan figur lain. Jelas taktik politik mereka betul-betul memperjudikan nasib rakyat Indonesia  pada figur-figur  yang  jelas-jelas juga bukan  pilihan rakyat. Kita harus memblejeti taktik gerakan demokrasi seperti  ini. Karena apa? karena tidak ada jaminan bahwa yang akan mengganti jauh lebih mendorong kebutuhan rakyat. Bila awal dari perjuangan mereka adalah sekedar klik politik ditingkat elit, tanpa melibatkan rakyat, buahnya juga akan dinikmati oleh mereka--bukan dinikmati oleh rakyat.
Ilusi-ilusi taktik perjuangan demokrasi seperti   ini  betul-betul telah menjadi pemahaman politik dilingkungan kelas menengah Indonesia. Suksesi merupakan bahasa politik  dari kelompok ini. Mereka menggunakan organ-organ legal seperti surat kabar, majalah, universitas, LSM  dan  TV  untuk kampanye  dan  propaganda. Syarat-syarat material  dipunyai  oleh kelompok pendukung taktik ini.
b. Taktik Front Nasional Demokrasi Rakyat (FNDR)
Strategi ini adalah mengandalkan kekuatan rakyat dalam      proses demokratisasi seperti buruh, tani dan mahasiswa. FNDR mempunyai taktik mobilisasi massa untuk mendorong demokratisasi seperti pengalaman Filipina,Korea Selatan dan Afrika Selatan. Kelompok-kelompok pendukung strategi ini mempunyai watak:
Pertama; lintas sektoral. Artinya adalah mengorganisir sektor-sektor masyarakat yang potensial sebagai kantong-kantong massa yang meliputi sektor mahasiswa,buruh,tani, budaya,perempuan,pemuda.
Kedua;lintas regional. Artinya kekuatan pendukung strategi ini tersebar dalam berbagai  kawasan  dan  geografis. Strategi  ini  harus mempunyai unity of  action  yang  tersentral dengan program tuntutan yang bisa diterima  bersama dan diprogram secara tersentral. ketiga; menjauhi kolaborasi dengan elit politik  dan  lebih percaya  pada kebutuhan demokrasi yang didorong oleh rakyat.  Ini penting untuk menjauhi sikap avonturisme politik dan  oportunisme politik.Terakhir; Berwatak Internasional. Strategi FNDR harus mendapat dukungan internasional dari  berbagai organisasi dan lembaga internasional yang pro demokrasi dan hak asasi manusia. Harus pula diadakan kerjasama politis dengan potensi gerakan rakyat  progresif  di  dunia  ketiga  yang sudah maju seperti Filipina,  India, Korea Selatan, Amerika Latin, Afrika Selatan, dll. Selain itu FNDR juga harus mendapat dukungan dari kekuatan-kekuatan progresif  kerakyatan yang ada dinegara-negara kapitalis maju seperti  Eropa Barat, Jepang, Australia dan Amerika Serikat. FNDR merupakan perjuangan rakyat-rakyat tertindas dalam melawan imperialisme dan kapitalisme.Syarat-syarat  material  dari FNDR sudah dapat dilihat dari keisis  ekonomi nasional dan internasional,pertentangan didalam kelas borjuasi nasional dan internasional (imperialisme), gejala proletarisasi, kemiskinan rakyat yang akut, tekanan   pasar internasional (GATT). Kondisi-kondisi  ini merupakan syarak obyektif material yang harus diorganisir melalui kampanye,propaganda dan agitasi sehingga mampu mempertajam kontradiksi dalam maysarakat kapitalis orde baru.
Syarat-syarat material (obyektif) ini telah juga didorong oleh kondisi-kondisi subyektif seperti munculnya kemlompok-kelompok oposisi, gerakan buruh, gerakan tani, gerakan pemuda, gerakan budaya, dan gerakan mahasiswa, tekanan organisasi internasional dan penerbitan-penerbitan politik yang mengupas masalah demokrasi dan hak asasi manusia.  Munculnya RCTI dan SCTV sebagai media elektronik yang demokratis.  Praktek dari syarat subyektif ini dapat kita  lihat dari kasus Medan, SDSB, aksi KOSTRAD untuk menentang UULLJR  No. 14 1992, SBSI, arus bawah PDI, pemogokan buruh Solo, KSUM, FORSOL dll.
       
7. Apa yang Harus Kita Kerjakan ?
Memadukan syarat obyektif (kontradiksi internal kapitalisme) dan syarat-syarat Subyektif (mengorganisir pertentangan kelas)menjadi suatu kekuatan UNITY OF ACTION. Dan pertemuan ini dalah salah satu jawabannya. Bagian akhir ini sudah tercakup dalam tulisan kawan Budiman, tentang taktik dan strategi gerakan demokrasi yang  kerakyatan.

0 komentar:

Posting Komentar

Footer Widget 1

Sample Text

Text Widget

Footer Widget 3

Recent Posts

Download

Blogger Tricks

Blogger Themes

Diberdayakan oleh Blogger.

Footer Widget 2

Popular Posts